Inspiring

Al-Nafis, Seorang Fisiolog Muslim yang Multitalent

2 Mins read

Riwayat Hidup Al-Nafis

Ibnu al-Nafis lahir di Damaskus tahun 1210 – meninggal di Kairo, 17 Desember 1288 (pada umur 77/78 tahun).  Nama lengkapnya adalah Ala al-Din Abu al-Hassan Ali bin Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi, dan dia biasa disebut sebagai Ibnu al-Nafis.

Dia menghafal Quran, belajar membaca dan menulis, dan mempelajari yurisprudensi, hadits, dan bahasa Arab.

Ibnu al-Nafis adalah seorang Muslim Sunni ortodoks dan menulis secara ekstensif di bidang di luar bidang kedokteran, termasuk hukum, teologi, filsafat, sosiologi, dan astronomi. Dia juga menulis salah satu novel Arab pertama yang diterjemahkan sebagai Theologus Autodidactus.

Kemudian, dia mengarahkan upayanya untuk mempelajari pengobatan dan gurunya adalah Muhaththab Ad-Deen `Abdur-Raheem` Ali yang dikenal sebagai Ad-Dikhwaar. Pada usia 23, dia pindah ke Kairo tempat dia pertama kali bekerja di Rumah Sakit Al-Nassri dan kemudian berada di Rumah Sakit Al-Mansouri, tempat dia menjadi kepala dokter.

Karya-karya Ibnu Nafis

Ketika berusia 29 tahun, dia mempublikasikan karyanya yang paling penting, The Commentary on Anatomy di Canon, Avicenna. Yang mencakup pandangannya pada sirkulasi paru dan jantung.

Dia juga menulis sebuah buku berjudul, The Comprehensive Book of Medicine. Buku ini yang merupakan ensiklopedia medis terbesar dan harus dicoba pada saat itu sehingga masih dikonsultasikan oleh para ilmuwan.

Kemudian, dia mengarahkan upayanya untuk mempelajari pengobatan dari gurunya yaitu Muhaththab Ad-Deen `Abdur-Raheem` Ali yang dikenal sebagai Ad-Dikhwaar. Pada usia 23, dia pindah ke Kairo tempat dia pertama kali bekerja di Rumah Sakit Al-Nassri dan kemudian berada di Rumah Sakit Al-Mansouri, tempat dia menjadi kepala dokter.

Dia adalah ilmuwan yang sangat terpelajar dan multitalenta, dan pelopor dalam bidang kedokteran. Melalui penelitian dan penemuannya, dia berhasil melampaui ilmuwan kontemporer. Dia, sendiri, berhasil menulis ensiklopedia medis terbesar dalam sejarah.

Baca Juga  Din Syamsuddin: Secercah Kisah tentang Buya Syafii

Kemudian Ibnu Al-Nafis Diangkat Jadi Kepala Rumah Sakit dan Dokter Pribadi Sultan, selepas pendidikannya.

Teori Peredaran Darah

Ibnu al-Nafis merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia pada tahun 1242. Penggambaran kontemporer proses ini telah bertahan. Khususnya, ia merupakan orang pertama yang diketahui telah mendokumentasikan sirkulasi darah paru-paru. Ia adalah orang yang pertama kali mengemukakan teori pembuluh darah kapiler.

Teori peredaran darah Ibnu al-Nafis yang tertuang dalam Syarah Tasyrih Al-Qanun terlewatkan selama 300 tahun. Teori ini terungkap pada 1924 oleh Muhyiddin At-Tathawi seorang dokter asal Mesir dalam manuskrip tersebut di sebuah perpustakaan Berlin, Jerman.

Ia membantah teori milik Galen (129 SM – 200/216 M), dokter terkemuka asal Yunani. Galen menyebutkan bahwa darah mengalir melalui “lubang tak terlihat” yang terdapat antara bilik kanan dan kiri jantung. Temuan ini diakui pada abad pertengahan dan diterima sebagai teori yang absolut.

al-Nafis menyebutkan bahwa teori Galen mengenai sirkulasi darah keliru. Temuan Galen itu diperoleh melalui pembedahan anak yang lahir prematur. Ibnu Nafis menyebutkan bahwa peredaran darah manusia dimulai dari bilik kanan, melalui arteri pulmonalis, kemudian mengalir ke paru-paru. Lewat vena pulmonalis, sirkulasi darah kemudian kembali ke serambi kiri menuju bilik kiri untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Temuannya ini berujung pada kesimpulan bahwa darah dipompa dari bilik kanan ke paru-paru, tempat darah akan bercampur dengan oksigen, untuk kemudian dialirkan ke bilik kiri. Ia merupakan tokoh pertama yang menggambarkan susunan paru-paru dan interaksi antar jaringan pembuluh darah juga pernapasan.

Berdasarkan teori itu, al-Nafis berhasil menemukan bahwa darah disaring di dalam paru-paru, yang lebih lanjut dikenal sebagai sistem peredaran darah pulmonal.

Baca Juga  Baharuddin Lopa (2): Sosok Teladan dan Harapan Bangsa

Akhir Hayat Al-Nafis

al-Nafis meninggal pada 17 Desember 1288 (umur 74-75) di Kairo. Sumber lain mengatakan wafat pada 11 Dzulqaidah tahun 678 H ( 17 Desember 1288 M) dan ada juga yang mengatakan, dia wafat pada tahun 696 H (1297 M).

Ketika meninggal ia menyumbangkan rumah, perpustakaan dan klinik miliknya ke Rumah Sakit Mansuriya.

Editor: Aida AL

Avatar
1 posts

About author
Penulis lepas, Blogger dan Content Publisher #tamamtalk #mataairlerengsemeru #menitigelombangrindudipulaumukaseribu
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *