Perspektif

Pentingkah Sanad Keilmuan dalam Islam?

3 Mins read

Dalam Islam, ilmu menempati kedudukan yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari banyak ayat Al-Qur’an dan hadis nabi yang mewajibkan untuk menuntut ilmu.

Bukan hanya sekadar menuntut ilmu saja, tapi kita juga perlu memperhatikan siapa guru yang akan kita jadikan rujukan, apakah sanad keilmuannya bersambung atau tidak. Sebab, ilmu adalah agama, jika ilmu saja sudah tidak sesuai jalur, maka agama sudah dipastikan tidak akan lurus.

Ilmu agama bukan untuk dijadikan mainan ataupun coba-coba. Dia menjadi puncak penentu tujuanmu mencapai akhlak yang baik di dunia maupun di akhirat. Maka dari itu, penting sekali dalam mengambil sanad keilmuan dari ulama yang jelas. Salah dalam mengamalkan ilmu bisa mengantarkan kita pada kesesatan. Ada sebuah maqolah yang mengatakan:

مَنْ تَعَلَّمَ اْلعِلْمَ وَلَيْسَ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ شَيْطَانٌ

Barangsiapa yang menuntut ilmu tanpa berguru, maka gurunya ialah setan.”

Cara Memiliki Ilmu Agama yang Benar

Jika ingin memiliki ilmu agama yang benar, maka sesering mungkin bertanya dan mengikuti majelis taklim. Sebab, belajar ilmu agama itu tidak cukup hanya sendiri, apalagi hanya sekadar membaca dan memahami buku, tanpa tahu apa maksud dari tafsiran buku tersebut.

Kita butuh bimbingan dari ulama dan cendekiawan yang benar. Sedangkan, media sosial pada saat ini, seperti YouTube, twitter, ataupun instagram, hanyalah sebagai pelengkap dalam mencari ilmu.

Imam Bukhari merupakan salah satu ahli hadis yang hidup pada masa salaf, walaupun dari kecil beliau sudah memiliki kemampuan daya ingat yang kuat. Akan tetapi, Imam Bukhari tetap mencari ilmu dengan banyak sumber, karena beliau takut jika hanya berguru ke beberapa ulama saja, bisa melahirkan pemahaman yang keliru. Sehingga dia mempunyai sanad keilmuan mencapai 1.080 guru.

Baca Juga  Muhammad Syahrur: dari Syari'ah Ayniyya ke Syari'ah Hududiyyah

Kisah kehidupan beliau bisa kita jadikan rujukan untuk selalu berhati-hati dalam mencari guru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar ilmu agama tanpa guru yang jelas, sangat rawan sekali gagal paham akan dalil.

Seorang ulama tabi’in, Muhammad bin Sirin rahimahumullah berkata, “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Karena itu perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (HR. Muslim dalam Muqoddimah Sahihnya). Terpeliharanya hadis Nabi sampai saat ini, dikarenakan adanya sanad yang bersambung sampai kepada Nabi.

Pentingnya Sanad Keilmuan

Habib Abdurrahman Asad Habsyi mengatakan bahwa dalam dunia Islam dikenal tentang pentingnya sanad keilmuan. Karena sanad atau transmisi keilmuan memiliki peran penting dalam agama, ada ungkapan yang menyatakan, “Laula isnaadu laqaala man sya-a ma sya-a, (andaikan tidak ada sanad, maka orang akan berpikir agama sesuai maunya).”

Pada era sekarang ini, makin maraknya ulama yang gagal paham dalil, sebab tidak memiliki sanad keguruan yang jelas. Mereka hanya belajar pada buku dan memahaminya sendiri, bahkan mereka rela bertengkar dengan sesama hanya untuk mempertahankan argumen mereka yang jelas-jelas sudah menyimpang.

Mereka pun dengan tenangnya, menyiarkan ilmu tanpa sanad tersebut kepada masyarakat luas. Sehingga, memicu kebingungan bagi mereka yang agamanya masih sangat awam.

Sudah sepantasnya bagi kita jika setiap kali mendengar atau membaca sesuatu, maka yang pertama kita lihat adalah sanad keilmuannya, karena sanad itu bagian dari agama.

Kalau bukan karena isnad (sanad), pasti siapa pun bisa berkata sesuai nafsunya saja. Imam Malik berkata, “Jangan mengambil ilmu dari ahli bid’ah, serta janganlah menukilnya dari orang yang tidak diketahui dari mana ia mendapatkannya, dan tidak pula dari organisasi yang dalam perkataannya.”

Baca Juga  Bagaimana Gerakan Puritanisme Islam ala Salafi itu Muncul?

Lebih-lebih seorang muslim yang masih sangat awam akan ilmu agama. Mereka wajib mencari ilmu dengan bimbingan ulama yang jelas sanad keilmuannya. Apalagi bagi kaum muda pada saat ini, kelabilan mereka dalam mencari ilmu bisa saja mengantarkan mereka ke dalam kajian yang tidak sesuai dengan konsep Islam yang seharusnya.

Saat ini, peran orang tua sangat dibutuhkan agar perkembangan ilmu anaknya bisa tetap dalam jalur yang benar. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan mereka ke pesantren atau madrasah yang dalam sistem pembelajarannya sesuai dan benar.

Ilmu Menjadikan Mulia

Islam merupakan agama yang sangat memuliakan dan memberi kontrol pada kepentingan ilmu. Semua yang dimulai dengan ilmu akan menjadi mulia. Seperti ulama yang mulia karena ketakwaan dan pengamalannya terhadap ilmu, begitu juga tempat, jika dijadikan majelis ilmu maka akan menjadi mulia.

Sudah jelas, bahwa kemuliaan bersumber dari adanya ilmu, suatu amalan ibadah tidak akan dinilai jika tidak didasari dengan ilmu.

Dalilnya sangat jelas, “Allah Subhanahu Wata’ala akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat, Allah Subhanahu Wata’ala Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah/58 : 11).

Ilmu bisa menjadi penyelamat bagi manusia dari perbuatan keji dan munkar. Dalam mencari ilmu pun kita juga harus memperhatikan adab dan langkah-langkahnya, agar ilmu yang kita dapatkan menjadi berkah untuk kehidupan kita. Oleh sebab itu, merugilah bagi orang-orang yang menuntut ilmu tanpa memiliki sanad keguruan yang jelas.

Sebab dalam Islam, sanad ilmu itu sama pentingnya dengan sanad suatu hadis. Jika para ulama salaf saja memiliki tingkatan guru yang banyak, bagaimana bisa kita yang hanya sebagai orang biasa menuntut ilmu tanpa mau mencari ilmu dengan sanad keilmuan yang jelas? Carilah ilmu dengan niat mendapatkan rida Allah, agar selamat di dunia dan di akhirat.

Baca Juga  Hari ini, Hari Esok yang Kita Khawatirkan Kemarin

Editor: Lely N

Azilatul Husna
1 posts

About author
Mahasiswi di UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…
Perspektif

Murabahah dalam Tinjauan Fikih Klasik dan Kontemporer

3 Mins read
Jual beli merupakan suatu perjanjian atau akad transaksi yang biasa dilakukan sehari-hari. Masyarakat tidak pernah lepas dari yang namanya menjual barang dan…
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *