Hari Senin, 27 Juli 2015 India mendung diliputi awan. Seakan ia ingin mengabarkan pesan belasungkawa dan penghormatan terakhir atas wafatnya mantan presiden sekaligus guru bangsa India, Dr. Avul Pakir Jainulabdeen (APJ) Abdul Kalam dalam usia 83 tahun. Media massa mengabadikan perasaan duka rakyat India yang ditinggalkan oleh sosok yang sangat mereka cintai dan rindukan.
Para pejabat tinggi negara India, termasuk Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi juga memberikan penghargaan dan simpatinya. PM Modi menyatakan India berkabung telah kehilangan ilmuan besar, presiden yang mengagumkan dan inspirasi bagi setiap orang. Tidak ketinggalan presiden India saat ini, Pranab Mukherjee juga larut dalam duka.
Presiden Mukherjee mengatakan bahwa kita telah kehilangan putra terbaik India yang telah mengabdikan hidupnya untuk kesejahteraan ibu pertiwi dan rakyat India melalui penguasaan ilmu dan teknologi (IPTEK). Presiden juga menegaskan bahwa Dr Kalam semasa menjadi Presiden India dikenal sangat merakyat dan akan terus dikenang oleh rakyatnya meskipun dia telah wafat.
Abdul Kalam
Dr. Abdul Kalam, sebagai presiden India kesebelas (2002-2007), memang dikenal sangat peduli terhadap rakyatnya agar mereka melek pendidikan dan menguasai IPTEK. Dr. Kalam telah menghabiskan waktunya untuk belajar mulai dari Sekolah Dasar di Rameswaram di negara bagian Tamil Nadu sampai jenjang S3 di Madras Institute of Technology.
Anak-anak, mahasiswa dan pemuda sangat dekat dan mengidolakan dirinya. Puluhan buku telah dia terbitkan dan memperoleh tiga puluh gelar doktor kehormatan dari berbagai universitas dalam dan luar India. Bahkan dia berkeinginan dikenang oleh rakyatnya sebagai seorang guru daripada sebagai presiden.
Harapannya tersebut pernah disampaikan pada peringatan hari guru 15 September 2013, dia mengatakan bahwa if the people remember me as a good teacher, it will be the biggest honour for me. Rupanya cita-cita tersebut terkabulkan. Abdul Kalam jatuh di podium ketika sedang memberikan kuliah kepada para mahasiswa Indian Institute of Management (IIM) di Shillong dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Menurut Abdul Kalam mengajar adalah pekerjaan yang mulia. Bukan hanya guru atau dosen yang bisa melakukannya namun juga seorang presiden dapat meluangkan waktu untuk mengajar.
Dalam sebuah wawancara dia mengatakan, teaching is very noble profession that shapes the character, calibre and future of an individual…youth have a dream and also they have a pain. The pain comes out of their dreams, they want to live in prosperous, happy, and peaceful India. This type of students’ environement ignites me and leads me to interact with young minds.
(Mengajar adalah profesi yang sangat mulia yang membentuk karakter dan meningkatkan kualitas masa depan setiap individu…anak-anak muda mempunyai mimpi dan mereka juga memiliki derita, dengan derita itu cita-cita mereka tumbuh, mereka ingin hidup sejahtera, bahagia dan India yang damai. Model murid seperti ini telah menggerakkan dan mengarahkan saya untuk terus bertemu mereka dan berinteraksi dengan gagasan-gagasan yang segar…)
Presiden India Sekaligus Guru Bangsa
Melihat sosok Dr. APJ Abdul Kalam akan menemukan pribadi dengan tiga karakter berkualitas unggul; hangat, pekerja keras, dan religius. Dengan modal karakter itu telah mengantarkannya menjadi presiden India dan guru bangsa.
Pertama, pribadi yang hangat digambarkan dengan menarik dalam bukunya Forge Your Future, sebuah buku hasil dialog secara online antara dirinya dan pemuda di seluruh India. Dalam buku itu, dia berinteraksi melalui dunia maya dengan anak-anak muda India layaknya ayah dan anak penuh kasih sayang dan sabar. Dia memberi motivasi, inspirasi dan solusi atas berbagai persoalan, kesulitan dan tantangan bagi masa depan pemuda India.
Misalnya, dia mengajak semua orang India dan terutama para pemudanya untuk menghargai waktu. Dia mengatakan killing time is not murder but suicide, by wasting time one is not harming others but oneself (orang yang menyianyiakan waktu tidak akan merugikan orang lain namun akan merugikan dan membayakan dirinya sendiri).
Selain itu dia juga mendorong para pemuda India untuk bermimpi besar. Mimpi bukan berarti pada saat mereka tidur namun dengan mimpi itu membuat mereka bangkit dan senantiasa terjaga. Sebagaimana dia tuturkan, let us dream big but real dreams actually do not let you sleep.
Kedua, pribadi pekerja keras sangat menarik dipaparkan dalam buku best sellernya Wing of Fire, yang laku terjual lebih dari satu juta kopi. Dalam buku Wing of Fire, Abdul Kalam memaparkan rahasia di balik kisah suksesnya mulai dari kuliah S1-S3, menjadi direktur Indian Space Research Organisation, menjadi ketua tim peluncuran satelite luar angkasa (Satellite Launch Vehicle-Three), menjadi koordinator ujicoba Nuklir Pokhran II sampai menjadi presiden India.
***
Kata kuncinya adalah keterampilan berkomunkasi dalam kerja kelompok. Dengan menyampaikan visi dan tujuan organisasi yang jelas kepada para anggotanya secara berulang-ulang, serta memberi penghargaan kepada setiap individu akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi.
Bagi Abdul Kalam, jika setiap anggota suatu organisasi sudah merasa dihargai mereka akan senang hati melakukan pekerjaannya tanpa harus diperintah dan diawasi. Bahkan mereka akan bekerja atas kemauannya sendiri bukan hanya 40, 60, atau 80 jam perminggu, namun juga 100 jam perminggu. Pendeknya bekerja dengan cinta (passion) akan menghasilkan daya gebrak dan karya yang lebih baik.
Ketiga, figur yang religius tidak lepas dari peran ayahnya, Jaenulabdeen yang selalu membangunkan dirinya setiap pukul empat pagi untuk salat subuh di Masjid. Dalam perjalanan dari rumah menuju masjid dan sebaliknya, Jaenulabdeen selalu menanamkan keyakinan kepada Abdul Kalam kecil bahwa setiap usaha, kecerdasan, dan keberhasilan manusia selalu ada peran Tuhan di sana.
Oleh karena itu Jaenulabdeen mengharapkan Abdul Kalam kelak senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan senantiasa berbagi kepada sesama. Kisah masa kecil Abdul Kalam yang sangat menginspirasi ini bisa ditemukan secara lengkap dalam bukunya My Journey: Transforming Dream into Actions.
Mimpi, Kerja Keras, dan Doa
Dari semua yang tersebut di atas, Abdul Kalam telah membuktikan dirinya kepada sejarah bahwa yang akan berhasil dan berprestasi dalam kehidupan bukan mereka dari kelompok-kelompok minoritas atau mayoritas. Tidak juga kulit hitam atau kulit putih.
Akan tetapi siapapun (setiap warga negara) dapat berkontribusi bagi negaranya bahkan menjadi persiden sekalipun. Dengan syarat mereka mau bermimpi, bekerja keras, dan berdoa. Selamat jalan Dr. APJ Abdul Kalam semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan tempat yang mulia di sisiNya sebagai balasan amal saleh dan karya nyata semasa hidup di dunia, aamiin.
Editor: Nabhan