Kalam

Belajar Tauhid dari Bang Imad, Cak Nur, dan Pak Amien Rais

4 Mins read

Sebelum belajar tauhid dari Bang Imad, Cak Nur, dan Pak Amien Rais, kita perlu memahami tentang keniscayaan agama. Kehadiran agama dalam kehidupan manusia adalah suatu keniscayaan. Agama hadir sebagai petunjuk yang akan memberikan arah dalam kehidupan manusia. Tanpa agama, manusia akan mengalami disorientasi dalam menapaki perjalanan manusia dimuka bumi ini. Secara primordial manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengenalan terhadap Tuhannya.

Manusia mempunyai modal yang azali atau modal bawaan sebelum dilahirkan ke dunia ini. Manusia mempunyai bakat untuk melakukan penyembahan kepada Tuhan, yaitu ruh Tuhan yang pernah ditiupkan oleh Tuhan sebelum lahir ke dunia ini.

Itulah sebabnya manusialah makhluk Tuhan yang paling berpotensi untuk dekat kepada Tuhan dibanding malaikat atau iblis. Karena manusia dari asal kejadiannya berasal dari tanah dan ruh Tuhan. Sedangkan Malaikat dan iblis berasal dari cahaya dan api.

Belajar Tauhid

Tuhan juga sangat menghargai dan memuliakan manusia. Dalam Al Qur’an dikatakan “Dan susungguhnya telah kami muliakan anak anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan dilautan. Kami beri mereka rezki dari yang baik baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (QS.17.70). Dan banyak lagi ayat yang lain, yang menceritakan keperpihakan Tuhan kepada manusia.

Namun demikian, sekalipun manusia punya fasilitas yang istimewa yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, tidaklah dibiarkan begitu saja memanfaatkan fasilitas itu semaunya. Manusia harus di dampingi oleh agama, fitrah yang dimiliki oleh manusia ruh ilahi yang ada dalam dirinya haruslah didampingi fitrah munazzalah yang diturunkan oleh Tuhan berupa agama.

Itulah dua fasilitas yang akan mengarahkan manusia berjalan menuju Tuhannya, yaitu fasilitas internal berupa bakat penyembahan berupa ruh dan fasilitas eksternal berupa cara melakukan penyembahan yaitu agama. Dari kedua fasilitas ini banyak muncul penafsiran penafsiran dalam memaknai proses perjalanan manusia menuju Tuhannya.

Baca Juga  Jejak Islam Rasional di Indonesia

Tiga Cendekiawan Muslim

Pemikiran pemikiran keagamaan banyak muncul tentang bagaimana menginterpretasikan ajaran tauhid yang bersifat teologis ketuhanan, dapat teraktualisasikan dalam bentuk sosial kemanusiaan. Bahwa ajaran tauhid ini adalah ajaran yang sangat prinsipil dalam Islam. Dari kelima rukun Islam kalimat tauhid menduduki posisi sangat strategis jika dibandingkan dengan yang lain. Rukun yang lain dianggap tidak sah kalau tidak melalui rukun syahadat atau tauhid.

Namun demikian, kita tidak boleh kaku dalam bertauhid. Perlu pemahaman yang holistik dalam menginterpretasikan simbol tauhid, bahwa tauhid itu bukan hanya berkaitan dengan simbol hubungan kepada Tuhan. Dalam konteks keindonesiaan banyak muncul pemikiran pemikiran yang mencerahkan dalam pengimplementasian tauhid dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Diera tahun 70 an sampai 90, setidaknya ada tiga cendekiawan garda depan yang sangat rajin menggaungkan pemikiran pemikiran keagamaan yang mencoba membumikan simbol tauhid dalam konteks sosial kemasyarakatan.

Ketiga cendekiawan itu adalah Imaduddin Abdul Rahim, Nurcholish Madjid, dan Amin Rais. Sekalipun ketiganya punya cara tersendiri dalam dalam memaknai kalimat tauhid namun tujuannya sama untuk kepentingan sosial kemasyarakatan. Kita bisa belajar tauhid dari ketiga cendekiawan ini.

Bang Imad

Dalam pandangan Dr Imanuddin Abdul Rahim yang biasa di sapa Bang Imad, dikenal sebagai tokoh Islam yang keras dan tegas dalam menyampaikan ajaran ajaran agama, seorang tokoh mujahid dakwah yang sangat tegas dalam menyampaikan kebenaran ajaran agama sehingga pada masa orde baru beliau dijebloskan kedalam penjara karena kritik-kritiknya yang sangat tajam terhadap pemerintah.

Bang Imad dikenal sangat berjasa terhadap pengembangan kajian kajian keagamaan di ITB. Salah satu yang menjadi fokus dalam kajian keagamaannya yang secara rutin disampaikan di ITB adalah pendalaman kalimat tauhid. Sehingga, banyak muncul kader kader militan hasil didikan Bang Imad, bukan militan yang kaku tapi yang punya wawasan keilmuan yang mendalam.

Baca Juga  Mohammad Natsir: Satu Langkah di Depan Mu’tazilah dan Maturidiah Samarkand

Dalam pemikiran Bang Imad, bahwa didalam Al Qur’an kita tidak akan menemukan satu ayatpun yang membicarakan atheis dan atheisme. Memang orang modern sekarang ini mempergunakan kata “mulhid” dan ilhad untuk “ateisme”. Namun kalau kita selidiki di dalam Al Qur’an, kata mulhid dan ilhad artinya sangat jauh dari ateis dan ateisme. Artinya bahwa tidak adanya kata ateis dan ateisme di dalam Al-Qur’an membuktikan bahwa tidak mungkin manusia itu tidak bertuhan.

Cak Nur

Pandangan yang kedua dari Nurcholish Madjid yang lebih elaboratif atau banyak menyinggung sisi sisi kemanusiaan, Dimata Cak Nur panggilan akrab Nurcholish Madjid, Bahwa manusia itu problemnya bukan tidak percaya kepada Tuhan, karena kepercayaan kepada Tuhan itu paling alamiah, paling natural.

Oleh karena itu praktis tidak ada manusia yang tidak percaya kepada Tuhan. Tapi persoalannya adalah kepercayaannya kepada Tuhan itu tidak benar. Dalam pandangan Cak Nur setiap kepercayaan itu membelenggu, mengikat dan bisa menjadi hamba dari apa kita percayai. Itulah sebabnya sangat menarik penafsiran Cak Nur tentang kalimat syahadat.

Cak Nur mencoba menguraikan kalimat tauhid “La Ilaha Illa Allah”,  filsafat kalimat tauhid ini, di mulai dengan huruf “nafyun” atau peniadaan kemudian kata “itsbat” atau peneguhan. Bahwa untuk menjadi orang yang benar bukanlah dimulai dengan, Aku percaya kepada Allah, tetapi dimulai dengan, Aku tidak percaya kepada semua kepercayaan kepercayaan itu.

Dalam bahasa Cak Nur dimulai dengan pembebasan diri dari berbagai kepercayaan yang ada dalam masyarakat. Kemudian kita juruskan diri kita pada kepercayaan yang benar. Dalam pemahaman Cak Nur, jangan sampai manusia itu terjatuh dalam syirik. Oleh sebab itu kepercayaan kepercayaan yang palsu atau ilah ilah kecil haruslah dibebaskan dulu dalam diri manusia.

Baca Juga  Islam Sebagai Din al-Hadarah dan Agama Pemikiran

Kepercayaan kepercayaan kepada hal hal yang sifatnya bendawi dapat menurunkan derajat kemanusiaan yang sangat dimuliakan oleh Tuhan dan sebagai ciptaan Tuhan yang paling tinggi.

Pak Amien Rais

Kemudian Amien Rais yang punya pemikiran  bahwa bertauhid haruslah punya imbas sosial kemanusiaan. Lewat bukunya yang best seller ditahun 80 an, 90 an yaitu “Tauhid Sosial” yang di terbitkan oleh Mizan, ia mengkampanyekan bertauhid  dengan pendekatan humanistik.

Dalam kaca mata pemikiran Muhammadiyah sejak dari Kiai Dahlan sudah sangat familier pemikiran pemikiran yang bernuansa sosial. Aspek teologis dari surah Al Maun yang dicoba dielaborasi dalam bentuk amal amal sosial punya dampak kemanusiaan yang luas. Itulah yang dicoba digagas Pak Amien Rais dalam Tauhid sosialnya.

Itulah percik-percik pemikiran tentang tauhid dari tokoh tokoh atau cendekiawan cendekiawan muslim garda depan. Mereka punya pengaruh terhadap proses pembaharuan pemikiran di Indonesia dan kita bisa belajar tauhid dari mereka.

Editor: Nabhan

Avatar
40 posts

About author
Kepala Madrasah Aliyah Nuhiyah Pambusuang, Sulawesi Barat.
Articles
Related posts
Kalam

Inilah Tujuh Doktrin Pokok Teologi Asy’ariyah

3 Mins read
Teologi Asy’ariyah dalam sejarah kalam merupakan sintesis antara teologi rasional, dalam hal ini adalah Mu’tazilah serta teologi Puritan yaitu Mazhab Ahl- Hadits….
Kalam

Lima Doktrin Pokok Teologi Mu’tazilah

4 Mins read
Mu’tazilah sebagai salah satu teologi Islam memiliki lima doktrin pokok (Al-Ushul al-Khamsah) yaitu; at-Tauhid (Pengesaan Tuhan), al-Adl (Keadilan Tuhan), al-Wa’d wa al-Wa’id…
Kalam

Asal Usul Ahlussunnah Wal Jama'ah

2 Mins read
Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan pemahaman tentang aqidah yang berpedoman pada Sunnah Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Ahlussunnah Wal Jama’ah berasal dari tiga…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds