Perspektif

Mendialogkan Tentang Tuhan dan Sains

4 Mins read

Tuhan dan Sains tidak dipisahkan dalam perjalanan manusia. Tuhan sebagai kepercayaan yang diagung-agungkan oleh sekelompok atau individu manusia yang bisa menuntun pada kebenaran. Sedangkan sains merupakan cara pandang manusia pada fenomena alam semesta dengan kekuatan empiris dan rasio untuk menemukan hakikat kebenaran.

Pada abad pertengahan, dimana kepercayaan dan dogma agama laris dalam kehidupan manusia. Keberadaan Tuhan menjadi sebuah keyakinan yang tidak perlu dipertanyakan. Ajaran Tuhan melalui agama sebagai kebenaran mutlak yang wajib dipercaya dan dipegang teguh dalam kehidupan. Hal ini menjadi sebab zaman itu disebut sebagai zaman kegelapan, karena semua problematika kehidupan diselesaikan oleh institusi keagamaan yang bertindak sebagai wakil Tuhan. Sebuah kebebasan kehendak manusia terbatasi dogma dan ajaran agama.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya cara berpikir manusia, abad pertengahan digeser oleh zaman Renaissance. Sebuah zaman kebangkitan pemikir bebas yang tidak terikat dengan doktrin maupun dogma agama. Obat kerinduan berpikir bebas menjadi cikal bakal lahirnya sains modern. Semua permasalahan kehidupan yang terjadi menjadi beban milik manusia sendiri.

Tuhan dan agama tidak berhak untuk ikut campur urusan kehidupan manusia di dunia. Semua kehendak berada pada tangan manusia. Perkembangan zaman modern tidak bisa luput dari hasil kemajuan sains. Empiris dan rasional membawa sebuah cara hidup baru yang lebih kritis terhadap fenomena alam yang terjadi.

Hal-hal yang berbau metafisika dan mistik sudah tidak laku menjadi sebuah landasan kebenaran. Puncak kebenaran pengetahuan hanya didasari dengan kekuatan rasio-empiris-positivistik yang membawa manusia pada materialis, mekanis, dan atomistis.

Polemik antara Tuhan dan sains ini, membuahkan ketertarikan untuk bahan kajian. Jika memang sains yang bersifat rasional-empiris-positivisme, apakah bisa dengan kelincahannya membuktikan adanya Tuhan? yang sifatnya sama sekali tidak bisa disamakan dengan makhluk yang ada di alam semesta (supranatural)?

Baca Juga  Selain Ibadah, Menebar dan Menjaga Maslahat Juga Perlu

Dan jika Tuhan sebagai pencipta alam semesta ini, apakah ada campur urus tangan Tuhan di fenomena alam hari ini?

Tuhan dan Sains; Dibalik Munculnya Alam Semesta

Ada apa dibalik alam semesta ini? jika memang alam semesta ini ada. Lalu siapa yang mengadakan? Pertanyaan ini sering menyelimuti alam pikiran manusia. Wujud dan keberadaan Tuhan yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran dan indra manusia menjadi sebuah pertanyaan dalam dunia sains untuk menemukan bukti yang logis.

Dunia sains yang hanyut pada rasio-empiris, terlihat naif jika berhadapan dengan hal supranatural. Kemampuan saintis yang terbatas pada fenomena kejadian alam semesta memaksakan dirinya untuk menjawab pertanyaan supranatural—keberadaan Tuhan. Namun, apakah bisa saintis menjawab pertanyaan tersebut?

Ibnu Thufail, tokoh muslim klasik yang menuliskan sebuah kisah manusia yang diasuh seekor rusa memberikan sebuah jawaban yang logis tentang adanya Tuhan. Ia mengisahkan Hayy yang terhanyut dalam kegelisahan—ketidakpuasan dengan kebenaran yang hanya diperoleh melalui indranya. Sebab itu, Hayy mencari siapa pelaku dibalik alam semesta ini.

Hayy mengemukakan bahwa materi memiliki dua makna. Pertama,  bahwa benda tidak terlepas dari panjang, lebar, dan dalam (bentuk). Kedua, makna yang ada dalam benda tersebut (benda itu sendiri). Contohnya seperti air di masukkan dalam botol, maka air itu mengikuti bentuk botol. Namun, kedudukannya sebagai air masih tetap.

***

Materi tidak bisa membuat materi lain seperti anak kancil yang keluar dari rahim induknya. Tidak bisa terlepas dari namanya pembuahan yang dilakukan jantan ke dalam ovum. Kemudian mengenai gerak materi, contohnya pohon kelapa yang bergoyang di bibir pantai dengan irama gemuruh ombak yang menderu-deru membutuhkan angin sebagai penggerak pohon kelapa. Semua materi tidak bisa berdiri sendiri tanpa materi yang lain.

Baca Juga  Siswa dan Santri Muhammadiyah Harus Mampu Kembangkan Sains yang Islami

Perjalanan pencarian berujung bahwa ada sesuatu yang bukan atau seperti materi yang menjadi penyebab awal adanya alam semesta. Hayy menganggap ada pelaku dari segala awal kejadian alam semesta tidak bisa dibuktikan dengan pancaindra semata. Latar belakang dan penggerak alam semesta ini sesuatu yang melampaui semua yang ada di alam semesta. Tidak terikat dengan sebab-akibat, atau yang disebut dengan Tuhan.

Sains yang bersifat empiris, tidak akan pernah sampai pada ruang ketuhanan. Kemampuan manusia yang begitu terbatas, sangat mustahil memberi gambaran wujud Tuhan dengan kekuatan empiris. Manusia hanya bagian terkecil dari alam semesta (mikrokosmos) dan alam semesta merupakan altar yang luas (makrokosmos).

“Dari sini ia menyadari bahwa sesuatu yang baharu atau tercipta pasti membutuhkan pembaharu atau pencipta yang membaharukan atau menciptakan.” (Thufail, 2010:192)

Gerak dan Penggerak

Apakah Tuhan setelah menciptakan alam semesta ini langsung tidak ikut campur dengan perubahan alam semesta saat ini?

Orang yang berpaham deisme, pasti menganggap Tuhan sudah tidak ikut campur dengan fenomena perubahan yang terjadi di alam semesta. Apakah hal tersebut benar? Jika dilihat melalui kacamata Asy’ariah, anggapan tentang Tuhan menganggur  setelah menciptakan alam semesta ini kurang tepat. Tuhan masih ikut campur dengan perubahan alam semesta. Walaupun Tuhan sudah memberikan skenario pada alam semesta.

Mari kita renungi! Adakah campur tangan Tuhan di alam semesta saat ini?

Sebenarnya banyak contoh yang bisa kita jadikan bukti bahwa Tuhan masih ikut campur di alam semesta ini. Kalau kita melihat bayi yang lahir dari rahim seorang ibu. Akan menjadi sebuah pertanyaan siapa yang memberikan ruh pada bayi itu? sehingga bayi itu bisa hidup. Kemudian berapa lama bayi yang baru lahir bisa hidup?

Baca Juga  Menggagas 'Pedagogi Mencerahkan' di Tengah Pandemi Covid-19

Jawaban pertanyaan seperti di atas membuktikan bahwa Tuhan masih ikut campur dengan fenomena alam semesta saat ini. Tuhan tidak menganggur, kejadian-kejadian alam semesta masih banyak yang berbau supranatural tidak dijangkau oleh sains. Ini membuktikan bahwa tidak semuanya bisa dijawab dengan sains, yang mengagungkan kekuatan empiris saja.

Sains hanya bisa menjawab pertanyaan fenomena alam yang masih berkaitan dengan materi. Diluar itu, tanggung jawab sains untuk memberikan jawaban tidak berlaku lagi. Maka yang bisa menjawab hanya dalang (Tuhan) penyebab adanya alam semesta ini. Manusia hanya diberi secuil pengetahuan mengenai alam semesta. Entah berupa wahyu atau melalui kecerdasan otak yang menggiring pada penemuan-penemuan empiris.

Penjelasan!

Diperjelas lagi oleh Ibnu Thufail, “Maka penggerak atau yang menggerakkan gerakan-gerakan alam tersebut bukanlah benda, bukan sesuatu yang mengandung unsur benda atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat benda. Ketika dia memperhatikan alam semesta, ia menyadari bahwa hakikat wujud (eksistensi) benda berada di shurah (bentuk)-nya. Yaitu kapasitasnya dalam menghasilkan bermacam-macam gerakan. Sementara wujud (eksistensi) benda jika dilihat dari materi adalah eksistensi yang lemah dan tidak bisa diindra. Maka eksistensi alam secara keseluruhan adalah kapasitasnya untuk digerakkan Fail (penggerak) yang bukan materi. Fail yang tidak memiliki sifat-sifat benda. Fail yang tidak bisa diindra atau khayalkan. Mahasuci Allah. Jika sang penggerak mampu menggerakkan bintang-bintang dengan segala jenis gerakan tanpa benturan, tanpa bosan atau terlambat sedikit pun, maka sang penggerak adalah Fail yang Maha Mampu, Maha Perkasa dan Maha Mengetahui. (Thufail, 2010:205)

Referensi:

Thufail, Ibn, 2010, Hayy bin Yaqdzon, Yogyakarta: NAVILA

Editor: Dae Alifia

Ahmad Baidhowi Mursyid
1 posts

About author
Mahasiwa Aqidah Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *