Tafsir

Bilik-Bilik Etika Informasi dalam Al-Hujurat

2 Mins read
Oleh: Izza Rohman*

Dinamika di belantara media sosial dalam beberapa tahun terakhir telah membuat berbagai pihak membuat seruan moral tentang perlunya menggunakan kemajuan teknologi pengiriman pesan secara bijaksana. Tak sedikit seruan yang menekankan perlunya prinsip-prinsip etik yang bersumber dari agama digaungkan dan diteladankan untuk mendorong kearifan dalam menyikapi, mengolah dan menebar informasi.

Dalam satu dua kesempatan, Prof Haedar Nashir misalnya, mengingatkan tentang mendesaknya kebutuhan untuk mengangkat dan mempraktikkan apa yang ia sebut “al-Hujurat ethics“, yaitu nilai dan prinsip etik yang didasarkan pada surah al-Hujurat. Sebuah surah dalam Quran yang memuat pesan-pesan relevan untuk merayakan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tanpa menimbulkan dampak yang membahayakan atau merusak.

Mengungkap kandungan makna dan relevansi bagian wahyu ini untuk masa kini, tulisan ini mencoba menerangkan “bilik-bilik” (hujurat) pesan etik di surah ini dengan pendekatan tematik.

Pesan untuk Orang Beriman

Surah al-Hujurat memuat edukasi adab bagi orang-orang yang beriman. Mengapa orang beriman? Pesan-pesan edukatif di dalamnya lebih banyak ditujukan kepada orang yang beriman bukanlah karena orang-orang berimanlah yang memiliki masalah dengan etika. Melainkan karena iman menjadi modal bagi berhasilnya pendidikan etik di surah ini.

Tanpa iman, nasihat-nasihat moral di sini tak akan banyak menuai hasil. Imanlah yang dapat mencegah individu dan masyarakat dari kerusakan akibat moralitas yang buruk. Orang-orang yang beriman di sini diistimewakan karena mereka memiliki bekal yang lebih baik untuk menjadi orang baik.

Di surah al-Hujurat, yang ayatnya sejumlah 18, terdapat 5 ayat (yaitu ayat 1, 2, 6, 11 dan 12) yang dimulai dengan sapaan yâ ayyuhalladzîna âmanû (wahai orang-orang yang beriman). Itu artinya 27 persen ayat surah al-Hujurat diawali dengan sapaan kepada orang-orang yang beriman. Tidak ada surah yang persentasenya setinggi al-Hujurat dalam hal ini. Dalam al-Qur’an sendiri, hanya terdapat 89 ayat, yang tersebar di 19 surah, yang diawali dengan sapaan yâ ayyuhalladzîna âmanû. Itu sama dengan 1,4 persen saja dari jumlah total ayat al-Qur’an, yang sejumlah 6236 ayat.

Baca Juga  Ayat-Ayat Toleransi dalam Al-Qur’an yang Wajib Kamu Pahami!

Di surah al-Hujurat sendiri, kata iman (dalam berbagai bentuk atau derivasinya) tersebut 15 kali di 12 ayat. Itu artinya dua per tiga ayat surah al-Hujurat menyebut kata iman. Yaitu, 7 kali dalam bentuk kata kerja lampau (âmanû yang tersebut 6 kali, atau âmannâ yang tersebut 1 kali), 1 kali dalam bentuk kata kerja kini/nanti (tu’minû). Sementara itu ditemukan dalam 4 kali dalam bentuk kata benda kejadian (îmân), dan 3 kali dalam bentuk kata benda pelaku jamak (mu’minûn yang disebut 2 kali, atau mu’minîn yang disebut 1 kali).

Dua dari 12 ayat tersebut diawali dengan ungkapan innamal-mu’minûn (orang-orang mukmin itu adalah/hanyalah …), yang menandakan bahwa ungkapan selanjutnya menerangkan karakter orang-orang dengan keimanan sejati. Dalam al-Qur’an sendiri hanya ada empat ayat yang diawali dengan ungkapan innamal-mu’minûn. Itu menegaskan secara statistik kuatnya kaitan pesan surah al-Hujurat dengan keimanan.

Dengan demikian, tema pokok surah al-Hujurat yang sangat menonjol adalah keimanan, yaitu keimanan berikut konsekuensinya. Terutama konsekuensi moralnya dalam konteks hubungan horizontal dengan sesama (mu‘âmalah ma‘al-makhlûq) dalam semangat keadaban, dan hubungan vertikal dengan Allah (mu‘âmalah ma‘al-Khâliq) dalam semangat ketakwaan, serta balasan yang akan diterima oleh orang yang beriman.

Hubungan dengan Al-Fath

Tema keimanan ini tampak menyambung tema keimanan yang disinggung beberapa ayat surah al-Fath, yang terletak sebelum al-Hujurat. Di ujung surah al-Fath, Allah menyatakan bahwa Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh (di antara orang-orang yang bersama dengan Nabi Muhammad saw.) maghfirah (ampunan) dan ajr ‘azhîm (ganjaran yang agung).

Di surah al-Hujurat sendiri juga ditegaskan bahwa keimanan dan ketakwaan akan dibalas dengan maghfirah dan ajr ‘azhîm (lihat ayat 3). Dengan diberikannya maghfirah, maka amal-amal orang-orang beriman tidaklah sia-sia. Dan dengan ajr ‘azhîm, orang-orang beriman mendapatkan fadhl (karunia), ni‘mah dan raḥmah dari Allah.

Baca Juga  Teori Relativitas Waktu Einstein dalam Kisah Ashabul Kahfi

Dengan demikian menjadi jelas bahwa pengajaran etika (sebagaimana nanti diulas) di surah al-Hujurat ini ditujukan kepada orang beriman karena merekalah yang lebih berpeluang meraih ampunan dan balasan besar dari Allah. Orang yang beriman sudah sepatutnya lebih dekat dengan etika luhur dibandingkan dengan yang lain. Dengan kata lain, orang beriman sudah selayaknya memiliki adab dan akhlak yang lebih tinggi daripada yang tidak beriman.

Wallahu a‘lam

*) Penulis adalah dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka

Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *