Inspiring

Sayyid Ahmad Khan, Pembaru Islam Asal India

3 Mins read

Ahmad Khan lahir di Delhi pada 17 Oktober 1817. Ahmad Khan berasal dari keluarga berstatus tinggi, modernis, berorientasi Barat, dan cukup akrab dengan kehidupan Inggris.

Ia masih memiliki keturunan darah dengan Hussein bin Ali, cucu Nabi Muhammad. Karena itulah, ia juga sering dipanggil dengan Sayyid Ahmad Khan.

Neneknya, Sayyid Hadi, adalah salah satu pejabat pengadilan Mughal pada masa pemerintahan Alamghir II (1754-1759). Sementara itu, kakek dan ayah Ahmad Khan bekerja di East India Company, dengan posisi yang cukup penting.

Meskipun keluarga Ahmad Khan kental dengan pengaruh Barat, ibunya beragama Islam. Dia adalah seorang wanita yang dihormati karena pengetahuan agamanya. Oleh karena ibunya, ia diberi pendidikan di madrasah.

Buah Pikiran Ahmad Khan

Ahmad Khan awalnya seorang muslim yang tradisionalis. Pemikirannya bercorak puritan, sektarian, dan apologetika. Ia amat terpengaruh dengan pemikiran pembaharuan keagamaan yang dipelopori Shah Waliyullah dan gerakan purifikasi Wahabi.

Karenanya, ia kritis dengan praktik keagamaan di masyarakat. Di masa ini, pemikiran Ahmad Khan belum terpengaruh suasana kala itu, yang mana, sudah ada interaksi intens antara Inggris dengan India.

Karyanya di masa ini adalah Jilaul Qulub bi Zikul Mahbub (tentang Nabi Muhammad Saw), sebuah karya sastra tentang kota Delhi, dan Aini Akbari (Berisikan sejarah pemerintahan Islam di India).

Ahmad Khan adalah penganut Qadariyah. Baginya, tidak ada pertentangan antara hukum Allah dan sunnatullah. Maka, antara Al-Qur’an sebagai kitab suci yang paling sempurna dan hukum alam yang berlaku pasti sejalan.

Dalam segi politik, upaya yang dilakukan oleh Ahmad Khan sangat berarti bagi pihak umat Islam maupun Inggris. Setelah usaha pemberontakan rakyat kepada Inggris tahun 1857, semua tindak kerusuhan dialamatkan kepada umat Islam.

Baca Juga  Islam dan Corak Masyarakat di Pedalaman

Ahmad Khan berusaha mendamaikan atara rakyat India –khususnya umat Islam- dan Inggris. Ia juga mengatakan bahwa umat Islam tidak memainkan peran utama dalam pemberontakan tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa banyak kesalahpahaman yang terjadi.

Adapun sebab-sebab kesalahpahamannya, salah satunya, pribumi tidak diperkenankan ikut serta dalam lembaga perwakilan sehingga terjadi salah paham di sini. Rakyat menganggap Inggris datang untuk mengkristenkan India.

***

Terlebih, Inggris juga berusaha menghapus pendidikan agama dari perguruan tinggi dan mendirikan sekolah Kristen. Pemerintah Inggris tidak tahu keluhan rakyat India. Bahkan, Inggris tidak berusaha menjalin persahabatan dengan rakyat. Karena kestabilan pemerintah ada pada hubungan baik Inggris dengan rakyat.

Atas usaha mendamaikan kesalahpahaman ini, ia telah menyelamatkan banyak nyawa orang Inggris dari pembantaian oleh rakyat India. Lantas, ia diberi gelar Sir oleh Inggris dan diberi kesempatan untuk melawat ke negara tersebut.

Pada 1857, Ahmad Khan berkesempatan mengunjungi Inggris. Hal ini tentunya memberikan nuansa dan warna baru dalam pemikirannya.

Ia kagum dengan kemajuan Inggris di segala bidang. Dari sini lah timbul pemikiran dari yang sebelumnya puritan, sektarian, dan apologetika menjadi rasional, dinamis, dan pragmatis.

Ia melihat kemunduran bangsanya amat mencolok. Oleh sebab itulah, ia loyal terhadap Inggris dengan menekankan umat Islam agar bekerjasama dengan Inggris.

Ahmad Khan sadar bahwa Islam adalah minoritas di India. Kelompok minoritas selalu tidak yakin apakah kelompok mayoritas (umat Hindu) dapat berlaku adil dikemudian hari.

Maka baginya, dengan mendekati Inggris, akan memberikan manfaat kepada umat Islam. Yang pertama adalah agar umat Islam dapat terjamin haknya. Selain itu, Ahmad Khan menyeru agar umat Islam tidak terjun ke dalam politik dulu.

Baca Juga  Jamaah Haji Gelombang II Langsung Umrah, Ini Imbauan Kemenag

Ia ingin agar umat Islam memantapkan intelektualnya serta mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi dari Inggris. Melawan Inggris hanya akan merugikan umat Islam itu sendiri. Politik memang perlu, namun setelah umat Islam maju terlebih dahulu.

Hukum Agama dan Reformasi Pendidikan

Ahmad Khan memandang bahwa dasar hukum pernikahan di dalam Islam adalah monogami. Poligami adalah bentuk usaha menolong dan melindungi perempuan yang relevan pada zaman itu. Ia juga memandang hukum Islam seperti potong tangan cukup digantikan dengan penjara dalam waktu tertentu.

Potong tangan adalah hukum yang tidak wajib dilakukan dan sangat bergantung dengan kondisi masyarakat tertentu. Lalu ia memandang bahwa perbudakan sudah terhapus setelah Fathul Mekah. Ia juga memandang bahwa bunga bank bukan termasuk riba. Pemikiran ini memang masih menimbulkan kontroversi dengan ulama tradisional pada waktu itu.

Selain berbicara hukum, Ahmad Khan dipandang sebagai pelopor pendidikan modern bagi India. Ia mempelopori usaha pembelajaran bahasa Inggris sejak dini, serta peningkatan bahasa Urdu untuk keperluan menerjemah karya-karya penting ilmu sosial dan eksakta.

***

Lalu pada tahun 1869, ia mempelajari sistem pendidikan di Universitas Cambridge di Inggris selama setahun.

Barulah pada 1877, rampung sudah pendirian Mohammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh. Lembaga ini sesuai dengan model perguruan tinggi di Inggris. Di sinilah ilmu pengetahuan modern dipadukan dengan pendidikan agama Islam. Meskipun demikian, sekolah ini terbuka secara umum.

Tahun 1886, lewat lembaga Mohamaden Educational Conference, ia berupaya untuk menyeragamkan standar pendidikan lebih menyeluruh secara nasional. Ia lantas mengadakan konferensi pendidikan yang bertujuan untuk menyebarluaskan pendidikan Barat menyeluruh ke kalangan umat Islam.

Ia juga mengevaluasi pendidikan agama yang selama ini sudah ada. Dan, juga memberikan pendidikan agama ke sekolah-sekolah swasta. Ahmad Khan sangat menaruh perhatian di bidang pendidikan.

Baca Juga  Agama adalah Fitrah Manusia! (Sanggahan Atas Teori-teori Munculnya Agama)

Hal ini dikarenakan bahwa kemunduran umat Islam India karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Maka ia menyerukan untuk mengejar ketertinggalan melalui pendidikan.

Editor: Yahya FR

Muhammad Habib Muzaki
4 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *