Tafsir

Keistimewaan dan Mukjizat Al-Quran

4 Mins read

Apa Saja Mukjizat Al Quran?

Q.S. Al Baqarah ayat 23 mencantumkan tantangan bagi orang yang meragukan mukjizat Al Quran, bahwa Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastra dan ahli sains karena Alqur’an itu firman ilahi. Yang dimaksud Maa nazalnaa ‘ala ‘abdinaa (apa yang diturunkan kepada hamba Kami) adalah Alqur’anul Karim, kitab kumpulan fiman Allah khusus diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril.

Mukjizat menurut bahasa ialah suatu hal yang luar biasa, yang menyalahi kebiasaan, ditampakkan Allah Swt kepada seorang Nabi, untuk menyiratkan kenabiannya dan manusia biasa tidak dapat berbuat seperti itu. Al Quran adalah mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad, bukanlah mukjizat untuk dilihat mata dan pancaindera (hissi), tetapi untuk dilihat hati dan meminta pemikiran (ma’nawi).

Mukjizat Bahasa dan Sastra

Sebelum  Alqur’an diturunkan, perkembangan bahasa Arab sudah sampai pada tataran  tinggi sekali baik puisi ataupun prosa (manzhum dan mantsur). Bangsa Arab waktu itu sering mengadakan lomba cipta syair/puisi. Syair-syair terbaik akan ditempelkan di dinding Ka’bah sebagai penghargaan, agar bisa dibaca dan dihafalkan orang. Namun, begitu Al Quran turun para jawara syair itu tenggelam, mereka kalah, tidak ada yang sanggup menandingi keindahan bahasa Al Quran.

Sampai zaman sekarang, bertambah tinggilah ilmu orang di dalam bahasa Arab, telah tersusun menjadi Balaghah, Fashahah, ilmu balaghah, ilmu bayan, ilmu ma’ani dan badi‘ bertambah terasa letak Al Quran itu, tetap di atas dari yang dapat dicapai oleh kesanggupan manusia.

Seorang ahli bahasa, sastrawan terkemuka di zaman Nabi, yaitu al-Walid bin al-Mughirah ketika diminta oleh Abu Jahal, bagaimana kesannya tentang susun kata al-Quran itu, beliau menyatakan: “Demi Allah! Tidak ada di dalam kalangan kita yang sepintar saya menilai syair-syair, yang mengenal Rajaznya dan Kadhidnya. Demi Allah! Apa yang diucapkan oleh Muhammad itu tidak dapat diserupakan dengan sembarang syair. Demi Allah! Kata-katanya ini manis didengar, indah diucapkan, puncaknya menimbulkan buah, dasarnya memancarkan kesuburan. Perkataan ini selalu di atas dan tidak dapat diatasi, dan yang di bawahnya mesti hancur dibuatnya.”

Mukjizat Sains

Bagian terbanyak ayat-ayat Al Quran ialah menyuruh manusia memperhatikan tentang membaca alam sekelilingnya, merenung dan memikirkannya dengan mempergunakan akal. Setelah ilmu pengetahuan moden maju, bertambah jelaslah arti yang terkandung di dalam ayat-ayat itu. Semuanya ini menjadi bukti Al-Quran bukanlah karangan Nabi Muhammad S.a.w. melainkan langsung turun dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Sementara itu, Q.S. Arrahman: 33, dijadikan motivasi para saintis untuk mengadakan penelitian tentang angkasa luar. Sulthan adalah kekuatan. Dengan mengerahkan segala kekuatan daya, dana, dan pikir, manusia sudah berhasil mencapai Bulan.

Baca Juga  Kemenag Siap Susun Roadmap Layanan Al-Qur’an Berbasis AI

Mukjizat Mempengaruhi Jiwa

Al-Walid tidak masuk Islam, dia tetap dalam kufur. Tetapi, inti kebenaran dalam keistimewaan Al Quran tidak dapat dibantahnya. Al Quran mempengaruhi jiwa orang yang memusuhinya, sebagaimana mempengaruhi orang yang beriman. Orang musyrikin menentang Rasulullah s.a.w. karena takut pengaruhnya akan bertambah besar, sebab Al Quran itu senjata yang tidak dapat diatasi. Sampai ada di antara orang kafir itu yang memberi nasihat kepada kawan-kawannya, supaya mereka jangan suka mendengarkannya, dan buatlah hiruk-pikuk ketika al-Quran itu dibaca oleh Rasul. Agar jangan sampai terdengar, karena hanya dengan jalan demikianlah mereka merasa bahwa mereka akan menang berjuang menentang Rasul, (Q.S. Fushilat ayat 26)

Orang kafir pernah bertanya kepada Rasulullah mengapa Al Quran tidak diturunkan sekaligus. Ini termasuk mukjizat juga, bahwa Al Quran tidak diturunkan sekaligus (jumlatah wahidatan), tetapi secara berangsung-angsur selama 22 tahun 2 bulan, dan 2 hari, terbagi dalam dua periode yaitu periode di Makkah (surat-surat Makkiyah) dan periode Madinah (surat-surat Madaniyah).

Dalam Q.S. Furqan ayat 32, Allah memberi jawaban bahwa hal ini dimaksud agar manusia dapat membaca ayat-ayat tersebut dengan tartil (berturut-turut dan benar). Di samping itu,  bacaan itu pun terjaga, sampai kepada makhraj (tempat keluar) huruf dan cara mengucapkannya, yang dinamai ilmu Tajwid, dan sampai pula kepada macam-macam cara orang membaca (Qira’at).

Beberapa Keistimewaan (I’jaz) Alqur’an”

  1. Fashahah dan Balaghah, Susunan al-Quran bukanlah susunan syair, dengan susun rangkai kata menurut suku-kata bilangan tertentu, dan bukan dia puisi dan bukan prosa dan bukan pula sajak, tetapi dia berdiri sendiri melebihi syair, nashar dan nazham, yang belum pernah turun sebelumnya. Orang Arab belum pernah mengenal kata seperti itu. (Q.S. Saba’: 28)
  2. Al-Quran banyak menceritakan berita tentang masa lalu. Segala berita yang dibawanya itu benar dan semuanya bertepatan dengan kenyataan, dan banyak persesuaian dengan cerita ahlul-kitab, sedang yang membawa berita Al Quran ini dikenal oleh semua yang hidup sezaman dengan dia bahwa dia ummi (buta huruf), tak pandai menulis dan tak tahu membaca. (Q.S. Al-A’raf: 157)
  3. Al-Quran memberitakan hal yang akan terjadi. Misalnya: (Q.S. Rum:2-4) diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. bahwa orang Rum kalah berperang dengan Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian, orang Rum pasti akan menang. Ketika Rum kalah dipermulaan, musyrikin Quraisy bergembira hati, sebab orang Persia adalah penyembah berhala. sedang kaum Muslimin bersedih hati, sebab orang Rum adalah pemeluk Nasrani, yang pada pokoknya juga bertauhid, dekat dengan Islam. Tapi bidh’i sinina. Artinya diantara tujuh dan sembilan tahun lagi. Dan setelah sampai waktunya, terjadilah kemenangan Rum dan kalahlah Persia.
  4. I’jaz yang lebih mengagumkan, terdapatnya beberapa pokok ilmiah yang tinggi di dalam Al Quran mengenai alam. Soal-soal alam yang ini sangatlah mengagumkan, Sedangkan Rasullah. bukanlah seorang ahli ilmu alam. Misalnya pada mulanya langit dan bumi itu adalah satu, kemudian dipecahkan (Q.S. Al-Anbiya’: 30). Beratus tahun kemudian penyelidikan sain menjelaskan bahwasanya bumi ini adalah pecahan dari matahari.
  5. Al Quran adalah sumber hukum. Misalnya: hukum rumah tangga, nikah, talak, rujuk, hadhanah, (pengasuhan anak), wasiat, pemeliharaan harta anak yatim minoritas di bawah kekuasaan Islam, sampai kepada peraturan berburu dan makanan yang halal dan haram. Ada hukum yang diberikan oleh Al Quran secara mufash-shal, secara terperinci.
  6. Al Quran mengajarkan demokrasi. Dua kerajaan tertinggi pada masa itu, yaitu Romawi dan Persia, berdiri atas dasar despotisme (kesewenang-wenangan raja). Hak raja adalah mutlak, sedang rakyat tidak mempunyai hak apa-apa, yang seluruh hidupnya dikurbankan untuk raja. Pada saat itulah, Rasulullah mendirikan negara yang mempunyai dasar pertama ialah syura, musyawarah (Q.S. Asy-Syura: 38). Penguasa tertinggi di dalam negara bukanlah Srimaharaja diraja yang tidak pernah bersalah dan tidak boleh disalahkan, melainkan seorang yang dipilih dengan kerelaan ummat. Segala undang-undang dan hukum dalam Al Quran, adalah perseimbangan di antara hak dan kewajiban antara hubungan manusia dengan Allah (hablu min Allah) dan hubungan manusia sesamanya (hablu minannas), berlandaskan persaudaraan, persamaan dan kemerdekaan, dengan sebenarnya dan sejujurnya. (Q.S. Ali Imran: 112)  
Baca Juga  Shoemaker: Keraguan dalam Tradisi Pengumpulan Al-Qur'an

Ancaman Allah bagi yang Meragukan

Dalam Q.S. Al-Baqarah: 24, Allah mengingatkan bagi yang masih ragu terhadap Alqur’an ini agar fattaqqunnar (agar mereka takut terhadap sisksa api neraka kelak). Neraka itu bahan bakarnya manusia dan batu. U’iddat lal kafirin (yang disediakan bagi orang-orang kafir).

Orang kafir adalah orang membangkang terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya, termasuk juga orang yang masih ragu-ragu. Karena keraguan dan pembangkangan itu mereka jadi tidak beriman enggan beribadah. Akhirnya Allah memasukkan mereka ke dalam neraka, tidak lain karena pilihan mereka sendiri.

Editor: Nabhan

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *