Review

Al-Zarnuji: Penulis Kitab Ta’lim al-Muta’allim yang Legendaris

2 Mins read

Al-Zarnuji (w.1195 M) menulis kitab yang populer bidang pendidikan, dengan judul Ta’lim al-Muta’allim. Kitab ini menjadi kajian wajib di pesantren.  Isi kitab mengajarkan berbagai hal mengenai cara dan etika dalam pembelajaran. Santri diajari bagaimana cara mencari ilmu dan landasan etika yang memayungi aktivitasnya sehinga mereka dapat memanfaatkan ilmu sesuai dengan tuntunan agama dan keilmuan.

Isi Kitab Ta’lim al-Muta’allim

Kitab ini memiliki keistimewaan pada sisi materi yang dikandungnya. Sekalipun kecil, dengan judul yang seakan-akan hanya membahas metode belajar, tapi isi kitab ini sangat padat. Meliputi tujuan, prinsip, strategi belajar, dan pembahasan lain yang keseluruhannya bercorak dan berlandaskan pada moral religius.

Apabila kita membuka kitab tersebut lalu dibaca daftar isinya, kita bisa memahami secara global isi kitab ini. Pembahasan kitab mencakup tiga belas pasal, yaitu: 1) pengertian ilmu dan keutamaannya, 2) niat belajar, 3) memilih ilmu, guru, dan teman, serta ketabahan dalam belajar, 4) menghormati ilmu dan ulama, 5) ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur, 6) permulaan dan intensitas belajar serta tata tertibnya, 7) tawakal kepada Allah SWT, 8) masa belajar, 9) kasih sayang dan memberi nasihat, 10) mengambil pelajaran, 11) wara’ (menjaga diri dari yang haram dan syubhat) pada masa belajar, 12) penyebab lupa dan hafal, dan 13) masalah rezeki dan umur.

Banyak peneliti yang telah mengkaji konsep dan isi pendidikan pada kitab ini. Abd al-Muiz Khan yang menulis buku The Moslem Theories of Education During The Middle Age, menyimpulkan bahwa ada tiga aspek yang merupakan inti kandungan kitab, yaitu : 1) the division of knowledge, 2) the purpose of learning, dan 3) the method of study.

Berkenaan dengan pembidangan ilmu pengetahuan, al-Zarnuji membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kategori, yaitu : 1) ilmu fardh al-’ain yaitu ilmu yang setiap muslim secara individual wajib mempelajarinya seperti ilmu fikih dan ilmu tentang dasar-dasar agama, 2) ilmu fardh al-kifayat yaitu ilmu di mana setiap muslim sebagai komunitas bukan sebagai individu yang diharuskan menguasainya. Seperti ilmu kedokteran, teknik, astronomi, matematika, dan sebagainya.

Baca Juga  1 Juni: Lahirnya Pancasila dan Cikal Bakal Proklamasi Kemerdekaan

***

Al-Zarnuji juga membahas tentang niat dan tujuan belajar. Bahwa niat yang benar dalam belajar adalah yang ditujukan untuk mencari keridaan Allah SWT, memperoleh kebahagiaan akhirat, berusaha menghapuskan kebodohan pada diri sendiri dan pada orang lain, mengembangkan dan melestarikan Islam, serta mensyukuri nikmat Allah SWT berupa potensi akal dan kesehatan jasmani.

Mengenai hal ini, al-Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut ilmu jangan sampai keliru dalam menentukan niat dalam belajar. Misalnya belajar yang diniatkan untuk mencari pengaruh, mendapatkan kenikmatan duniawi, atau kehormatan serta kedudukan tertentu. Jika niat diarahkan secara benar, maka ia akan merasakan kelezatan ilmu dan amal. Serta semakin berkurang kecintaannya terhadap harta duniawi.

Dalam aspek metode pembelajaran, terdapat beberapa hal yang bisa disorot. Pertama, metode yang bersifat etik seperti niat dalam belajar.  Kedua, metode yang bersifat strategi. Seperti cara memilih ilmu, memilih guru, memilih teman, dan langkah-langkah pembelajaran.

Motivasi Belajar: Bahasan Penting

Setelah al-Zarnuji membahas tentang hakikat ilmu dan keutamaannya, ia membahas tentang niat dalam belajar. Pembahasan ini setidaknya menunjukkan bahwa niat mempunyai posisi yang penting dalam proses dan tujuan  belajar.

Sehubungan dengan pentingnya niat, al-Zarnuji mengemukakan bahwa niat belajar harus berorientasi pada: 1) mencapai rida Allah SWT, 2) mencapai kebahagiaan akhirat, 3) menghilangkan kebodohan bagi dirinya dan orang lain, 4) menghidupkan agama, 5) mempertahankankan Islam, 6) mensyukuri nikmat berupa akal yang telah dianugrahkan oleh Allah, serta 7) mensyukuri atas kesehatan badan. 

Berdasarkan poin tersebut, orientasi niat terbagi ke dalam beberapa kategori. Pertama, orientasi agama, ridha Allah SWT, dan perkara ukhrawi. Kedua, orientasi yang mengarah pada diri sendiri seperti menghilangkan kebodohan, mensyukuri nikmat akal, dan mensyukuri badan yang sehat.

Baca Juga  Lentera Kehidupan: Argumen Filosofis Seputar Tuhan, Alam dan Manusia

Seorang pelajar hendaklah mempunyai niat bahwa belajar yang dilakukan untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan sehingga ia tidak lagi menjadi bodoh. Secara sederhana, kebodohan atau kecerdasan seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang didapatkan dan ilmu yang dipahami dan dikuasai.

Badan yang sehat akan mempengaruhi proses belajar seseorang. Badan yang sehat sebagai modal yang mendukung terlaksananya belajar.  Dengan badan yang sehat, seseorang bisa concern dan lancar dalam melaksanakan proses belajar. Secara biologis dan psikologis, kondisi badan akan mempengaruhi konsentrasi dan intensitas penerimaan pengetahuan yang diterima dan diolah oleh nalar.

Wallahu A’lam.

Editor: Yahya FR

Avatar
38 posts

About author
Pembelajar Keislaman, Penulis Beberapa buku, Tim Pengembang Kurikulum PAI dan Diktis
Articles
Related posts
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…
Review

Sejauh Mana Gender dan Agama Mempengaruhi Konsiderasi Pemilih Muslim?

4 Mins read
Isu agama memang seksi untuk dipolitisir. Karena pada dasarnya fitrah manusia adalah makhluk beragama. Dalam realitas politik Indonesia, sebagian besar bangsa ini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *