Feature

Corak Seni Keislaman dalam Masyarakat Bolaang Mongondow

2 Mins read

Bolaang Mongondow | Hadirnya Islam di Nusantara membawa perkembangan budaya. Sebab, dalam proses Islamisasi Nusantara terjadi interaksi budaya yang saling memengaruhi. Karena Islam bukan agama yang anti budaya, sehingga Islam turut berkontribusi terhadap perkembangan budaya lokal. Hal ini kemudian memunculkan corak Islam Nusantara yang khas.

Akulturasi antara nilai Islam dengan budaya Nusantara terjadi di berbagai bidang, baik pemikiran, ritual, tradisi, adat, serta seni. Dalam bidang seni menghasilkan seni Islam Nusantara.

Dr. Maharsi dalam kuliahnya “Seni dan Tradisi Islam Nusantara”di kelas Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Konsentrasi Islam Nusantara, pada 2 Desember 2020, menjelaskan bahwa, menurut Sayyid Husein Nasr, seni Islam digali serta mengekspresikan dimensi spiritual Islam dan merefleksikan prinsip tauhid.

Sumber seni Islam dicari serta dikaitkan dengan realitas batin Al-Qur’an yang merupakan realitas dasar kosmos, dan realitas spiritual substansi nabawi atau hadis. Aspek batin Al-Qur’an dan berkah Nabi inilah yang merupakan sumber seni Islam.

Namun konsep seni Islam secara umum tersebut agak beda dengan seni Islam Nusantara yang lahir dari kesenian tradisional Nusantara.

Seni Islam Nusantara kebanyakan merupakan kelanjutan dari kesenian asli Nusantara yang diisi dengan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, bahwa seni Islam Nusantara adalah bentuk penghayatan Islam dalam kesenian Nusantara.

Dua Seni Islam Nusantara

Dari sini, diketahui bahwa terdapat dua macam seni Islam Nusantara. Pertama, seni Islam Nusantara yang merupakan hasil refleksi masyarakat Muslim Nusantara terhadap nilai-nilai Al-Qur’an dan hadis. Dan kedua, seni Islam Nusantara yang lahir dari penghayatan nilai-nilai Islam dan dituangkan dalam seni Nusantara.

Orang Bolaang Mongondow, sebagai sebuah suku yang mayoritas adalah Muslim, tentu memiliki seni Islam Nusantara.

Baca Juga  Kuat Fikih, Lupa Akhlak

Satu di antaranya adalah menuangkan motif kalimat keramat dalam Islam pada benda-benda terkait seni. Hal ini bisa dilihat pada beberapa peninggalan benda sejarah yang dapat ditemukan hingga saat ini.

Misalnya, pada sebuah Hamunse yang dibuat sekitar tahun 1932. Terlihat adanya hiasan (mungkin) dari campuran emas dan tembaga yang bertuliskan kalimat sakral dalam Islam.

Hamunse/Hamsei merupakan bagian dari pakaian adat perempuan Bolaang Mongondow. Penulisan kalimat seperti tahlil: laa ilaaha ilallah… dan seterusnya, menjadi bagian dari upaya menuangkan nilai Islam ke seni masyarakat Bolaang Mongondow, dalam hal ini adalah pakaian adat perempuan.

Selain itu, juga yang menarik adalah terdapat Kabela yang memiliki motif kalimat keramat dalam Islam. Saat ini, Kabela merupakan kotak yang digunakan sebagai properti utama dalam Tarian Kabela, tarian penjemputan tamu khas Bolaang Mongondow.

***

Namun, sebagaimana Moh. Cahya P. Sabunge dalam Perancangan Identitas Visual Kotamobagu Melalui Pengembangan Motif Kabela pada Media Huruf dan Aplikasinya, mengutip wawancara Mokodompit, bahwa Kabela pada zaman dulu merupakan kotak atau wadah penyimpanan sirih, pinang, dan cengkih yang merupakan pelengkap jamuan tamu. Penyajian buah-buah tersebut dipandang sebagai bentuk penyambutan tamu. Kabela juga dijadikan tempat penyimpanan barang berharga.

Sirihdoos (Kotak Sirih) Bolaang Mongondowatau Kabela untuk penyimpanan sirih yang dibuat sebelum tahun 1905_Koleksi di Wereld Museum Rotterdam (collectie.wereldculture.nl).

Pada sebuah Kabela yang dibuat sebelum tahun 1905, terlihat motif kalimat thayyibah (kata yang baik) berupa: laa Allah laa Allah, mungkin yang dimaksud adalah kalimattahlil, yaitu laa ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah).

Umumnya, Kabela bermotif pohon kelapa, geometri (garis-garis yang berbentuk segitiga, segi empat, dengan ragam variasi), atau floral (bunga). Namun, pada Kabela ini memiliki motif kalimat thayyibah. Hal ini merupakan satu upaya menuangkan nilai Islam dalam seni Nusantara berupa Kabela Bolaang Mongondow, sehingga lahir Kabela dengan motif yang tidak umum.

Baca Juga  Jariah

Kebiasan Menuliskan Kalimat Sakral oleh Masyarakat Bolaang Mongondow

Dua contoh tersebut menandakan kalau dulu masyarakat Muslim Bolaang Mongondow punya kebiasaan menuliskan kalimat sakral dalam Islam, kaligrafi, atau ayat suci Al-Qur’an pada benda yang dianggap penting. Baik itu untuk keperluan menambah keindahan atau bisa jadi sebagai simbol keramat (kusucian).

Upaya penuangan nilai-nilai Islam dengan cara menuliskan kalimat tayyibah atau kalimat keramat dalam Islam ke benda yang terkait dengan kesenian Bolaang Mongondow, baik berupa bagian dari seni tradisi maupun pakaian, menjadi salah satu corak dari bentuk seni Islam Nusantara dalam masyarakat Muslim Bolaang Mongondow.

Editor: Yahya FR

Moh. Rivaldi Abdul
6 posts

About author
Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo (2019), dan S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Islam Nusantara (2021). Sekarang, mahasiswa baru Program Doktoral S3 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Studi Islam, Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam.
Articles
Related posts
Feature

Tahtib: Seni Bela Diri Warisan Mesir Kuno

2 Mins read
Mesir adalah salah satu negara yang menyimpan banyak sekali warisan budaya, baik berupa adat istiadat yang dilaksanakan secara turun temurun ataupun warisan…
Feature

Air Kata Joko Pinurbo: Sebuah Obituari

4 Mins read
JOKO PINURBO bersedia tampil di acara “Wisata Sastra” di Jogja beberapa tahun lalu, dengan syarat: satu-dua nama penyair/cerpenis — yang ia duga…
Feature

Kedekatan Maulana Muhammad Ali dengan Para Tokoh Indonesia

3 Mins read
Ketika kita melakukan penelusuran terhadap nama Maulana Muhammad Ali, terdapat dua kemungkinan yang muncul, yakni Maulana Muhammad Ali Ahmadiyah Lahore dan Maulana…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *