Report

Quraish Shihab: Perbedaan Syahadat di Rukun Iman dan Rukun Islam

2 Mins read

Salah satu isi dari rukum iman adalah iman kepada Allah. Sedangkan di rukun Islam, terdapat syahadat; ayshadu an-la ilaha illallah. Secara harfiah dua-duanya, merujuk pada makna yang sama; yaitu meyakini adanya Allah.

Sekilas memang sama. Namun, sebenarnya subtansinya berbeda. Lalu apa perbedaan kepercayan wujud Allah di rukun iman, dan syahadatain di rukun Islam?

“Bedanya yang satu dalam hati, yang satu dalam ucapan dan tindakan,” jelas Quraish Shihab di akun Youtubenya yang diunggah pada 11 November lalu.

Menurut Quraish Shihab, seorang sudah dinilai Allah percaya kepada-Nya jika sudah meyakini dalam hati, walaupun tidak diucapkan, sebab pada dasarnya, Allah maha mengetahui isi hati, namun seorang belum dikenal muslim, jika belum mengucapkan dua kalimat syahadat.

Pada dasarnya seorang mengucap syahadat itu untuk kepantingan dirinya, agar ia mendapat haknya sebagai seorang muslim. Quraish Shihab memberi contoh, misal terdapat orang non-Islam yang meninggal, maka orang itu tidak berhak disholatkan.

Termasuk dalam hal waris, “hak waris bagaimana? Dapat warisan tidak yang bukan muslim? (tentu) dia tidak dapat warisan,” jelasnya.

Intinya yang dijelaskan oleh Quraish Shihab terletak pada hati dan ucapan. Iman kepada Allah dalam rukun Iman teradapat di hati. Sedangkan syhadatain di rukun Islam terdapat di lisan. Terlepas dari seorang mengucapakan sampai hati atau tidak, “apakah Anda percaya ucapan Anda, atau tidak percaya ucapan  Anda tapi Anda mengucapkannya (syahadatain) maka sudah dinilai sebagai muslim,” tegasnya.

Bahkan orang tidak sholat sekalipun, “terlepas apakah Anda sholat atau tidak sholat, yang penting mengucapkan dua kalimat syahadat, Anda muslim, jangan kafirkan orang,” imbuhnya.

Substansi Syahadat

Walaupun hanya diucapakan di lisan. Pada dasarnya syahadat memiliki substansi. Substansi dari kalimat syahadat, adalah mengakui dan meyakini adanya wujud Allah, “Anda harus mengakui bahwa ada wujud selain Anda” kata Quraish Shihab.

Baca Juga  Bermuhammadiyah Secara Benar di Masa Pandemi

Dalam arti lain, menurut Quraish Shihab, syahadat mengajarkan seorang muslim untuk meyakini adanya wujud itu sendiri, entah itu wujud Allah, dan juga wujud dari alam semesta. Sudah sewajarnya, orang yang bersyahadat, ia juga akan merawat lingkungan. Sebab lingkungan merupakan perwujudan dari alam ciptaan Allah.  

Maka yang menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah perbuatan kita sudah sesui dengan kalimat syahadat yang diucapkan (sebagai muslim). “Muslim (kok) mencuri, bagaimana akhlaknya, bagus? Coba lihat konsekuensinya, jauh sekali itu konsekuensinya. Kalau itu hal yang remeh, tidak perlu dimasukan ke dalam rukun Islam,” kata Quraish Shihab.

Kemudian Quraish Shihab menjelaskan bahwa syahadat memiliki kaitannya dalam kehidupan. Pertama, bahwa syahadat itu ayshadu an-la ilaha illallah, kita diajarkan untuk menafikan dulu baru menetapkan. Pelajaran hidupnya, “bahwa kalau Anda ingin mencapai kebenaran, kosongkan dulu ide Anda dari segala sesuatu; cari baru Anda temukan. Karena kalau tidak, Anda menjadi subjektif,” kata Quraish Shihab.

Kedua, syahadat mengajarkan kita untuk menyingkirkan yang buruk, baru kemudian menetapkan yang baik. “Anda menyingkirkan yang buruk lebih utama, dari pada Anda menghiasi diri Anda dengan yang baik,” jelasnya. Contohnya misal, “lebih baik mandi, dari pada hanya pakai parfum tapi tidak mandi,” tutupnya.

Reporter: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
1346 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

UAH: Musik Tidak Selalu Haram

1 Mins read
IBTimes.ID – Ustadz Adi Hidayat (UAH), Wakil Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyebutkan bahwa musik tidak selalu haram. Islam itu tidak…
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *