Perspektif

Anger Management di Masa Sekolah Daring

3 Mins read

Sejak hadirnya pandemi Covid-19 di Indonesia, kegiatan belajar-mengajar kini dilakukan di rumah secara daring (dalam jaringan). Selain mempersiapkan gadget dan kuota internet, sebagai orang tua, juga sangat dianjurkan untuk melatih pengelolaan emosi anaknya.

Mengapa harus melatih pengelolaan emosi? Mungkin bagi anak yang duduk di bangku SMP-SMA/SMK, mereka telah mampu mengoperasikan dan memahami aturan yang diberikan oleh guru. Namun bagi yang duduk di bangku PAUD-SD, mereka masih membutuhkan pendampingan orang tua.

Anger Management sebagai Cara Mengelola Emosi

Namun, itu tidak selalu mudah. Di media sosial, misalnya, banyak keluhan-keluhan orang tua. Terutama dari kaum ibu, yang akhirnya tidak sabar dan merasa kesulitan dalam mendampingi anaknya belajar secara daring. Hal ini bisa dipahami, karena tidak semua orang tua memiliki bakat maupun pendidikan profesional yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Latar belakang ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dan pengalaman hidup mereka berbeda-beda, sehingga sangat dimaklumi jika terjadi hal-hal yang di luar tujuan pembelajaran. Bahkan, belakangan ini juga beredar kabar bahwa seorang ibu membunuh anaknya dikarenakan tidak sabar dalam proses pembelajaran.

Pengelolaan emosi perlu sekali dilatih bagi orang tua dalam mempersiapkan diri sebagai pengganti guru di sekolah. Pengelolaan emosi bertujuan untuk: pertama, menjaga kesehatan mental orang tua dan anak; dan kedua, mengurangi atau bahkan menghindari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.

Penting dicatat, emosi adalah luapan perasaan, sehingga perasaan seperti senang, sedih, marah, kecewa, adalah juga luapan emosi. Emosi bukan semata-mata kemarahan sebagaimana difahami secara umum. Namun, dalam konteks tulisan ini, akan dibahas emosi dalam bentuk “kemarahan.”

Setiap anak adalah unik. Mereka memiliki bakat dan minat masing-masing. Tidak semua anak mampu menguasai segala bidang mata pelajaran. Menuntut anak terlalu banyak hanya akan membuat mereka stress dan tidak bahagia.

Baca Juga  Integritas Penyelenggara Pemilu Kembali Dipertanyakan

Ketika itu terjadi, mereka akan kesulitan menerima materi. Maka dari itu, sebelum memulai proses pembelajaran, ada baiknya mempersiapkan mental bagi orang tua, terutama dalam anger management atau manajemen pengelolaan marah.

Lalu, bagaimana cara menerapkan anger management untuk orang tua yang tengah mendampingi anak-anaknya sekolah daring?

Cara Menerapkan Anger Management untuk Orang Tua

Pertama, mencari penyebab marah. Orang tua marah biasanya dikarenakan anak tidak bisa memahami apa yang diajarkan, atau bahkan orang tua tidak memahami materi yang diberikan guru untuk disampaikan ke anak. Sebaiknya, kemarahan tidak dilampiaskan secara lepas kepada anak.

Lakukan komunikasi asertif (suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain).

Anak tidak akan paham jika disampaikan dengan ucapan yang melukainya atau bentakan-bentakan yang membuatnya tidak nyaman. Sampaikan dalam ungkapan-ungkapan yang lembut, seperti “ibu tau ini pelajarannya sulit, tapi ibu minta kamu belajar lebih serius karena ibu yakin kamu bisa”.

Kedua, ketika amarah sudah tidak tertahankan, luangkan 5-10 menit untuk istirahat bagi orang tua dan anak. Lakukan relaksasi dan ambil napas dalam. Relaksasi akan membantu anak lebih tenang dan mengistirahatkan pikiran terlebih dahulu agar siap menerima materi selanjutnya.

Untuk orang tua, relaksasi akan mengurangi kemarahan, rasa cemas dan menyiapkan diri untuk memberikan materi lagi. Selain itu, relaksasi juga menjernihkan pikiran dari hal yang negatif. Kemarahan itu seperti mesin, ketika sudah panas, maka akan sulit bekerja dengan optimal.

Merefleksi Diri dan Menggunakan Sikap yang Menyenangkan

Ketiga, gunakan cara belajar yang menyenangkan. Jadilah sahabat yang baik bagi anak. Mereka akan lebih terbuka pada orang-orang yang membuatnya senang. Buatlah permainan dengan anak ketika dalam proses belajar. Bisa menerapkan game yang memiliki reward dan punishment. Berikan penghargaan ketika anak mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan berikan hukuman kecil jika tidak patuh dengan permainan.

Baca Juga  RUU LLAJ dan Kemungkinan Pelarangan Ojek Online

Misalnya, “Ibu akan ajak kamu jalan-jalan kalau dalam seminggu ini belajar dengan baik,” atau, “Kalau belajarnya tidak serius, adek harus nyapu halaman ya. Jadi, yuk serius belajarnya,” Ungkapkan dengan bahasa sehari-hari dan membuat anak-anak merasa nyaman.

Keempat, jika anak susah diberi pengertian dan kemarahan sudah terlanjur meledak, yang harus dilakukan setelah itu ialah mengajak anak untuk refleksi diri, namun berikan jangka waktu terlebih dahulu. Jangan lupa minta maaf kepada anak, karena anak adalah individu yang utuh, mereka juga memiliki harga diri.

Lalu tanyakan kepada anak mengapa orang tua bisa marah, maka mereka akan berpikir dan merefleksi diri. Ketika mereka sudah mengetahui kesalahan mereka, ajak mereka untuk tidak mengulanginya. Lagi-lagi, itu hendaknya dilakukan dengan sikap yang menyenangkan.

Kelima, untuk orang tua yang tidak memahami materi yang akan diberikan dan ingin menghindari drama marah-marah pada anak. Solusinya bisa belajar terlebih dahulu mengakses informasi, atau mencari penjelasan materinya dari internet, salah satunya dari Youtube.

Memetik Pelajaran dari Kegiatan Sekolah Daring

Kelima poin di atas akan sangat efisien jika dilakukan berturut-turut dan konsisten. Selain mengelola marah, bisa juga meningkatkan kesadaran anak akan hal-hal yang penting dalam hidupnya, yaitu pendidikan. Kini, kita ketahui bahwa kegiatan belajar-mengajar tidak semudah yang dibayangkan.

Ada beberapa hal yang bisa dipetik dari sekolah daring ini, yaitu pentingnya menghargai semua profesi, belajar mengontrol emosi, belajar-mengajar, belajar mengelola waktu untuk mengurus keluarga dan sekolah anak, dan meningkatkan kelekatan antara orang tua dan anak.

Editor: Zahra

Bayu Dharmala
1 posts

About author
Staf kesekretariatan di Kantor Asisten Khusus Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds