Tuhan Dekat dengan Kita I Judul di atas terinspirasi dari judul buku Prof Komarudin Hidayat yang biasa disapa Mas Komar, seorang cendekiawan muslim garda depan. Mas Komar adalah seorang ahli filsafat Islam yang sangat produktif dalam menulis tentang berbagai tema keislaman, peradaban Islam, filsafat Islam, sejarah dan psikologi keislaman.
Hampir seluruh karya-karya Prof Komar, sangat mudah dicerna ketika membacanya. Seorang sarjana filsafat Islam, tetapi sangat mudah memahami buku-bukunya. Mungkin karena penguasaannya di bidang psikologi komunikasi sangat baik, Di samping itu, dalam menyampaikan pemikirannya lewat pidato-pidatonya atau ceramah-ceramahnya, itupun sangat mudah dicernah, tanpa mengurangi bobot isinya.
Di sinilah kehebatan Prof Komar, bisa menyampaikan atau mempermudah bahasa filsafat yang rumit ke dalam bahasa yang mudah dicerna ketika kita menelaah buku-bukunya. Salah satu bukunya yang merupakan kumpulan tulisan singkat dan sangat bagus dibaca dan ditelaah adalah Tuhan begitu dekat.
Buku ini berisi tulisan-tulisan singkat dari Prof Komar. Kumpulan tulisan singkat tetapi saling terkait antara satu tulisan dengan tulisan yang lain. Salah satu tema tulisan yang menjadi judul buku itu adalah “Tuhan selalu dekat tetapi manusia menjauh”.
Kapan Tuhan Itu Dekat dan Jauh?
Tulisan ini mewakili hampir semua tulisan di dalam buku ini. Tulisan-tulisan singkat Prof Komar, endingnya adalah bagaimana manusia dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap kehidupannya.
Tuhan begitu dekat yang menjadi tema sentral dalam buku tersebut, bahwa manusia punya potensi yang sangat besar dalam mendekati Tuhannya. Ajaran-ajaran agama yang diturunkan oleh Tuhan adalah sebagai media atau jalan untuk dekat dengan Tuhan.
Berbagai istilah dalam agama yang menunjuk kepada jalan menuju Tuhan. Istilah seperti shirat, Sabil, hijrah, syariah, thawaf, thariqah, semuanya bisa bermakna jalan. Hakikatnya, ketika kita melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan berarti kita akan merasakan kedekatan dengan Tuhan. Begitupun ketika kita menjauhi larangan-larangannya, kita akan jauh dari Tuhan.
Contoh yang paling dekat diinformasikan dalam Al-Qur’an adalah ketika Adam dan istrinya Hawa), disuruh untuk tinggal di dalam surga, Tuhan memberikan perintah dan larangannya. Dalam bahasa Al-Qur’an pada surah (7.19), Tuhan menyuruh Adam dan istrinya untuk menikmati surga dengan segala fasilitasnya.
Kalau kita melihat dengan pendekatan bahasa pada ayat di atas, disini ketika Tuhan menyuruh Adam untuk mendiami surga, al-Qur’an menggunakan kata “ini”, jangan dekati pohon ini, yang menunjukkan bahwa antara Tuhan dan Adam itu sangat dekat, dengan simbol kata “ini”.
Tetapi, ketika Adam melanggar dengan mendekati pohon khuldi, Qur’an tidak lagi menggunakan kata “ini”, tapi menggunakan kata “itu”, itu artinya bahwa antara Tuhan dan Adam sudah berjauhan, bahwa ketika kita melanggar perintahnya pada hakekatnya kita berjauhan dengan Tuhan.
Itu adalah simbolisasi dalam memaknai perintah dan larangan Tuhan. Sebab di balik perintah dan larangan, ada makna substantif yang menjadi makna kontekstual dari perintah dan larangan tersebut. Betapa kayanya pemaknaan terhadap Al-Qur’an. Dari sisi mana kita memandang Al-Qur’an, ia akan memberikan respons dan jawaban sesuai dengan kemampuan sang penafsir.
Cara Manusia untuk Dekat dengan Tuhan
Betapa manusia menjadi tema yang sangat menarik dan sering diulang-ulang dalam Qur’an. Dalam kupasannya, Prof Komar, dalam tulisannya, “Tuhan begitu dekat”, manusia bisa melakukan transendensi diri, melihat diri ke dalam. Sebab, manusia punya jatidiri, manusia punya ruhani yang merupakan media komunikasi antara manusia dengan Tuhan.
Manusia bisa melakukan kontak langsung dengan Tuhan karena keberadaan “ruh”dalam diri manusia, yang merupakan ciptaan Tuhan yang ditiupkan ke dalam diri manusia. Ini berbeda dengan hewan atau binatang, yang tidak bisa melakukan transendensi diri, atau melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri. Ia tidak bisa mengambil jarak ataupun keluar dari dirinya lalu dengan kesadarannya melihat dirinya sebagai obyek.
Sangat menarik perumpamaan dari Prof Komar, ketika menyampaikan dalam tulisannya. Ia bercerita, suatu ketika ada seekor ikan yang mendengar dari makhluk manusia yang mengatakan bahwa betapa indahnya lautan ini, lalu sang ikan mengajak teman-temannya untuk mencari bersama-sama yang namanya lautan yang indah, ikan-ikan berenang kesana kemari untuk mencari lautan yang indah, tapi tidak berhasil menemukannya. Ikan-ikan ini tidak menyadari bahwa dia sudah berada dalam pelukan lautan.
Kenapa demikian? karena dia tidak mampu melakukan transendensi diri seperti manusia. Ikan tidak mempunyai alat untuk mendeteksi keberadaan Tuhan, berbeda dengan manusia, punya ruhani yang merupakan modal yang azali atau modal primordial sebagai media untuk kontak langsung dengan Tuhan.
Menjaga Ruhani Kita
Salah satu fungsi dari ibadah puasa adalah bagaimana ia dapat mencerdaskan atau mencerahkan ruhani manusia yang selama ini tertirai akibat terlalu banyak pelanggaran yang dilakukan oleh manusia sehingga ruhaninya kurang memberikan vibrasinya dalam melakukan kontak dengan Tuhan.
Dengan puasa, ruhani dapat bersinar kembali. Sehingga dapat dengan mudah mendeteksi kebenaran dan kesalahan karena pengaruh ruhani yang selalu memberikan responsnya. Itulah sebabnya, ruhani bisa menjadi referensi dalam memberikan apakah sesuatu itu adalah kebaikan atau sesuatu itu adalah dosa.
Ruhani ini adalah modal yang sangat berharga yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kita betul-betul bisa memanfaatkan puasa ramadhan sebagai media pembersihan atau pencerahan kembali ruhani yang selama ini banyak terkontaminasi dengan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.
Editor: Soleh