Perspektif

Ismail Raji al-Faruqi: Tawaran Teologis untuk Hadapi Pandemi Covid-19

3 Mins read

Ismail Raji al-Faruqi — Dunia ini bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja. Berbagai masalah yang ada di seluruh dunia sedang terjadi. Yang mana masalah tersebut adalah adanya wabah virus Covid-19 yang belum teratasi hingga saat ini.

Wabah virus Covid-19 semakin hari semakin menakutkan. Sehingga hampir seluruh negara di belahan dunia ini masih berjuang menghadapi pandemi. Agar penyebaran virus Covid-19 dari manusia ke manusia lain dapat terkontrol, banyak ahli medis menyarankan agar untuk sementara waktu manusia melakasanakan protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, selalu mengenakan masker, serta rajin mencuci tangan dengan sabun.

Dampak Covid-19 dalam Kehidupan Manusia

Selama pandemi, berbagai sektor penting dalam kehidupan manusia telah mengalami kelumpuhan atau tidak bisa berjalan secara normal. Contohnya seperti sektor ekonomi, pariwisata dan pendidikan. Agar tidak terjadi kelumpuhan total pada sektor-sektor tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasinya. 

Sejumlah fasilitas keagamaan harus ditutup, karena dikhawatirkan akan menjadi klaster penyebaran virus Covid-19 yang semakin bertambah luas. Demikian dengan umat Islam sendiri.

Di tengah-tengah gencarnya wabah Covid-19 ini, umat Islam tidak dapat beribadah dengan berjamaah secara normal. Harus pakai masker dan saf salat wajib berjarak.

Ini memang janggal. Akan tetapi, demi keselamatan umat Islam, hal itu harus dilakukan. Bahkan di tahun 2020 ini, pertama kalinya rutinitas ibadah haji harus ditiadakan. Mungkin tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun yang sulit bagi umat Islam karena banyak ritual ibadah yang terganggu. 

Dampak yang dirasakan oleh umat Islam memang sangat sulit, rasa gelisah dan takut terus dirasakan saat pandemi di wabah virus Covid-19 ini. Sebagai umat Islam yang berpegang teguh kepada ajaran agamanya dan tauhid, manusia tidak diperbolehkan menanggapinya secara berlebihan.

Baca Juga  Wabah Corona dan Krisis Komunikasi Publik

Karena pada dasarnya, umat Islam sendiri masih berpegang teguh dengan tauhid. Kita yang berpegang teguh pada tauhid wajib percaya bahwa Allah akan membukakan jalan bagi kita menyelesaikan krisis kesehatan ini.

Ibadah berjamaah yang dilakukan oleh umat Islam pada tahun ini memang sulit. Akan tetapi, kewajiban untuk menyembah Tuhan harus dijalani semua umat Islam. Karena kalau kita melanggar perintah-perintah yang telah diberikan kepada kita, maka kita telah memberi rasa kecewa kepada Allah yang mana kita telah diberi kepercayaan hidup di dunia ini.

Mungkin wabah virus Covid-19 ini dari Allah, agar kita sebagai makhluknya bisa mengingat kalau Allah sendiri sebagai penciptanya. Allah memang pencipta dari segala sesuatu yang ada dalam dunia. Sehingga Allah sendiri menunjukkan kekuasaannya lewat makhluk terkecil yang tak tampak oleh mata telanjang.

Ismail Raji al-Faruqi: Allah adalah Tujuan Akhir Umat Islam

Ismail Raji al-Faruqi mengatakan bahwa Allah sendiri tujuan akhir dari umat Islam. Jika kalau kita tidak kembali kepadanya, kembali kepada siapa lagi. Dia yang Maha Penguasa atas alam ini dan Maha segalanya di muka bumi.

Sehingga kita sebagai makhluknya yang diberi kepercayaan di bumi kita, seharusnya lebih dekat dengan Allah dan tidak mengingkari perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh Allah sendiri.

Dalam keadaan pandemi ini, kesulitan yang  paling dirasakan adalah keadaan ekonomi yang semakin tidak bisa dikendalikan. Mungkin untuk sebagian orang di masa pandemi ini tidak terdampak kesulitan ekonomi. Akan tetapi, kebanyakan orang terdampak perekonomiannya. Mulai dari tidak bisa menjalankan usaha sampai di-PHK oleh perusahaan.

Dalam kesulitan tersebut, kita umat Islam yang berpegang pada tauhid, kita diarahkan saling membantu sesama. Karena pada dasarnya, keyakinan kepada Allah tidak sebatas kepada semata, diperlukan implikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk tindakan sosial.

Baca Juga  Lima Ragam Manusia di Tengah Pandemi

Pada dasarnya, insting alamiah manusia diarahkan dalam tatanan sosial. Manusia di dunia ini memang perlu keniscayaan dari Tuhannya, akan tetapi tatanan sosial juga perlu adanya. Karena keniscayaan diperoleh dari tatanan sosial tersebut.

Dalam tatanan sosial di kala pandemi memang sulit dijalankan. Karena bertentangan adanya keramaian yang bisa menimbulkan penyebaran virus Covid-19 semakin meluas.

Mungkin untuk mengerjakan tatanan sosial ini bisa dilakukan antara tetangga dengan tetangga, karena tetangga bukanlah orang yang asing bagi kita. Merekalah yang tampak sehari-hari bagi kita. Tatanan sosial perlu dijalankan, karena ini sangat penting untuk kesejahteraan umat beragama.

Hikmah di Kala Pandemi

Berbagai masalah yang dihadapi di kala pandemi ini mungkin ada hikmahnya. Tuhan sendiri memberi sebuah ujian tak pernah ada hikmahnya. Melibatkan semua urusan dengan Tuhan memang diperlakukan bagi setiap umat beragama, karena Tuhan sendiri sebagai keyakinan mereka.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Ismail Raji al-Faruqi, melibatkan semua urusannya dengan tauhid, karena tauhid sendiri sebagai inti dari Islam sendiri. Semua yang ada perbuatan yang ada di bumi ini jika kalau baik, Tuhan sendiri akan merasa senang dan akan mendapatkan keniscayaan darinya.

Editor: Zahra

Achmad Yulianto Widodo
1 posts

About author
Mahasiswa Fakultas Ushuludin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Surabaya.
Articles
Related posts
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…
Perspektif

Murabahah dalam Tinjauan Fikih Klasik dan Kontemporer

3 Mins read
Jual beli merupakan suatu perjanjian atau akad transaksi yang biasa dilakukan sehari-hari. Masyarakat tidak pernah lepas dari yang namanya menjual barang dan…
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *