Kemarin Senin (2 Januari 2023), saya sempat melintas di depan sebuah gedung besar nan megah di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Di atas gedung terpampang tulisan besar: “DASRON HAMID RESEARCH AND INNOVATION CENTER.” Sambil mengendarai motor butut, pikiran saya langsung menerawang “sosok-sosok” di balik nama “DASRON HAMID.”
Lho, kok “sosok-sosok”? Emangnya ada banyak sosok di balik nama tersebut? Bukankah nama ini representasi dari satu sosok, yaitu beliau Bapak M. Dasron Hamid, mantan Rektor UMY!
Iya, betul! Beliau memang Bapak Dasron Hamid, mantan Rektor UMY yang telah berpulang ke Rahmatullah itu. Tapi ingat, nama “HAMID” (nama keluarga) yang melekat padanya adalah representasi dari sosok penting dalam sejarah Muhammadiyah. Beliau ini bukan orang sembarangan. Beliau adalah ABDUL HAMID BKN alias ayah kandung Bapak Dasron Hamid.
Siapakah Abdul Hamid BKN? Setelah oprek sumber-sumber sejarah dan coba pilah-pilah data Muhammadiyah, dari situlah saya mulai tertarik pada sosok yang satu ini. Pada sekitar tahun 2009, kurang lebih setahun jelang muktamar seabad di Yogyakarta, kami dari tim majalah Suara Muhammadiyah (SM) dan Grama Surya sepakat mengangkat tema tokoh-tokoh Muhammadiyah generasi pertama sebagai bahan ilustrasi kalender Muhammadiyah. Nah, salah satu tokoh yang hendak ditampilkan adalah ABDUL HAMID BKN, ayah kandung Bapak Dasron Hamid (waktu itu sedang menjabat sebagai Rektor UMY). Sebuah poto lawas menampilkan sosok muda berpenampilan necis saya titipkan kepada tim SM dan Grama Surya yang akan bersilaturrahim ke kediaman beliau. Waktu itu, saya sendiri pas tidak bisa ikut. Sehari setelah pertemuan silaturrahim tersebut, saya tanya kepada salah satu tim SM. Dan apa komentar Bapak Dasron Hamid soal poto tersebut?
“Wah, hebat ini SM! Punya dokumentasi poto bapak saya yang masih kelihatan sangat muda. Saya di sini malah menyimpan poto beliau ketika sudah tua,” demikian seperti dituturkan salah satu tim SM kepada saya.
***
Ya, poto ABDUL HAMID BKN muda itu memang hasil oprek sumber-sumber sejarah, terutama dokumentasi poto-poto lawas yang diperoleh dari keluarga HM. Yunus Anies. Setelah mengumpulkan banyak informasi seputar tokoh generasi awal di Muhammadiyah ini, saat itu pula saya mulai tertarik. Lama-lama saya menaruh rasa hormat kepada sosok yang selalu hadir dalam momen-momen penting Muhammadiyah tempo dulu.
ABDUL HAMID BKN tidak sendirian. Dia hanya satu di antara sosok-sosok yang hadir dalam peristiwa-peristiwa penting di Muhammadiyah tempo dulu. Sosok-sosok lainnya, seperti RH. Hadjid, Haji Sjudja’, Haji Mochtar, Ki Bagus Hadikusuma, Haji Wasool Dja’far, dan lain-lain (maaf tidak dapat disebutkan satu per satu). Nama-nama mereka ini telah tercatat dengan tinta emas karena kiprah mereka yang selalu mengiringi dinamika sejarah Muhammadiyah.
Sebuah fakta sejarah yang cukup menarik bahwa sebelum Muhammadiyah berdiri, ABDUL HAMID BKN bersama R.H. Hadjid, Haji Sjudja’, Haji Mochtar, Haji Wasool Dja’far, dan lain-lain ternyata sudah berkiprah dalam sebuah perkumpulan kepemudaan bernama Fathul Asrar wa Miftahus Sa’adah (FAMS): ”pembuka tabir rahasia (kehidupan) dan pintu menuju kebahagiaan (abadi).” Sebuah nama yang indah dan penuh makna bukan? Tentu saja. Karena sang pembina jama’ah pengajian kaum muda ini adalah sosok kiai dan guru teladan, pemikir dan aktivis yang progresif, dan ketokohannya sangat disegani di kalangan kaum muda kala itu. Dialah KH. Ahmad Dahlan, sang khatib amin, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah.
Jadi, sebelum wadah Persyarikatan Muhammadiyah dibentuk, kaum muda Kauman yang tidak lain adalah para murid ideologis KH. Ahmad Dahlan, sudah dilatih terlebih dahulu berorganisasi sekalipun dalam bentuk yang masih sangat sederhana. Termasuk ABDUL HAMID BKN, murid ideologis KH. Ahmad Dahlan yang pada akhirnya dikenal karena memiliki jiwa entrepreneur. Ketika Muhammadiyah berdiri, dia pun aktif di jajaran pengurus persyarikatan di Bagian Tabligh, PKO, dan Taman Pustaka, termasuk aktif di Kepanduan (Padvinder) Muhammadiyah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Hizbul Wathan (HW).
***
Terlalu asyik menelisik peran dan kiprah ABDUL HAMID BKN sampai-sampai suatu ketika ada orang bertanya kepada saya, ”BKN itu gelar atau singkatan ya? Kalau gelar, itu gelar apa? Kalau singkatan, lalu kepanjangannya apa?” Nah, inilah akibatnya karena terlalu asyik oprek data-data sejarah sampai-sampai hal seperti ini luput dari pengamatan saya. Untuk dapat menjawab pertanyaan seperti ini saya merasa harus menanyakannya kepada orang Kauman langsung. Ada Pak Budi Setiawan yang sampai sekarang banyak menaruh perhatian untuk masalah sejarah Muhammadiyah, termasuk tokoh-tokohnya. Saya pernah kirim WA ke Pak Budi, lalu dijawab bahwa ”BKN” itu singkatan dari ”Bin Kartowirono.” Jadi, aslinya nama tokoh ini jika ditulis lengkap adalah: ABDUL HAMID BIN KARTOWIRONO.
Nah, kembali ke kisah penyelenggaraan kongres yang kini disebut muktamar di Muhammadiyah. Setiap kali Muhammadiyah menggelar kongres, nama ABDUL HAMID BKN selalu tercatat dalam struktur kepanitiaan. Pindah zaman dan beda generasi, ketika Muhammadiyah menggelar muktamar, nama M. Dasron Hamid selalu hadir dalam struktur kepanitiaan muktamar, yang mengingatkan saya pada sosok ABDUL HAMID BKN, yang juga selalu hadir dalam kepanitiaan kongres Muhammadiyah.
Tidak heran dan saya kira tidak terlalu berlebihan ketika ABDUL HAMID BKN adalah ”sosok aktivis yang melahirkan aktivis.” Ir. M. Dasron Hamid, M.Sc, putra ABDUL HAMID BKN yang ke-10 dari 11 bersaudara, adalah sosok yang saya sebut sebagai ”bukan orang sembarangan” di Muhammadiyah. Ketika pihak UMY menganugerahkan nama Dasron Hamid sebagai nama Pusat Riset dan Inovasi, saya kira itu keputusan yang sudah tepat. (Bersambung)