Bacharuddin Jusuf Habibie, sosok tokoh Indonesia yang cemerlang di kancah dunia. baik nasional maupun internasional. Ia lebih dikenal dengan nama Habibie/B.J Habibie. Lahir di Pare-pare pada tahun 1936 dan wafat pada tahun 2019.
“Jadilah anak muda yang produktif, sehingga menjadi pribadi yang profesional dengan tidak melupakan dua hal, yaitu iman dan takwa”
B.J Habibie
B.J Habibie
Sosok Gatotkaca telah pulang ke rumahnya yang abadi akhir tahun lalu, memberi bingkai dan warna bagi kehidupan rakyat Indonesia. Habibie, si Gatotkaca yang terkenal lugas dengan kekuatan dan akal yang cerdas sekarang sudah tiada.
Baharuddin Jusuf Habibie, sosok reinkarnasi Gatotkaca yang dikagumi rakyat Indonesia akan gagasan dan kecerdasan yang memiliki peran yang vital bagi bumi Indonesia. Presiden ke-3 Republik Indonesia ini mampu mengembangkan teknologi yang ada di negeri ini.
Dikenal sebagai sosok yang cerdas di Jerman, B.J Habibie menghabiskan waktunya dengan membaca dan menulis beberapa resensi dan literatur tentang teknologi. Kecintaannya terhadap teknologi membuahkan hasil yang sangat cemerlang baginya dan juga bagi Indonesia.
Perjuangan yang tanpa henti diberikan oleh beliau beserta istrinya Ainun yang juga berjasa bagi bapak yang berkali-kali menjabat sebagai menteri riset dan teknologi.
Kekaguman Soeharto
Kekaguman juga diberikan oleh Presiden ke-2 RI Soeharto kepada Habibie. Karena Habibie mampu memberikan nuansa baru bagi perkembangan teknologi Indonesia, dari suasana inferior menuju perkembangan yang sangat berarti.
Kehidupan sang Profesor memang sangat terdidik. Hidup dalam keluarga yang berpendidikan, membuat Habibie tertarik untuk membuat sebuah langkah baru.
Buku-buku tentang mesin, sosial, kenegaraan menjadi sesuatu yang wajib dimiliki oleh mantan presiden ke-3 ini. Di kala teman-teman sebayanya bermain, Habibie lebih memilih untuk berdiam diri dikamar untuk menyalurkan hobi-hobinya.
Habibie kecil begitu menyukai rangkaian mesin, wajar saja jika demikian, cita-cita yang di dambakannya ialah menjadi seorang insinyur dan profesor dalam bidang mesin. Pada tahun 1954 Habibie masuk dalam Departemen Elektro, Fakultas Teknik Insitut Teknologi Bandung. Tahun berikutnya 1955 Habibie masuk jurusan Konstruksi Mesin Penerbangan di Rheinisch Westfahlische Technische Hochschule (RWTH), Achen, Jerman Barat. Ia menyelesaikan jenjang S-1 hingga S-3 di Jerman selama kurang lebih 10 tahun.
Belajar sekian lama di sana, ia mempelajari dengan sangat teliti dan cermat bagaiman teknologi mesin begitu berkembang disana. Sejak awal Habibie memang tertarik dengan teori how to build commercial aircraft bagi rakyat Indonesia. Dari sana kemudian muncul perusahaan–perusahaan strategis yang saat ini masih ada, yaitu PT PAL dan IPTN (kini menjadi PT Dirgantara Indonesia).
Kemudian ketika Habibie sampai di Jerman, Habibie punya tekad yang kuat dan bersungguh–sungguh di perantauan dan harus pulang membawa kesuksesan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupan sehari–hari.
Beberapa tahun kemudian, di tahun 1955 di Achen, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar disana diberikan beasiswa penuh. Hanya Habibie yang punya paspor hijau atau swasta di antara teman-teman sebangsanya.
Habibie juga banyak sekali mendapat tawaran pekerjaan dari berbagai perusahaan-perusahaan di Jerman. Tetapi, Habibie memilih untuk kembali pulang ke rumahnya Indonesia sautu saat nanti, dan bersama-sama membangun perkembangan teknologi bersama masyarakat Indonesia. Mungkin faktor cinta yang membuat ia memilih memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
Membangun Teknologi Bersama
Setelah ia kembali ke Indonesia, Habibie turut serta membantu mengembangkan teknologi yang ada di Indonesia, yang saat itu masih dianggap ketinggalan zaman dan butut. Turut andil dalam membuat mesin pesawat terbang membuat Habibie saat itu menjadi senang, berbagi ilmu dengan anak-anak muda yang semangat dalam memajukan Indonesia.
Membangun sebuah bangunan jika hanya dilkukan sendirian maka hasilnya tidak akan terlalu bagus. Meskipun Habibie memiliki kemampuan yang luar biasa tapi beliau menyadari, ia tidak sanggup untuk berjuang sendiri, terlebih lagi Habibie memiliki riwayat kesehatan yang tidak baik.
Habibie juga meminta saran dan solusi kepada sang istrinya tercinta Ainun, bagaimana beliau melupakan jasanya. Ainun selalu mendukung apa yang dilakukan Habibie, terkadang juga memberi masukan agar suaminya itu tidak salah dalam mengambil keputusan-keputusan penting.
Sudah lama sosok reinkarnasi Gatotkaca pergi meninggalkan Indonesia, pesawat N250 Gatotkaca menjadi sebuah bukti kenangan yang nyata bagi Indonesia. Sayang, pesawat pertama yang diciptakan oleh tokoh nasional Indonesia ini harus kalah sebelum bertanding karena krisis ekonomi.
Tahun 1990 Habibie dianggap sebagai salah satu calon pengganti dari Soeharto yang saat itu beliau sudah lanjut usia.
Maret 1998 Soeharto menunjuk B.J Habibie untuk menjadi wakil presiden. Beberapa bulan kemudian, setelah dinamika sosial politik yang yang terjadi dalam skala besar di Jakarta, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden.
Era reformasi dimulai dengan diangkatnya Habibie menjadi presiden ke-3. Habibie mulai melaksanakan reformasi dalam skala besar. Hingga kemudian disebut sebagai Bapak Demokrasi Indonesia karena perannya membuka lebar-lebar keran demokrasi pasca runtuhnya rezim Soeharto.
Ukiran Habibie masih dikagumi hingga saat ini, para pemuda banyak menjadikan beliau sebagai referensi karya. Habibie adalah sosok yang cerdas, terampil dalam menyelesaikan masalah. Saat ini N250 Gatotkaca sebagai karya terbaik dari sang Bapak Demokrasi tinggal kenangan. Namun semangat, ilmu, dan perkembangan terutama di dunia penerbangan yang ditinggalkan sangat berarti bagi Bangsa.
Indonesia berhutang terhadap jasa B.J Habibie. Kenangan yang diberikan kepada bangsa Indonesia akan menjadi penyemangat bagi kaum muda intelektual agar bisa bangkit menyongsong Indonesia yang lebih maju.
Editor: Nabhan