Ibadah

Apa Hikmah Dianjurkannya Puasa Sunah Muharram?

3 Mins read

Berbeda dengan amal ibadah lain, puasa adalah ibadah yang oleh Ibnu Arabi disebut sebagai momen negasi. Artinya, kita menahan sesuatu dari apa yang biasa kita lakukan atau menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.

Puasa Sunah di Bulan Muharram

Ibadah puasa adalah laku negasi, berarti ia ibadah yang sangat personal. Ibadah yang hanya melibatkan seorang hamba dengan yang Ilahi. Bahkan Allah menyebut nilai ibadah puasa akan langsung dipersembahkan kepada-Nya. Di sisi lain, puasa merupakan ibadah sosial. Menurut Emmanuel Levinas, dengan puasa seseorang bisa melatih sensibilitas atau rasa sepenanggungan atas penderitaan orang lain.

Rasulullah Bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أفضل الصيام بعد رمضان شهرالله المحرم

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram.” (HR. Muslim).

Dari hadist tersebut, kita mendapatkan penjelasan bahwa Baginda Nabi Saw mengutamakan berpuasa sunah di bulan Muharram setelah puasa Ramadhan. Sebab pada waktu itu merupakan bulan yang paling mulia untuk berpuasa sunah dari pada bulan-bulan lainnya.

Meskipun pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Ketika Allah memilih waktu atau bulan khusus untuk menurunkan kemuliaan didalamnya, maka Allah lah yang memiliki kebesaran itu atas kehendak-Nya.

Namun di sisi lain, kita juga mendapati banyak riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa pada bulan Sya’ban. Para ulama berpendapat, hal itu karena ada dua kemungkinan. Pertama, ada kemungkinan beliau baru mengetahui keutamaan bulan ini pada akhir hayatnya. Kedua, bisa jadi karena adanya beberapa alasan seperti safar (melakukan perjalanan jauh), sakit atau lainnya.

Baca Juga  Bacaan Niat dan Doa Saat Melaksanakan Sa’i Beserta Artinya

Keistimewaan Puasa Muharram

Bulan Muharram sendiri yang disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafaz Allah. Karena penyandaran kepada nama Allah Swt, inilah yang mengindikasikan keagungan dan keistimewaannya. Allah tidak akan menisbatkan sesuatu kepada dzatnya kecuali yang istimewa dari mahluk-mahluknya. Maka apabila mengerjakan ibadah sunnah akan mendapatkan pahala berlipat ganda berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Bahwa puasa di bulan Muharram merupakan keinginan Rasulullah melakukan puasa ini sebelum meninggal dan memerintahkan sahabat agar mengikutinya.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Ra beliau mengatakan, ketika Nabi saw tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’. Beliau bertanya: “Hari apa ini?” mereka menjawab: “Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani israil dari musuhnya, sehingga Musa-pun berpuasa pada hari ini”. Nabi Saw pun bersabda: “Kami (kaum muslimin) lebih berhak menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi Saw berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR. al-Bukhari).

Mengenai keutamaannya, puasa di hari Asyura dapat menghapus dosa satu tahun sebagaimana hadis berikut: Diriwayatkan dari Imam Abu Qatadah Ra, ia berkata (Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam ditanya tentang puasa hari Asyura (tanggal 10 Muharram), maka Beliau bersabda: “Bisa menghapus (dosa-dosa kecil) satu tahun yang lewat. (HR. Muslim).

Keutamaan-keutamaan lain puasa pada bulan Asyura telah diriwayatkan banyak hadis; Rasulullah Saw pernah ditanya tentang puasa ‘Asyura, beliau bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura maka Allah akan memberikan padanya pahala 10.000 malaikat.”

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura maka Allah akan memberikan kepadanya pahala 10.000 orang yang haji dan umroh serta 10.000 orang yang mati syahid.

Baca Juga  Inilah 12 Langkah Muhammadiyah Tahun 1949

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang memberikan makanan kepada orang yang berbuka puasa pada hari ‘Asyura, maka seolah-olah dia telah memberikan jamuan buka puasa kepada semua umat Nabi Muhammad Saw.

***

Beberapa hadis menyarankan agar puasa hari Asyura didahului oleh puasa satu hari sebelumnya atau yang disebut dengan puasa Tasu’ah. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas Ra, Ketika Rasulullah Saw berpuasa pada hari Asyura’ dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, maka mereka berkata: Wahai Rasulullah, hari Asyura’ itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah Saw bersabda: Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa (juga) pada hari yang kesembilan. Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya: Tetapi sebelum datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah Saw telah wafat. (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Banyak ‘ulama juga yang menyatakan bahwa berpuasa setelah hari Asyura adalah disunahkan yaitu pada tanggal 11 Muharram. Di antara mereka ada yang berdalil dengan hadis Ibnu ‘Abbas berikut: َ “Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi).

Akan tetapi, hadis ini lemah dari segi sanadnya (jalur periwayatan haditsnya). Meskipun begitu, bukan berarti jika seseorang ingin berpuasa tanggal 11 Muharram hal tersebut terlarang. Tentu tidak, karena puasa tanggal 11 Muharram termasuk puasa di bulan Muharram dan hal tersebut disunnahkan.

Menurut sebagian ulama itu bisa dijadikan alasan jika berpuasa pada tanggal 9 Muharram dan 11 Muharram dapat menghilangkan keraguan tentang bertepatan atau tidaknya hari ‘Asyura (10 Muharram) yang dia puasai tersebut, karena bisa saja penentuan masuk atau tidaknya bulan Muharram tidak tepat. Apalagi untuk saat sekarang, banyak manusia tergantung dengan ilmu astronomi dalam penentuan awal bulan, kecuali pada bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

Baca Juga  Melihat Fenomena Puasa dari Kacamata Durkheim

Dapatlah kita pahami, hadis-hadis yang telah disebutkan di atas dapat memantik semangat kita untuk melakukan amal ibadah puasa sunah, dimana apabila mengerjakan mendapat pahala, apabila tidak dikerjakan tidak apa-apa. Namun, memang akan lebih baik lagi untuk mengupayakan diri melaksanakan puasa sunah pada bulan Muharram sebagai salah satu bentuk usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, bukan hanya berhenti pada alasan karena bulan Muḥarram memiliki banyak keutamaan dan berjimbun pahala didalamnya.

Referensi

Abd al-Ra’uf al-Munawi, Faidh al-Qadir Syarh Jami’ al-Shaghir, (Mesir: Maktabah Tijariyah Kubra, 1935), Juz 2.

Abu Husain Muslim bin Hajjaj an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Jail, t.th), Juz 3.

Imam Abdul Ghoni an-Nablusi, Fadhail al-Ayyam wa al-Syuhur, Keutamaan Hari dan Bulan dalam Islam, terj. Muzammal Noer, (Yogyakarta: Mitra pustaka, 2004)

Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, Syarah Shahih Muslim Terjemahan Agus Ma’mun dkk, (Jakarta : Darus Sunnah Press, 2012)

Editor: Soleh

Avatar
12 posts

About author
Khidmah di Yayasan Taftazaniyah
Articles
Related posts
Ibadah

Mengapa Kita Tidak Bisa Khusyuk Saat Salat?

3 Mins read
Salat merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Di dalam Islam, salat termasuk sebagai rukun Islam yang kedua. Sebab, tanpa terlebih dahulu mengimani…
Ibadah

Empat Tingkatan Orang Mengerjakan Shalat, Kamu yang Mana?

4 Mins read
Salah satu barometer kesalehan seorang hamba dapat dilihat dari shalatnya. Dikatakan oleh para ulama, bahwa shalat itu undangan dari Allah untuk menghadap-Nya….
Ibadah

Sunah Nabi: Hemat Air Sekalipun untuk Ibadah!

3 Mins read
Keutamaan Ibadah Wudu Bagi umat Islam, wudu merupakan bagian dari ibadah harian yang selalu dilakukan terutama ketika akan melaksanakan salat. Menurut syariat,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *