Inspiring

Badan: Tradisi Syawalan Masyarakat Cilacap

2 Mins read

Salah satu tradisi di bulan syawal yang masih populer di Jawa ialah tradisi badan. Badan berasal dari bahasa Jawa badhan yang berarti perayaan atau lebaran, namun adapula yang mengatakan bahwa ‘badan’ berasal dari bahasa Arab yakni bakdha yang berarti setelah.

Tradisi badan merupakan sebuah tradisi di bulan syawal yang dilakukan oleh masyarakat Kuripan Kidul Kota Cilacap. Tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun sehingga menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat daerah.

Tradisi badan dilakukan pada hari ketiga atau empat setelah hari raya Idulfitri dengan acara halalbihalal yang dilakukan di balai RW dan RT setempat. Tradisi tersebut diikuti oleh seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali, bahkan bagi yang berbeda agama sekalipun.

Adapun tujuan dari acara tersebut ialah untuk saling mempererat tali persaudaraan dan kekompakan atar rukun warga. Bukan hanya itu, tradisi ini juga mengajarkan toleransi beragama dan peduli terhadap sesama.

Salah satu rangkaian acaranya ialah sungkeman oleh para pemuda-pemudi dengan berkeliling mendekati yang lebih sepuh (tua) dengan meminta maaf dan minta didoakan untuk keselamatan, Kesehatan, dan keberkahan.

Pentingnya Tradisi Badan

Ibarat nasi tanpa sayuran, mungkin begitulah rasanya Idulfitri tanpa badan. Tentu kurang lengkap rasanya apabila menghilangkan salah satu dari kebiasaan yang selalu dilakukan.

Tradisi badan sudah layaknya budaya yang mandarah daging bagi masyarakat Cilacap, sehingga sulit untuk dihilangkan. Bahkan, dengan adanya pandemi covid-19 seperti sekarang ini, tradisi tersebut masih tetap berjalan meskipun sedikit berubah cara pelaksanaannya.

Masyarakat Cilacap tetap melaksanakan tradisi badan dengan cara yang lebih sederhana, yakni dengan hanya mengunjungi rumah-rumah sesepuh di kampung sekedar sungkeman dan bersilaturahmi. Larangan untuk berkerumun yang dianjurkan pemerintah dipatuhi, manun badan tetap terlaksana dengan tetap mengikuti protokol kesehatan bagi sebagian keluarga.

Baca Juga  Empat Pokok Pemikiran Feminis Jamal al-Banna

Bagi para sesepuh atau orang tua yang sudah jarang keluar rumah dan tidak begitu tahu keadaan lingkungannya, tentu sangat menantikan momen badan ini. Sebab, disaat itulah rumahnya menjadi ramai dan penuh dengan cerita.

Inilah letak keutamaan tradisi badan bagi masyarakat Cilacap, yakni untuk saling menghibur dengan berbagi cerita dan keceriaan bagi para sesepuh dengan harapan diberikan nasihat dan wejangan tentang kehidupan.

Antara Peraturan dan Tradisi

Semakin meningkatnya korban dan pasien positif covid-19 pemerintah mulai memperketat peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bahkan pada hari raya Idulfitri sekalipun. Masyarakat dilarang mengadakan maupun mengikuti acara-acara yang memancing kerumunan, seperti tradisi-tradisi lebaran pada umumnya.

Tradisi buka bersama, salat tarawih, tradisi takbir keliling, salat Idulfitri, bersalam-salaman, bersilaturahmi bahkan tardisi-tradisi syawalan lainnya juga dianjurkan untuk ditiadakan. Walaupun demikian, tidak semua orang mengindahkan anjuran tersebut. Padahal, adanya peraturan demi kenyamanan, kepentingan dan kemaslahatan bersama.

Sesuai peraturan Menteri Kesehatan atau Permenkes pasal 13 nomor 9 tahun 2020 mengenai pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan covid-19, tercantum adanya pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan kegiatan sosial dan budaya. Meskipun aturan tersebut tidak memuat sanksi, namun peraturan PSBB tetap dalam pengawasan peraturan gubernur, walikota, dan bupati yang memuat sanksi bagi yang melanggar peraturan.

Di Cilacap sendiri, pelaksanaan kegiatan tradisi badan cukup terkontrol. Beberapa rumah terlihat menyediakan padasan atau tempat wudhu dilengkapi dengan sabun untuk mencuci tangan bagi tamu. Selain mencuci tangan, tamu juga tetap memakai masker serta berjaga jarak. Bersalaman juga dilakukan tanpa menyentuh satu-samalainnya.

Beberapa masyarakat patuh tapi tidak bagi sebagian masyarakat lainnya, hal tersebut dianggapnya terlalu berlebihan. Tidak semua masyarakat paham akan bahaya dan dampak dari covid-19 sehingga tetap melaksanakan halalbihalal tanpa protokol kesehatan yang dianjurkan.

Baca Juga  Al-Qur'an Berbudaya, Ikut Al-Qur'an atau Budaya?

Pentingnya kesadaran dari berbagai elemen masyarakat tanpa terkecuali, dalam rangka saling melindungi dan peduli untuk tetap taat peraturan sangat di wajibkan. Sebab, ini adalah masalah yang harus dihadapi bersama, dibutuhkan kekompakan agar peraturan tidak hanya sekedar pajangan.

Tradisi syawal bagi sebagian masyarakat Indonesia memanglah sangat sakeral dan diagungkan. Namun, kita juga harus taat pada peraturan. Peraturan akan mudah dilaksanakan apabila terdapat kekompakan pada masyarakatnya untuk patuh dan saling mengingatkan. Kita tidak bisa memilih mana lebih penting diantara salah satunnya. Sebab, masyarakat yang beradat tentu akan memiliki kesadaran saling memiliki sebagai masyarakat yang menyatu dengan peraturan.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
2 posts

About author
Perempuan kelahiran Cilacap yang masih duduk di bangku kuliah. Remaja milenial yang bangga jadi masyarakat berdialek ngapak.
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *