Perspektif

Pesan Primordial dalam Ibadah Puasa

3 Mins read

Pesan-pesan langit yang diturunkan oleh Tuhan lewat perantaraan para Nabinya adalah pesan pesan untuk kepentingan eksistensi manusia dalam menjalankan tugas tugas kekhalifahan di muka bumi ini. Di antaranya terdapat pesan primordial yang paling mendasar dan ada sejak dahulu kala.

Ketika Adam dan istrinya Hawa ditransitkan di surga sebelum diturunkan ke bumi, sebenarnya sudah dibekali kepada mereka berdua perintah dan larangan, yaitu perintah untuk menikmati apa saja yang ada di surga. Ditambah dengan larangan supaya tidak mendekati satu pohon yang ada di surga.

Kalau kita mengacu kepada perintah dan larangan Tuhan tersebut, betapa perintah-perintahnya sangat mengenakkan dan mengasyikkan. Sementara larangan Tuhan yang cuma satu agar Adam dan istrinya tidak mendekati pohon khuldi. Tapi, Adam dan istrinya sangat tertarik dengan pohon tersebut.

Pesan Primordial

Kalau kita mengacu kepada drama Adam dan istrinya, bahwa perintah perintah Tuhan itu lebih banyak jika dibandingkan dengan larangannya, dan lebih mengasyikkan karena banyaknya kenikmatan kenikmatan di balik perintah tersebut. Sementara, larangannya cuma satu, itupun hanya berupa simbol pohon yang tidak terlalu menarik. Tapi kenapa Adam dan hawa lebih tertarik kepada pohon tersebut?

Kalau kita telusuri lebih mendalam ternyata ada faktor eksternal yang membuat Adam dan istrinya mendekat pohon tersebut, yakni retorika Iblis yang menghipnotis keduanya. Banyaknya kenikmatan kenikmatan di balik perintah Tuhan, masih terkalahkan dengan larangan untuk tidak mendekati pohon yang satu, tapi di-backing oleh iblis dengan berbagai jurusnya.

Jadi, perintah dan larangan sama sama mengandung kenikmatan. Di balik perintah Tuhan itu ada kenikmatan kenikmatan yang tersembunyi yang bisa dirasakan sekarang, lebih lebih untuk masa masa yang akan datang. Sementara larangannya juga mengandung kenikmatan melalui peran Iblis yang begitu proaktif untuk memoles keburukan keburukan menjadi nikmat dalam pandangan manusia. Tapi kenikmatan yang dicoba ditawarkan oleh Iblis adalah kenikmatan yang sifatnya sesaat.

Baca Juga  Ramadhan, Kita, dan Teater Kesalehan

Dan memang di antara penyakit manusia yang merupakan warisan Adam adalah mudah tergoda dengan kenikmatan kenikmatan yang sifatnya sesaat. Untuk menangkal berbagai ranjau ranjau kenikmatan yang dicoba dipasang oleh Iblis dalam menjatuhkan martabat kemanusiaan,Tuhan sudah memberikan senjata penangkal buat manusia. Hal ini pun menjadi pesan primordial yang dibawa lewat ajaran agama dan kebaikan sepanjang riwayat manusia.

Agama Menjaga Eksistensi Manusia

Setelah Adam terjatuh dari kenikmatan surga, dan mendiami bumi sebagai tempat yang baru, Adam langsung menangkap isyarat-isyarat dari Tuhannya dan menyadari kesalahannya, dan melakukan pertobatan. Tuhan langsung memberikan fasilitas agama untuk menangkal godaan Iblis selanjutnya. Ini menjadi bagian dari pesan primordial yang disinggung sebelumnya.

Seluruh ajaran agama yang diturunkan kepada manusia adalah untuk menjaga eksistensi supaya tetap berada dalam koridor kemanusiaan yang suci. Dalam salah satu bukunya Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa seluruh ajaran Islam dimaksudkan untuk mensucikan manusia yakni menampilkan kembali sifat kemanusiaan mereka. Mulai dari kalimat syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji jika dilaksanakan secara baik sesuai dengan aturan aturan syariat, manusia akan berada dalam koridor kesuciannya.

Puasa yang menjadi fokus pembahasan tulisan ini, orientasi dari puasa bagaimana ruhani sebagai modal primordial manusia bisa menjadi media kontrol dalam melakukan aktifitas keseharian. Orang yang berhasil dalam menjalankan ibadah puasa akan merasakan kesucian ruhaninya, dan bisa menjadi media konsultasi dalam menemukan suatu kebenaran. Itulah sebabnya Nabi pernah bertanya kepada sahabatnya untuk memanfaatkan fasitas hati nuraninya sebagai sumber rujukan dalam melihat suatu kebaikan ataupun dosa.

Kata Nabi kepada sahabatnya, tanyalah hati nuranimu. Yang dimaksud dengan kebaikan adalah yang membuat jiwamu atau hatimu tenang, sedangkan yang dimaksud dengan dosa adalah yang membuat hatimu gelisah dan berguncang dadamu. Hati atau jiwa yang dapat merasakan kenikmatan atau ketenangan ketika melakukan suatu kebaikan dan merasakan keguncangan ketika akan melakukan suatu perbuatan dosa.

Baca Juga  Bagaimana Islam dan Psikologi Memandang Mimpi?

Pesan Utama Ibadah Puasa

Itulah sebabnya salah satu pesan utama dari ibadah puasa dan modal yang sangat berharga dari pendidikan ibadah puasa adalah kita sangat merasakan kedekatan dengan Tuhan. Betapa Tuhan itu sangat dekat kita rasakan. Betapa gampangnya kalau kita mau melakukan hal hal yang akan membatalkan ibadah puasa, tapi kita tidak melakukannya. Karena kita merasakan isyarat-isyarat dari Tuhan untuk tetap tunduk pada bisikan hati nurani.

Janganlah kita seperti yang diceritakan dalam dunia sufi, bahwa seekor ikan yang mendengar perkataan manusia yang mengatakan “betapa indahnya lautan ini”. Kemudian sang ikan mencari teman-temannya sesama ikan, untuk mencari bersama, apa itu lautan yang indah.

Ikan-ikan itu berenang kesana kemari untuk mencari “lautan yang indah”, dan ikan-ikan ini berputus asa, karena tidak pernah menemukan lautan yang indah. Padahal lautan sudah ada pelukannya, betapa dekatnya lautan itu, tapi ikan tidak merasakannya.

Ikan-ikan itu tidak dapat merasakan bahwa lautan itu sudah ada dalam pelukannya. Tentunya kita tidak akan seperti ikan yang mencoba mencari makna hidup, bagaimana merasakan suatu bentuk kehidupan yang selalu berada dalam pengawasan Tuhan. Lewat ibadah puasa nurani kita semakin tercerahkan, semakin merasakan sentuhan sentuhan Ruhani yang akan membawa kita ke jalan kebenaran yang di ridhoi oleh Tuhan.

Pendidikan yang dibawa oleh ibadah puasa adalah untuk mencerdaskan ruhani manusia supaya dapat merasakan, bagaimana petunjuk petunjuk Tuhan dapan ter-install dalam dirinya. Sehingga dengan mudah dapat melakukan kebaikan kebaikan sebagaimana yang diperintahkan oleh agama.

Itulah pesan penting yang ditawarkan ibadah puasa sebagai tempat madrasah ruhaniah yang akan mengembalikan citra manusia sebagai makhluk yang suci dan makhluk yang  bermoral. Pasca Ramadan ini kita menjadi manusia-manusia baru, manusia yang terbebas dari dosa dosa masa lalu.

Baca Juga  Muhammad bin Abdul Wahab: Harus Al-Qur'an dan Sunah?

Sebagaimana sabda Nabi, “Barang siapa yang berpuasa dengan penuh keyakinan dan banyak introspeksi diri, kritik diri, maka akan diampuni dosa dosanya yang telah lalu.”

Editor: Nabhan

Avatar
36 posts

About author
Kepala Madrasah Aliyah Nuhiyah Pambusuang, Sulawesi Barat.
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *