Perspektif

Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi Kisah Israiliyat?

3 Mins read

Beberapa diantara kita tentunya sudah sangat lazim mendengar atau membaca kisah-kisah dan cerita para Nabi yang muatannya berisi israiliyat. Contohnya; cerita tentang Nabi Sulaiman AS yang menikahi ratu Balqis. Dalam Al-Qur’an tidak menjelaskan mengenai Nabi Sulaiman AS menikahi ratu Balqis, melainkan bagaimana Nabi Sulaiman AS memberikan petunjuk agar ratu Balqis berada di jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah Swt.

Kata Israiliyyat ditinjau berasal dari kata ‘Israiliyat’ yang disematkan pada kata Israil. Kata Israil merupakan bahasa Ibrani yang menggabungkan dua unsur kata, pertama, kata isra yang berarti hamba dan il yang memiliki arti Tuhan. Pengertian secara etimologi ini mengindikasikan Israiliyat sebagai identitas yang dimiliki oleh kaum Israil yang didalamnya merupakan umat Yahudi dan juga Nasrani. Secara istilah Israiliyyat merupakan periwayatan yang terdapat dalam Al-Qur’an berupa kisah-kisah yang sumbernya dari pengetahuan kaum Yahudi dan Nasrani.

Beberapa kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur’an seperti Taurat dan Injil yang merupakan kitab dari umat Yahudi dan Nasrani menjadi cikal bakal dari munculnya israiliyyat. Dalam jurnal Al-Fath volume 06 No. 2 (Juli 2021) dengan Judul “Israiliyat dalam Tafsir Al-Qur’an” yang ditulis oleh Arma menjelaskan tentang Al-Qur’an memiliki beberapa kisah yang sama dalam kitab Taurat dan Injil.

Adapun yang membedakan dalam pengungkapan kisahnya, yaitu Al-Qur’an menjelaskan peristiwa secara ekstensif. Sedangkan Taurat dan Injil menjelaskan kisah dan peristiwa secara detail dan terperinci seperti latar tempat, lakon, dan waktu peristiwa terjadi.

Pendapat Para Ulama

Muhammad Khalifah dalam kitabnya Dirasat fi Manahij al-Mufassirim mengatakan israiliyat yang dimaksud adalah sesuatu yang berasal dari kedua golongan (Yahudi dan Nasrani) karena yang dikutip oleh kitab-kitab tafsir tidak selamanya berupa israiliyyat yang secara bersamaan dimiliki Nasrani (dari kitab perjanjian lama), seperti nasab Maryam, tempat kelahiran Nabi Isa a.s. dan lain-lain. Pengaruh israiliyyat yang berasal dari kaum Yahudi lebih banyak daripada yang berasal dari kaum Nasrani

Baca Juga  Perda RZWP3K Mengancam Kehidupan Nelayan

Husein Adz-Zahabi dalam kitab at-Tafir wa al-Mufassirin menegaskan bahwa walaupun makna secara lahiriah dari israiliyat berarti pengaruh-pengaruh kebudayaan Yahudi terhadap penafsiran Al-Qur’an, kami mendefinisikannya lebih luas dari itu, yaitu pengaruh kebudayaan Yahudi dan Nasrani terhadap tafsir.

Ahmad Sharbasi dalam kitabnya Qishat at-Tafsir mengatakan bahwa israiliyat adalah kisah-kisah dan berita-berita yang berhasil diselundupkan oleh kaum Yahudi kedalam Islam. Kisah-kisah dan kebohongan mereka kemudian diserap oleh umat Islam. Selain dari Yahudi, mereka juga menyerap dari yang lainnya.

Beberapa pendapat ulama tentang israiliyat memiliki persamaan dalam pengertian. Secara umum, disebutkan bahwa masuknya israiliyat dengan pengaruh kebudayaan lama dibawa oleh kaum yang berasal dari Yahudi dan Nasrani dengan pendekatan sosial yang menghubungkan relasi di antara umat Muslim.

Klasifikasi Israiliyat

Rosihun Anwar dalam bukunya Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat dalam Tafsir At-Thahari dan Tafsir Ibnu Katsir mengemukakan terdapat tiga klasifikasi israiliyyat. Pertama, israiliyat yang sejalan dengan Islam. Kedua, israiliyat yang tidak sejalan dengan Islam. Ketiga, israiliyyat yang tidak termasuk pada bagian pertama dan kedua (mauquf).

Israiliyyat yang sejalan dengan Islam menjelaskan sifat dan perangai Nabi yang lembut, penyayang, tidak kasar, pemurah, dan bijaksana. Israiliyat yang tidak sejalan dengan Islam menggambarkan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Al-Qur’an seperti cerita tentang nabi Nuh as. yang minum arak, perlakuan yang tidak adil yang dilakukan oleh nabi dalam situasi tertentu, dan sebagainya yang menyimpang dari kemaksuman Nabi. Sedangkan  contoh israiliyyat yang muatannya mauquf seperti yang disampaikan oleh Ibnu Abbas dari Ka’ab al-Akhbar dan Qatanah dari Wahhab bin Munabbih tentang orang yang pertama kali membangun Kakbah yaitu Nabi Syits.

Baca Juga  Memahami Perbandingan Tarikh dalam Kalender Islam

Shahih dan Tidaknya Sanad dalam Israiliyat

Berdasarkan shahih dan tidaknya sanad, Israiliyyat terbagi atas dua, berikut penjelasannya.

1. Israiliyyat yang sahih sanadnya. Salah satu contoh israiliyat yang shahih sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya Ibnu Jarir, dari al-Mutsanna telah berkata kepada kami Usman bin Umar, dari Fulaih dari Hilal bin Ali dari Ali bin Yasar berkata, aku bertemu dengan Abdullah bin Amru, aku bertanya “Beritahukan kepadaku sifat Rasulullah Saw. didalam Taurat, beliau berkata, “Ya, demi Allah, Rasulullah Saw. sifat-sifatnya termaktub didalam Taurat seperti yang termaktub didalam Al-Qur’an”. Sifat Rasulullah Saw yang dijelaskan didalam kitab Taurat dan Al-Qur’an itu adalah sifat yang penyayang, tidak kasar, dan pemurah.

2. Israiliyyat yang dhaif. Dalam skripsi yang ditulis oleh Nur Alfiah dengan judul Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari dan Ibnu Katsir menjelaskan bahwa salah satu contoh yang muatannya dhaif adalah lafaz pada surah Qaf ayat 1 yang menjelaskan tentang Allah menciptakan sebuah gunung yang bernama Qaf yang diidentifikasikan bumi memiliki tujuh lapis, tujuh lautan, tujuh gunung, dan tujuh lapis gunung. Pendapat ini tentunya tidak relevan dan mengada-ada.

Ketentuan Meriwayatkan Israiliyyat

Terdapat dalil-dalil yang memperbolehkan dan melarang meriwayatkan israiliyat. Berikut dalil yang memperbolehkan dan melarang periwayatan israiliyat.

Pertama, dalil yang memperbolehkan terdapat pada hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari yang menjelaskan kebolehan bertanya kepada Bani Israil.

       “Dari Abdullah Ibn. Amr bahwasannya Rasulullah Saw bersabda, “Sampaikanlah walau hanya satu ayat dan berbicaralah apa yang dari bani Israil dan tidak mengapa. Barangsiapa yang mendustakan-Ku maka bersiaplah tempatnya kelak neraka”

Kedua, dalil yang melarang periwayatan israiliyyat juga terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari.

Baca Juga  Rekonstruksi Ekologi: Pentingnya Mengubah Pola Relasi Manusia dengan Alam

              “Abu Hurairah RA berkata. “Bahwasanya ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan menafsirkannya kepada umat Islam dengan bahasa Arab. Oleh karena itu Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kalian membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakannya mereka. Katakanlah kami telah beriman kepada Allah Swt dan segala yang ia turunkan kepada kami”

Dalil di atas mengindikasikan ada batasan dalam menggunakan dan meriwayatkan israiliyyat. Rasulullah Saw menghimbau untuk tidak membenarkan israiliyat dikarenakan beberapa israiliyat yang muatannya menyimpang dari kitab suci Al-Qur’an. Pun Rasulullah Saw menghimbau untuk tidak mendustakannya, sebab beberapa riwayat israiliyyat dari ahli kitab sejalan dengan isi dan kandungan yang terdapat di dalam Al-Qur’an.

Walahu a’lam bishawab.

Editor: Soleh

Nurwahid
1 posts

About author
UIN Alauddin Makassar Alumni S1 Manajemen Dakwah UIN Alauiddin Makassar Pascasarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam (S2 KPI), UIN Alauddin Makassar Semester II
Articles
Related posts
Perspektif

Secara Historis, Petani itu Orang Kaya: Membaca Ulang Zakat Pertanian

3 Mins read
Ketika membaca penjelasan Profesor Yusuf Al-Qaradawi (rahimahullah) tentang zakat profesi, saya menemukan satu hal menarik dari argumen beliau tentang wajibnya zakat profesi….
Perspektif

Apa Saja Tantangan Mengajarkan Studi Islam di Kampus?

4 Mins read
Salah satu yang menjadi persoalan kampus Islam dalam pengembangan kapasitas akademik mahasiswa ialah pada mata kuliah Islamic Studies. Pasalnya baik dosen maupun…
Perspektif

Bank Syariah Tak Sama dengan Bank Konvensional

3 Mins read
Di masyarakat umum, masih banyak yang beranggapan bahwa Bank Syari’ah tidak memiliki perbedaan nyata dengan Bank Konvensional. Mereka percaya bahwa perbedaan hanya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *