Allah Menciptakan Neraka – Di sore hari tepatnya jam 17.00 WIB, Andi yang habis pulang dari TPA, menyusuri jalan pulang sambil memikirkan perkataan yang diucapkan oleh Ustadznya saat TPA tadi. Konon, sebelum menutup majelis TPA-nya, Ustadz Ismail yang jadi guru TPA Andi memberikan pengajian singkat kepada murid-murid TPA-nya.
“Allah itu menciptakan manusia supaya mereka beribadah kepadanya, wa maa khalaqtu al-jinna wa al-insa illa liya’buduun”, ucap Ustadz Ismail kepada murid TPA-nya. Andi yang hadir kala itu mendengar dengan seksama.
“Jadi, anak-anak, manusia yang tidak menyembah Allah, maka dia akan diazab oleh Allah. Dia akan dimasukkan dalam neraka. Maka, kalian harus rajin ibadah yaa. Harus rajin shalat, rajin mengaji, dan rajin sedekah. Supaya nanti nggak masuk neraka”, ucap Ustadz Ismail.
Sesampai di rumahnya, Andi tetap merenungkan pernyataan yang diucapkan oleh Ustadznya tadi. Dalam benaknya ia bertanya-tanya, “Kenapa Allah memasukkan orang ke neraka? Kan Allah Swt sendiri yang menciptakannya dan Ia sendiri yang memasukkanyannya ke Neraka. Kalau tau akan seperti itu, kenapa Ia menciptakan manusia? Kenapa tak hanya menciptakan surga saja sih?
Kenapa Allah Menciptakan Neraka?
Untuk mengobati rasa penasarannya, Andi lalu bertanya kepada Ayahnya yang berprofesi sebagai dosen Filsafat Agama di salah satu univeritas swasta di Yogyakarta.
Kata Andi, “Ayah, kenapa Allah menciptakan neraka. Kenapa Allah tidak menciptakan surga saja sehingga semua orang yang sudah meninggal bisa masuk ke surga-Nya dan tak perlu merasakan panasnya api neraka? Allah sendiri kan yang menciptakan manusia, lalu kenapa Ia sendiri yang juga menyiksanya. Kalau udah tau endingnya bakal seperti itu, kenapa Ia harus menciptakan manusia?
Dengan terheran sekaligus bahagia melihat anaknya mengajukan pertanyaan yang begitu kritis, kemudian Pak Ahmad, begitulah sapaan dari bapak Andi, memberikan jawaban atas pertanyaan anaknya dengan sangat tenang, teliti, dan antusias.
“Nak, coba bayangkan dirimu sebagai petani yang sedang menanam padi” ucap Pak Ahmad mencoba membuat analogi untuk memahamkan anaknya.
“Iya, lalu apa, Ayah?”
“Jika kamu bercocok tanam di sawah, misal kamu menanam padi di sawah, lalu kamu rawat dengan baik. Kamu beri air dan pupuk dengan rutin. Kamu bersihkan setiap hari rumput-rumput liar yang bisa mengganggu padimu. Plus kamu sudah semprot pestisida. Apakah kamu menjamin semua kelak akan tumbuh baik dan akan panen tanpa ada satu padi pun yang gagal?”
“Tidak ayah, pasti ada beberapa padi yang tumbuh dengan baik dan ada yang gagal karena suatu hal tertentu” jawab Andi.
“Lalu, apa yang kamu lakukan kepada padi yang tak tumbuh tadi? Apakah kamu bawa pulang bersama padi yang tumbuh dengan bagus” tanya Pak Ahmad lagi.
“Tidak ayah, tidak saya bawa. Bahkan saya buang dan singkirkan dari sawah”, jawab Andi lugas.
“Begitulah analoginya, Nak. Allah telah memberikan segala fasilitas, akses, dan kenikmatan kepada semua manusia di bumi ini. Dari semua fasilitas dan kenikmatan itu, harapannya manusia bisa menjadi insan dan khalifah yang baik yang beriman kepada Allah Swt. Namun kita tau juga, tidak semua manusia beriman kepada Allah Swt bahkan ada yang membenci Allah” terang Pak Ahmad.
***
Andi pun termenung mendengar penjelasan dari ayahnya dan mulai menemukan titik terangnya.
“Jika kamu tadi mengambil sikap dengan menyingkirkan padi yang gagal panen di sawah lalu membuangnya, maka Allah Swt menciptakan neraka bagi manusia yang “gagal panen” di dunia sebagai konsekuensi dari apa yang sudah ia perbuat di dunia” lanjut Pak Ahmad dengan sedikit tersenyum.
Andi pun manggunggut-manggut. Sekarang, jawaban dari sang ayah cukup memuaskannya.
Editor: Yahya FR