Report

Ramadan, Serangan Israel, dan Nestapa Dunia Modern

2 Mins read

Masyarakat Palestina semakin terjepit. Mereka tak lagi punya sandaran. Harapan akan masa depan yang lebih baik tampak jauh panggang dari api. Duka yang mereka rasakan sejak tahun 1967 terlihat belum akan sirna, justru semakin dalam. Negara-negara Timur Tengah yang selama ini menjadi saudara kandung justru menusuk Palestina dari belakang.

Pada tahun 2020, Uni Emirat Arab melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Tak hanya UEA, Bahrain juga menyusul. UEA dan Bahrain justru lebih sibuk mengucilkan Iran dibanding melawan penjajahan Israel terhadap Palestina.

Mesir memuji langkah UEA dan Bahrain. Awal tahun 2021, giliran Sudan yang meneken kesepakatan Abraham Accords untuk normalisasi hubungan dengan Israel. Salah satu motif normalisasi itu adalah gelontoran 1 miliar dolar Amerika ke Sudan. Maroko juga melakukan hal yang sama.

Di tengah suasana serba terjepit, pasukan keamanan Israel kembali menyerang Palestina. Serangan seperti ini selalu berulang di setiap bulan Ramadan, setidaknya selama beberapa tahun terakhir. Serangan terjadi di kompleks Masjidil Aqsa, Yerusalem sejak Jumat (15/4/2022).

Pasukan Israel masuk ke Masjidil Aqsa sebelum subuh. Mereka menyerang orang-orang Palestina menggunakan peluru, granat kejut, tongkat, dan gas air mata. Serangan ini membunuh 152 warga Israel.

Sebelumnya, pada 21 Mei 2021, di bulan suci Ramadan, pasukan Israel menyerang Palestina di tempat yang sama. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza sebagaimana dilansir dari Tribun, serangan ini menyebabkan 230 warga Palestina tewas. Termasuk 65 anak-anak dan 39 perempuan. 1.710 orang terluka.

Hampir di tanggal yang sama, pada 22 Mei 2020, pasukan Israel menyerang warga Palestina yang tengah melaksanakan salat tarawih di Bab Al-Asbat. Saat itu, Masjidil Aqsa ditutup dengan alasan pandemi covid-19.

Baca Juga  Tim PPK Kopma "Surya Kencana" UMPO Dirikan 5 Pojok Literasi di Desa Bringinan

Di tahun sebelumnya, Israel menyerang Gaza pada 5 Mei 2019. Saat itu, serangan dilakukan melalui darat dan udara. Serangan menyebabkan 20 warga Palestina meninggal dunia. Termasuk 2 ibu hamil dan 2 bayi.

Pada 8 Juni 2018, Israel membunuh 4 warga Palestina dengan tembakan dan gas air mata di perbatasan Gaza. Serangan itu juga melukai sekitar 620 warga Palestina.

Dengan normalisasi yang telah dilakukan, negara-negara Timur Tengah tidak akan melakukan banyak hal untuk mengecam serangan-serangan tersebut. Terlebih ketika mereka telah mendapatkan kucuran dana dari Amerika. Buya menyebut perilaku elit-elit Timur Tengah ini dengan pemimpin yang hanya peduli dengan periuk nasinya sendiri.

Padahal, apa yang dilakukan oleh Israel sangat tidak bisa dibenarkan. Ramadan adalah bulan suci bagi umat Islam. Siapapun harus menghormati itu. Sama halnya ketika umat Islam menghormati hari besar agama lain.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi Israel. Justru, di bulan yang mulia itu, mereka berubah menjadi begitu beringas. Menyerang warga Palestina yang sejak lahir sudah begitu menderita.

Ramadan seharusnya bisa menjadi salah satu kemewahan bagi umat Islam Palestina. Di mana mereka merasakan bantuan dari berbagai lembaga sosial dan filantropi sambil menikmati indahnya buka puasa dan salat tarawih. Namun, salah satu kemewahan sederhana itu juga harus dirampas. Tak ada lagi yang mereka miliki.

Nestapa Dunia Modern

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyebut bahwa kekejaman Israel tidak hanya terkait dengan Palestina, namun juga merupakan serangan nista terhadap peradaban dunia. Menurut Haedar, Israel sama sekali tidak mengindahkan pandangan dunia modern yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak hidup seluruh umat manusia.

Ia juga menyayangkan negara-negara adidaya dan PBB yang bungkam melihat tingkah Israel. PBB bersama negara-negara adidaya tidak memberikan sanksi sedikitpun, bahkan cenderung mendukung.

Baca Juga  Robert W. Hefner: Muhammadiyah is the Most Organized Islamic Entity in the World

“Dalam kasus agresi Rusia ke Ukraina, negara-negara Eropa dan Amerika langsung bereaksi keras dan memberi sanksi. Namun, dalam kasus Israel tidak seperti itu. Israel seolah-olah boleh melakukan serangan fisik dan militer dalam bentuk apapun di Palestina,” tulis Haedar di Suara Muhammadiyah, (16/4/2022).

Hal yang sama juga terjadi dalam kasus Irak. Saat Irak menginvasi Kuwait, negara-negara Eropa dan Amerika langsung meluluhlantahkan Irak. Hal tersebut membuat Irak terus terseok-seok hingga hari ini. Eropa dan Amerika selalu berteriak dengan kencang ketika terjadi pelanggaran berat HAM di berbagai negara.

Namun, Israel adalah pengecualian. Israel adalah anak emas Amerika dan Eropa. Senakal apapun Israel, PBB, Amerika, dan Eropa terus melindunginya layaknya bapak mengayomi anak. “Inilah nestapa dan kelumpuhan dunia modern saat ini!” tegas Haedar.

Reporter: Yusuf

Avatar
1344 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *