Perspektif

Hujan Itu Rahmat atau Sunnatullah?

3 Mins read

Pada bulan desember 2022 yang lalu Indonesia mengalami kondisi hujan yang bisa dibilang selalu terjadi setiap tahunnya.

Kondisi cuaca yang selalu terjadi setiap tahunnya membuktikan bahwa alam di Indonesia merupakan sebuah fenomena lumrah dan tidak perlu kita sesali terus menerus.

Namun, sekiranya perlu kita lihat bagaimana respon dari masyarakat lingkungan sekitar mengenai kondisi cuaca yang selalu terjadi setiap tahun tak terkecuali di Indonesia.

Dalam tulisan ini penulis ingin memberikan sudut pandan yang berbeda mengenai hujan yang selalu muncul setiap tahunnya, yaitu perspektif hadis dan geografis.

Dua Hadis Mengenai Hujan

Seperti yang kita tahu, dalam masyarakat dan budaya Indonesia ketika terjadi hujan ada berbagai macam respon yang terjadi didalamnya. Kita bisa ambil contoh dari perkataan orang-orang sekitar, “Alhamdulillah rahmat Allah turun”, bahkan ada juga yang bilang “Waduh turun lagi, barusan tadi ngejemur pakaian”.

Hal-hal seperti ini sering kita dengar ketika hal itu tiba, yang mengakibatkan berbagai macam respon terjadi.

Ada beberapa hadis yang sekiranya bisa kita jadikan rujukan mengenai hal ini, diantaranya adalah yang diriwayatkan oleh Shahih Bukhari dan Muslim:

أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَال: اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعً

Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat hujan, maka beliau berdoa, “Allahumma Soyyiban Naafian (Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras lagi bermanfaat). (HR. Bukhari: 1032).

عن أنسٍ -رضي الله عنه-، قال: أصابنا ونحن مع رسول الله -صلى اللهُ عليه وسلم- مطرٌ، قال: فحسَر رسول الله -صلى اللهُ عليهِ وسلم- ثوبَه حتى أصابَه مِن المطر، فقلنا: يا رسول الله! لمَ صنعتَ هذا؟ قال: “لأنَّه حديثُ عهدٍ بِربِّه تعالى

Baca Juga  Menguji Gagasan NKRI Bersyariah

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, “hujan turun membasahi kami (para Sahabat) dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam,  maka Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam membuka bajunya, sehingga hujan mengguyur beliau, maka kami bertanya, ‘Wahai Rasulullah untuk apa engkau berbuat seperti ini?’ Beliau menjawab, karena sesungguhnya hujan ini baru saja Allah ta’ala ciptakan. (HR. Muslim: 898).

Dari kedua hadis di atas, bisa disimpulkan bahwa dengan turunnya hujan, rahmat Allah akan datang kepada umatnya. Lantas apakah dengan redaksi hadis seperti itu membuat kita yakin bahwa setiap hujan pasti rahmat Allah datang? Atau mungkin saja hadis ini hanya bersifat temporal dan hujan merupakan sunnatullah saja?

Konsep Sunnatullah

Sunnatullah dalam agama merupakan sebuah ketetapan yang telah Allah berikan tentang alam semesta beserta isinya (Arto 2014).

Bisa dibilang juga sebagai hukum alam. Dalam hal ini sunnatullah merupakan hukum yang bersifat tetap dan otomatis, untuk mengatur mekanisme alam semesta.

Sedangkan dalam kajian filsafat, hukum alam bisa disebut juga sebagai Positivisme, yaitu sesuatu hal itu benar berdasarkan hukum alam.

Hujan merupakan Sunnatullah yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia, bukanlah sebuah rahmat apalagi dilebihkan-lebihkan dalam memandangnya. Karena hujan memang selalu terjadi di negara kita.

Seperti yang kita ketahui juga bahwa Indonesia mempunyai Iklim Tropis yang menyebabkan curah hujan semakin tinggi. Pada akhirnya bisa kita prediksikan kapan turun dan reda.

Kondisi Geografis

Berbeda dengan kondisi geografis yang ada di kawasan Semenanjung Arab di zaman Rasulullah Saw. Daerah itu adalah salah satu wilayah terkering dan terpanas, meskipun terdapat lautan di Barat dan di Timur. Bisa dibilang lautan itu terlalu kecil untuk dapat memengaruhi kondisi cuaca Afro-Asia yang jarang turun hujan.

Baca Juga  Mengapa Muhammadiyah Haramkan Rokok?

Lautan di selatan memang membawa partikel hujan, akan tetapi badai gurun yang terjadi menyebabkan tersapunya wilayah tersebut. Wilayah tersebut akhirnya hanya memiliki sedikit kelembaban di daratannya (Sairazi 2019).

Dengan kondisi di kawasan Arab seperti itu sangat berbalik terhadap kondisi geografis Indonesia yang sudah kita ketahui merupakan daerah iklim tropis. Cuaca yang terjadi di Kawasan tropis dapat menyebabkan suhu udara mencapai 27 derajat celcius.

Oleh sebab itulah Indonesia mempunyai curah hujan yang tinggi tetapi mendapat sinar matahari sepanjang tahun (Eirin 2022), istilahnya seimbang.

Hadis yang Bersifat Temporal dan Lokal

Ketika kita melihat pemabahasan yang sudah kita lakukan di atas, bisa kita teliti hal ini dari sudut pandang hadis. Secara umum dari kajian di atas bahwa hadis ini bersifat Temporal dan lokal. Sebab sifat dari matan ini jika dilihat dari konteksnya adalah bahwa kondisi geografis arab (lokal) di masa itu merupakan wilayah kering yang jarang turun hujan.

Pun juga hadis ini bersifat temporal dikarenakan turunnya hujan berdasarkan waktu tertentu sehingga hal ini tidak bisa dimaknai secara universal. Maka dari itu, pembahasan mengenai hujan adalah rahmat merupakan hal yang tidak bisa dimaknai secara universal.

Jikalau pun ingin dikatakan bahwa hal ini adalah rahmatullah bisa kita katakan seperti ini. Hubungan antara sunnatullah dan rahmatullah adalah bahwa sunnatullah merupakan cara Allah mengelola alam semesta.

Adapun rahmatullah adalah cara Allah memberikan kebaikan kepada makhluk-Nya di dalam alam semesta yang dikelola dengan sunnatullah.

Editor: Marjuki

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *