Inspiring

Baharuddin Lopa (1): Pejuang Hukum dan Kebenaran yang Langka

4 Mins read

Baharuddin Lopa dilahirkan di Tanah Mandar tepatnya di Pambusuang, Balanipa Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Selatan, 27 Agustus 1935. Kini, Polewali Mandar sudah mekar menjadi Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2004.

Baharuddin Lopa terlahir dari keluarga yang terpandang, kakeknya Mandawari adalah seorang Raja Balanipa, salah satu raja terpandang di tanah Mandar yang juga dikenal sebagai Raja yang hidup sederhana yang suatu saat akan tertular Kediri Lopa.

Baharuddin Lopa salah satu orang yang serius dalam mengarungi perjalanan pendidikannya. Ia memulai pendidikannya dengan bersekolah di SD Tinambung, Polewali Mandar Sulawesi Selatan (saat ini Sulawesi Barat), SMP di Majene Sulawesi Selatan (saat ini Sulawesi Barat), SMA di Makassar, Sulawesi Selatan.

Kemudian pada tahun 1962, melanjutkan pendidikan Sarjana Strata satunya (S1) di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar mengambil fakultas Hukum. Lalu pada tahun 1982, melanjutkan studi strata tiganya (S3) di Universitas Diponegoro Semarang dengan mengambil fakultas yang sama, yaitu Fakultas Hukum.

Sejak usia muda, tepatnya 23 tahun, Baharuddin Lopa sudah diangkat sebagai jaksa di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Bersamaan dengan itu, ia juga masih kuliah di Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Hasanuddin kota Makassar. Sebagai jaksa yang berani dan memiliki integritas yang tinggi, ia banyak memperoleh prestasi. yang dengan prestasi tersebut, ia kemudian diangkat menjadi Bupati Majene pada usia 25 tahun. Bupati pertama termuda yang dimiliki Indonesia.

Baharuddin Lopa Sang Pemberani dan Pejuang Keadilan

Salah satu kehebatan yang dimiliki oleh Pak Lopa ialah kehebatannya dalam menegakkan kebenaran di jalan hukum. Sehingga di zamannya, banyak yang menjulukinya dengan “Pendekar Hukum”. Bagaimana tidak, dengan keberanian yang dimilikinya, ia mampu menumbangkan beberapa deretan penjahat besar di negeri ini.

Baca Juga  Sukiman Wirjosandjojo (2): Karir Politik dan Kabinet Sukiman

Ketika menjabat sebagai bupati dalam jangka dua tahun, misi yang ditugaskan oleh Jenderal M. Jusuf yang ketika itu menjabat sebagai Panglima Kodam XIV Hasanuddin telah berhasil ia selesaikan, yaitu misi menangkap Andi Selle Komandan Batalion 710 yang menjadi pengacau keamanan dan juga meniti karir sebagai penyelundup kondang di daerah tersebut.

Dengan ulah itu, masyarakat Majene merasa skeptis dengan penegakan hukum. Sebab, Andi Selle dan gerombolannya terkesan bebas saja berbuat semena-mena terhadap masyarakat Majene. Andi Selle terkenal sebagai bangsawan yang kebal hukum dan kerap bertindak seenaknya.

Setelah tugasnya sebagai Bupati Majene selesai, dan ia dinilai berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap supremasi hokum. Ia kemudian mendapat posisi penting sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Ternate, Maluku pada tahun 1966-1970. Di tempat barunya, Lopa langsung gerak cepat. Dilibasnya cukong dan pejabat bermasalah.

Hanya dua tahun dia di sana hinga akhirnya dipromosikan jadi Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara tahun 1970-1974. Di Sulawesi Tenggara, tambah kencang pergerakannya. Ia sapu bersih oknum-oknum pemakan uang rakyat. Karena dinilai terlalu berani, Lopa pun dimutasi jadi Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh pada tahun 1974-1976. Selama 3,5 tahun di Tanah Rencong, para cukong dan pejabat korup dilibasnya. Tak sedikit uang negara berhasil selamatkannya.

Lantaran terlalu beprestasi, Lopa kembali dimutasi kala itu menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat. Di sana ia meyapu bersih manipulator beras dan penyelundup kayu. Perintah dari seorang jenderal di Jakarta untuk membebaskan salah satu pengusaha hitam Kalimantan Barat yang ditangkap, tak membuat Lopa bergeming. Karena sikapnya itu, media massa menyebutnya luar biasa. “Padahal menurut saya itu tindakan biasa bagi seorang Jaksa,” kata Lopa.

Baca Juga  Catatan Kecil Tentang Pak Dasron Hamid (2): Pernah Bercita-cita Ingin Jadi Pilot
***

Mungkin karena dinilai terlalu berbahaya bila dibiarkan beraksi di daerah, maka Lopa pun ditarik ke Jakarta. Ia ditempatkan sebagai Kepala pusat pendidikan dan latihan Kejaksaan agung (Pusdiklat Kejagung) pada tahun 1976-1982. Tidak bertahan lama, pada tahun 1982-1986, Lopa kembali melancarkan aksinya dengan jabatan baru sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan.

Ketika bertugas di Sulawesi Selatan, keganasan Lopa kembali menjadi-jadi dengan hempasan keberanian yang tak terbendung. Ia seret Tony Gozal yang kesandung kasus korupsi reboisasi. Seperti dilansir oleh historia.id, Tony dikenal punya hubungan dengan pejabat negara dan karenanya nyaris kebal hukum.

Surat cinta dari cendana tak menyurutkan langkah Lopa untuk menyeret Tony ke balik jeruji besi. Karena sikap itu pulalah, pada tahun 1986, ia kembali dipulangkan ke Jakarta oleh Menteri Kehakiman Ismail Saleh menjadi Staf Ahli Menteri Kehakiman.

Soal alasan kepindahannya lantaran terlalu berprestasi dan berani itu, Lopa puya pandangan tersendiri. “Mugkin atasan saya melihat sesuatu yang saya tidak lihat, mungkin demi keselamatan saya juga,” kata Lopa. Namun begitu, Lopa tetap kukuh menegakkan hukum di manapun bertugas. “Yang saya takuti cuma Allah yang Maha Kuasa,” tegasnya.

Kesederhanaan Baharuddin Lopa

Syahrir Muhammad, penyunting buku Pertumbuhan Demokrasi Penegakan Hukum dan Perlindungan Hak Asasi Manusia yang membahas buah fikiran Prof. Dr. Baharuddin Lopa, S.H., perlu waktu cukup lama untuk menyelesaikan buku itu.

Ia harus bolak balik ke rumah Lopa untuk meminta koreksi naskah sebelum di terbitkan. Karena proses itulah, Syahrir sering berinteraksi dengan Lopa dan juga menyimak perilaku dan kehidupan sehari-hari si jaksa. Suatu ketika, kala Lopa sedang mengoreksi naskah, mata Syahrir tertumbuk pada pakaian yang dikenakannya.

Baca Juga  Pak AR Fachruddin: Dakwah Kultural di Muhammadiyah

Ia mengamatinya. Sepertinya Syahrir merasa ada yang agak aneh dengan baju yang dikenakan oleh Lopa. Rupanya Lopa sadar sedang diamati. “Kenapa anda memperhatikan saya? Apa ada yang lain dari saya atau apa?” Tanya Lopa penasaran.

Syahrir pun menjawab dengan suara rendah, “Baju bapak sangat bagus bahannya”. “Anda benar”, jawab Lopa. “Baju ini saya beli di Tanah Abang, harganya sangat murah. Hampir semua baju saya beli di Tanah Abang,” terang Lopa. Syahrur mengangguk-angguk. Ia merasa agak aneh: pejabat semacam Lopa, kok, beli bajunya di Tanah Abang? Sederhana sekali pejabat itu. “Apa sih pak, resep hidup sederhana itu?” Tanya Syahrir. “Kita harus selalu merasa cukup dan bersyukur. Itulah yang bisa membuat orang hidup sederhana tanpa mempertuhankan harta dan kekuasaan,” kata Lopa.

Syahrir adalah salah satu orang yang menjadi saksi kesederhanaan Lopa. Syahrir sering berkunjung ke rumah Lopa ketika masih tinggal di daerah Pondok Bambu, pinggiran Jakarta Timur. Sebelum ke rumah Lopa, Syahrir sering membayangkan jika perabot rumah Lopa tentu bagus-bagus dan mewah, layaknya rumah pejabat pada umumnya.

Tetapi ketika ia melihat langsung, kenyataannya jauh sekali dari yang di bayangkannya. Perabotan di rumah Lopa sangat sederhana. Kursi tamunya tampak tua. Syahrir tidak menjumpai satu pun barang mewah di sana. Suatu saat, Lopa pernah bercerita bahwa ia adalah pengagum Umar bin Khattab. Salah satu Khalifah dan sahabat Rasulullah Saw, itu banyak memberinya inspirasi. Di antaranya menginspirasinya untuk hidup sederhana. Ia juga tidak mau terlalu diistimewakan dan terlalu dihormati.

Editor: Yahya FR
Avatar
4 posts

About author
Ketua Umum PC IMM Sukoharjo
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds