Parenting

Mendidik Anak dalam Islam, Bagaimana Caranya?

4 Mins read

Berbicara tentang pendidikan merupakan pembahasan yang sangat urgent. Karena masalah pendidikan merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Terutama dalam hal mendidik anak.

Trilogi pendidikan (pendidikan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah) harus berjalan dengan baik supaya melahirkan anak yang berpredikat insan kamil.

Mendidik Anak dalam Islam

Proses pendidikan dan proses perkembangan hidup manusia merupakan satu kesatuan. Dengan kata lain, bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Bahkan keduanya pada hakikatnya adalah satu. Seperti yang dikemukakan oleh Lodge, yaitu bahwa, “life is education and education is life”.

Apapun yang terjadi dalam kehidupan manusia, itu adalah pendidikan. Sebab dari sesuatu yang dia alami, kemudian disadari bahwa manusia mampu membawa perubahan untuk dirinya dan orang lain.

Mendidik dan mengajari anak bukan merupakan hal yang mudah. Bukan pula pekerjaan yang dapat dilakukan oleh setiap orang secara serampangan atau bersifat sampingan. Mendidik dan mengajari anak sama kedudukannya dengan kebutuhan pokok dan kewajiban, yang harus dipenuhi oleh setiap muslim dalam menjalankan hidupnya.

Bahkan misi mendidik dan mengajarkan anak merupakan tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang tua. Karena, perintah mengenainya datang dari Allah SWT. Sebagaimana pengertian yang disimpulkan dari makna firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ – 66:6

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim:6)

***

Kemudian dikuatkan oleh Rasulullah SAW yang bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّت) متفق عليه

Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin.” (HR. Muttafaqun Alaihi)

Baca Juga  Menyambut Kelahiran Anak menurut Ajaran Rasulullah

Untuk itu, sebagai orang tua, guru, orang dewasa dan pendidik harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak; beserta bagaimana metode dalam mengajarkannya. Menurut penulis, ada beberapa tuntunan cara mendidik anak dalam Islam. Antara lain:

Menanamkan Tauhid dan Akidah Kepada Anak

Tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid, dia pasti terjatuh dan terjerumus ke dalam kesyirikan dan menemui kecelakaan di dunia; serta kekekalan dalam azab neraka. Sebab, dosa syirik adalah dosa yang besar.

Sebagaimana firman Allah SWT,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا – 4:48

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa:48)

Oleh karena itu, di dalam Al-Quran pula Allah SWT menjelaskan tentang sebuah kisah yang penuh pelajaran. Yakni, nasihat Luqman kepada anaknya. Sebagaimana firman-Nya,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ – 31:13

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman:13)

Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah

Rasulullah Saw bersabda,

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّي

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari).

Bila anak-anak telah bisa menjaga ketertiban dan kedisplinan dalam shalat, maka pun demikian amaliah-amaliah kehidupannya pasti akan tertib dan terjaga. Biasakan mereka untuk menghadiri shalat berjamaah dan ta’lim di masjid.

Baca Juga  Banyak Anak, Kebanyakan Rezeki?

Dengan melatih mereka dari dini maka ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut. Ajarkanlah Al-Quran, hadits, doa-doa dan zikir yang ringan kepada anak. Karena ini merupakan bekal utama atau tabungan untuk mereka kelak di hari akhir.

Dimulai dengan mengajarkan surat Al-Fatihah. Yang mana surat ini adalah surat yang wajib mereka bisa baca dengan baik dan benar; karena sehari semalam surat ini akan dibaca minimal 17 kali dalam shalat.

Dan baru kemudian surat-surat pendek, dan menyediakan waktu khusus bagi mereka belajar tajwid, menghafal Al-Qur’an serta hadist. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari.

Mendidik Anak dengan Akhlak Mulia

Ajarilah anak dengan berbagai adab Islam. Seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmallah sebelum makan, duduk ketika makan, menjaga kebersihan, dan mengucapkan salam.

Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlak-akhlak mulia. Seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan; menghormati yang lebih tua dan sayang kepada sesama, serta akhlak lainnya.

Juga melarang anak dari berbagai perbuatan yang diharamkan. Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan. Seperti judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain; dzalim, durhaka kepada orang tua, dan semua perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT.

Bacakanlah dan ceritakan kepada mereka kisah keberanian, kesabaran nabi-nabi, orang shalih yang disebutkan dalam Al-Quran, dan sahabat-sahabat dalam menegakkan Islam. Agar mereka mengetahui siapa sosok yang harus mereka idolakan. Bukan mengidolakan artis, pemain film, pemain sepak bola, dan sebagainya.

Didiklah mereka agar berani mengajak pada kebaikan dan mencegah keburukan, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah SWT. Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor, serta menakuti mereka dengan kegelapan.

Sebab pengalaman penulis, sangat kental akan nasihat yang demikian. Menurut penulis, nasihat tersebut baik akan tetapi kurang pas jika dibohongi. Sebagai contoh yang penulis alami adalah larangan duduk di depan pintu.

Baca Juga  Logos, Etos, dan Patos Life Skill Anak

Sering kali orang tua menasehati, “Jangan duduk di depan pintu, nanti sakit perut.”

Secara zhahir, tidak ada hubungannya di depan pintu kemudian sakit perut. Akan tetapi, di balik nasihat tersebut, tersimpan makna jangan duduk di depan pintu, sebab bisa menghalangi orang lain untuk jalan. Dan tentunya masih banyak nasihat-nasihat yang kemudian dikemas dengan berbagai bentuk cerita.

Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i

Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan.

Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian yang tidak syar’i, bahkan ketat yang membungkus; menampakkan dan menunjukkan auratnya, atau berpakaian tapi telanjang (jilboobs).

Perhatikan pesan mulia ini. Rasulullah saw bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم

Barang siapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)

Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala hingga bagian dadanya. Sehingga ketika dewasa, mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.

Pembaca yang budiman, ketahuilah. Orang bisa gagal menjadi presiden, menteri, tentara, polisi, dosen, dokter, pilot, dan profesi-profesi lainnya. Tetaplah tenang karena semuanya itu masih bisa diwujudkan. Akan tetapi jika orang GAGAL dalam mendidik anak, maka itu tidak akan pernah bisa diulang. Sebab anak yang tumbuh dewasa akan sulit untuk dididik seperti anak yang masih belia.

Demikianlah beberapa tuntunan dalam mendidik dan membentuk sikap anak dalam Islam. Tentu masih banyak hal-hal yang harus kita ajarkan, namun penulis hanya menyampaikan secara sederhana. Hendaknya para orang tua dan pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak.

Dan hendaknya pula mereka ingat untuk selalu bersabar, menasihati putra-putri mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka di hadapan orang lain. Sebab, itu adalah aib mereka.

Editor: Zahra/Nabhan

Avatar
3 posts

About author
Ketua Rumah Quran Daarut Tarbiyah, Dusun Pendagi, Desa Kopang Rembiga, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, NTB
Articles
Related posts
Parenting

Ajarkan Kepada Anak-anak, Masjid Tak Sekedar Tempat Ibadah

3 Mins read
Ibadah adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan seorang Muslim. Untuk memastikan agar generasi muda memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai agama…
Parenting

Nasihat Nashih Ulwan untuk Para Pendidik Anak

3 Mins read
Awalan, Abdullah Nashih Ulwan sangat gemar menulis, kertas dan pena senantiasa bersama dimanapun dia berada. Walaupun sibuk dengan kuliah, undangan dan ceramah, dia tetap meluangkan waktu…
Parenting

Hubungan Orang Tua dan Anak adalah Hubungan Kemanusiaan

3 Mins read
Hubungan orang tua dan seorang anak bisa dikatakan sebagai hubungan sosial dalam lingkup yang paling kecil. Bahkan, jika dalam kajian psikologi sosial,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *