Feature

Abbas As-Sisi: Berdakwah di Mesir dengan Menginjak Kaki Orang di Bis

2 Mins read

Kalau guru SMP kamu ditanya tentang bagaimana kamu dulu, boleh jadi jawaban mereka hanya beberapa kejadian berkesan di ingatan mereka.

Mungkin ada yang mengingat kamu karena pernah membantu membawakan buku ke kantor. Mungkin ada yang mengingat kamu lewat baju koko yang pernah kamu hadiahkan saat ulang tahunnya. Sebagaimana sangat mungkin ada yang mengingat kamu lewat beberapa kata kasar yang membekas di hati mereka.

Dakwah pun agaknya begitu. Kita tidak pernah tahu di bagian mana orang- orang tersentuh hatinya karena dakwah kita. Itu sebabnya Ustaz Abbas As-Sisi, seorang pendakwah dari Mesir menulis buku al- Tharīq ilā al- Qulūb.

Sebuah nasehat agar dakwah senantiasa menyentuh hati, penuh kesan. Dan, agar berkesan, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh strategi. Butuh kecekatan melihat kesempatan- kesempatan, hatta kesempatan sempit sekali pun. Sebab kesan adalah segalanya.

Dan Abbas As-Sisi punya segudang cerita pengalaman menarik demi menjadikan dakwahnya berkesan.Terkadang dalam dakwah kesan pertama sangat menentukan. Ustaz Abbas sangat memahami ini.

Makanya, beliau bercerita, sebelum mengenal sarana- sarana dakwah Islam, beliau sampai pernah ketika naik bis, sengaja menginjak kaki orang dan minta maaf. Namun, “Dari sinilah saya memperoleh celah yang tepat hingga berlanjut pada saling kenalan dengannya,” kata Ustaz Abbas.

Salah satu yang tak pernah Ustaz Abbas lewatkan juga adalah beliau selalu bawa koran waktu naik bis.

Alasannya, orang biasanya bakal melirik koran yang sedang kita baca. Dalam kondisi seperti inilah, kita bisa meminjamkan koran kita. Terus, waktu dia mengembalikan, kita bisa mendiskusikan apa yang tadi dibacanya, sambil memperlebar diskusi, dan menariknya dari sudut pandang Islam. “Sampai akhirnya saya bisa berkenalan dengannya,” kata Ustadz Abbas.

Baca Juga  Memperbarui Pemikiran Islam itu Hukumnya Wajib ‘Ain!

Dan satu hal, yang penting dalam perkenalan menurut Ustaz Abbas As-Sisi adalah, menghafal nama.

Orang akan tersanjung, kalau bertemu kamu, terus waktu salaman kamu langsung bisa menyebut namanya. Pernah suatu ketika Ustaz Abbas bertemu dengan 2 anak muda di suatu kantor lembaga dakwah, lalu menyebut nama mereka.

Salah seorang di antara mereka terheran, “Orang ini belum saya kenal sebelumnya, bagaimana ia bisa mengenal kami?”

Lalu Ustaz Abbas bilang,”Bukankah Anda berdua yang naik trem setiap hari pada pukul tujuh pagi dari terminal Rashafah?” Mereka mengiyakan pertanyaan saya. Saya melanjutkan: “Begitu juga saya, saya naik trem pada waktu yang sama dan dari terminal yang sama.”

“Lalu bagaimana Anda bisa mengetahui nama kami?” tanya mereka.

Ustadz Abbas menjelaskan: “Saya mendengar salah seorang kalian berkata “Selamat pagi ya Muhammad” dan satunya menjawab, “Selamat pagi Ahmad.”

Mereka lalu bertanya kembali: “Apa perlunya Anda mengetahui nama kami?”

“Yah, kejadian hari inilah jawabannya,” Ucap Ustaz Abbas.

Begitulah Ustaz Abbas As-Sisi mengajarkan pada kita betapa dakwah mesti berkesan.

Dan kita tidak pernah tahu, entah itu di bis saat berdesak- desakkan, entah itu karena koran yang kita pinjamkan, entah itu sesederhana karena kita pernah mengingat nama mereka, yang mesti kita usahakan adalah bagaimana dakwah itu bisa menyentuh hati mereka di setiap kesempatan, dan dengannya mereka bisa memaknai Islam dengan baik.

Pada hari ke- 8 bulan Ramadhan di tahun 2004 Ustaz Abbas As-Sisi menghadap Allah untuk menceritakan perjalanan dakwahnya yang berkesan.

Cukuplah kesaksian sahabatnya, Dr. Muhammad Habib, yang mengisyaratkan pada kita betapa berkesannya sosok Abbas As-Sisi, Da’i kondang asal Mesir ini, yang berkali- kali disiksa di penjara rezim, namun kesan orang- orang yang pernah bertemu dengannya selalu sama:

Baca Juga  Nadjib Hamid, Mentor Kaum Muda Muhammadiyah

“Ustadz Abbas As-Sisi adalah orang yang tak pernah berpisah dengan senyumannya sepanjang hidupnya.”

Editor: Soleh

Faris Ibrahim
13 posts

About author
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir I Mahasiswa Magister Studi Islam Universitas Islam Internasional Indonesia
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds