Inspiring

Penjaga Moral Bangsa: Meneladani Buya Syafii Maarif

3 Mins read

Buya Syafii Maarif – Siapa pun yang melakukan riset dan kajian mengenai pembaharuan Islam di Indonesia, tak mungkin melewatkan nama Ahmad Syafii Maarif sebagai sosok penting yang harus diteliti. Pemikiran dan kiprahnya dalam mengedukasi umat Muslim agar berpikir maju, moderat, dan terbuka, terbentang luas di berbagai karyanya.

Kontribusi pemikirannya bukan hanya diakui banyak kalangan, melainkan juga menjadi pedoman bagi anak-anak muda—terutama bagi mereka yang tumbuh dan berkembang di lingkungan Muhammadiyah—untuk berpikir dan bertindak.

Saya merasa tak seberuntung banyak aktivis dan intelektual Muhammadiyah yang mengenal begitu dekat Buya Syafii—sapaan akrabnya, yang saban waktu bisa mendengar kejernihan pikiranya atau bertukar gagasan tentang isu-isu keagamaan dan kebangsaan.

Tetapi, saya masih terbilang mujur, sebab masih bisa membaca—dan sekali waktu pernah juga berdiskusi langsung—uraian ide-idenya yang bening dan brilian, antara lain tentang pembaruan Islam, demokrasi, Pancasila, dan kebebasan berpikir, dan pentingnya hidup berdampingan secara damai.

Buya Syafii Maarif: Teladan Anak Muda

Buya Syafii Maarif adalah teladan bagi banyak orang saat ini, terutama bagi anak-anak muda yang bekerja bagi pembaruan Islam, menghadirkan Islam yang ramah, memperjuangkan toleransi, pendidikan yang terbuka, dan demokrasi Indonesia yang sehat.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005 itu merupakan panutan, bukan hanya karena keberanian, keterusterangannya dalam berbicara, konsistensi antara ucapan dan tindakan, berintegritas tinggi, tetapi juga karena kesederhanaannya dalam menjalani hidup sehari-hari.

Bukan perihal ganjil, misalnya, jika warga di sekitaran Nogotirto, Yogyakarta, mudah menemuinya tengah mengantre di rumah sakit untuk berobat; berjumpa saat membeli kebutuhan rumah di warung; menemuinya di angkringan; mendapatinya menumpang kereta api KRL atau tengah mengayuh sepeda ontel kesayangannya. Kesederhanaan itu bukan sekadar dibicarakan, tetapi telah menjadi laku hidupnya sehari-hari.

Baca Juga  Demokrasi Indonesia Merindukan Buya Syafii

Sebagai teman seperjuangan Cak Nur yang sama-sama mengerahkan tenaga dan pikiranya untuk menghadirkan Islam Tengah (Islam Moderat), Islam yang ramah, peraih gelar doktor dari Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Universitas Chicago, AS itu adalah orang yang konsisten, berani, lugas jika berbicara, dan teguh pendirian. Anak-anak muda harus belajar kepada Buya Syafii mengenai sikap dan tindakan berani ini.

Buya Syafii adalah penjaga moral bangsa yang layak diteladani. Rasanya tidak banyak tokoh Islam yang berpendirian seperti Buya Syafii ini. Anak pasangan Ma’rifah Rauf Datuk Rajo Malayu dan Fathiyah itu boleh dibilang manusia langka yang warisan dan jejaknya harus diteruskan di kemudian hari.

Dimensi Kemanusiaan Buya Syafii Maarif

Buya Syafii Maarif adalah sosok yang selalu gelisah akan nasib negerinya. Saat memberi kata penutup pada peringatan hari ulang tahunnya yang ke-86, Buya Syafii menyiratkan dengan jelas keresahannya akan kondisi negeri yang penuh persoalan dan gonjang-ganjing, terutama perihal dinamika yang tengah mendera Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Buya mendorong presiden agar segera mengintervensi langkah Pimpinan KPK yang akan melantik para pegawainya yang dinyatakan lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) pada 1 Juni 2021.

Sebagaimana diketahui bersama, sebanyak 75 pegawai KPK dinyatakan tak lolos TWK, meski Pimpinan KPK menyatakan 24 pegawai masih bisa dibina. Perkara ini menyita perhatian Buya Syafii, sebab pasti berdampak pada melambatnya kinerja KPK dalam memberantas korupsi, sebab kehabisan waktu menjawab berbagai soal mengenai perkara ini.

Bagi Buya Syafii, keberadaan KPK sangat penting untuk diperkuat dalam memberantas korupsi yang kondisinya saat ini ia ibaratkan seperti kanker yang sudah berada di level stadium 4, sebab sudah masif dan menggurita ke berbagai instansi pemerintah dan sektor-sektor lainnya.

Baca Juga  Syafii Maarif: Sisi Lain yang Jarang Diketahui

Oleh karena itu, eksistensi KPK harus dipertahankan, dikuatkan, bukan malah dilemahkan. Nampak sekali bahwa Buya Syafii adalah penyokong KPK sejak awal lembaga antirasuah itu didirikan. Saya melihat, pembelaan Buya Syafii terhadap eksistensi KPK merupakan keberpihakannya pada kemanusiaan.

Selain itu, Buya Syafii dikenal luas sebagai penganjur toleransi, tokoh lintas agama, dan sosok yang memperjuangkan agar umat Islam berpikir adil kepada siapa pun meski berbeda sikap dan pandangan. Perjuangannya ini selaras dengan apa yang dianjurkan Cak Nur yakni kebebasan berpendapat dan mengungkapkan pemikiran secara leluasa tidak boleh dikekang atau dibatasi oleh siapa pun.

Dari sini nampak sekali dimensi kemanusiaan yang menjadi tumpuan besar pemikiran dan gerakan Buya Syafii. Ia adalah aktivis hak asasi manusia yang membela dengan tegas hak orang lain itu berekspresi, berbicara, dan mengemukakan pikiran.

Karena itu, jika ada yang tak sependapat, menentang pemikiran orang lain, berbeda pandangan, maka satu langkah yang harus ditempuh ialah menentangnya lewat pemikiran juga, berdebat, bukan melancarkan kekerasan atau melakukan persekusi.

Dimensi kemanusiaan inilah yang membuat Buya Syafii mampu melintasi politik aliran. Buya mampu berdiri di atas kelompok santri, priyayi, dan kaum abangan di negeri ini, bukan memilih berada di salah satunya.

Menjalin Persaudaraan

Untuk sebuah negeri yang sangat majemuk seperti Indonesia, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu menegaskan, toleransi merupakan sikap yang mesti dimiliki.

Melalui salah satu karyanya, ia menegaskan bahwa, “sebuah bangsa dapat mengalami kehancuran bila toleransi sosial, agama, dan budaya tidak mantap.” Prinsip ini dapat menjadi dasar bagi dialog untuk saling memahami dan mengerti dalam perbedaan.

Ya, sebagaimana para pembaharu Islam di Indonesia lainnya seperti Cak Nur, Gus Dur, Djohan Effendi, Moeslim Abdurrahman, lelaki kelahiran Nagari Calau, Sumpur Kudus, 31 Mei 1935 silam itu, menegaskan penting bagi segenap anak-anak bangsa untuk menjalin persaudaraan, bekerja sama dengan berbagai pihak, baik intra dan antar-agama, untuk membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan. Tanpa bekerja sama, tak mungkin masalah besar bangsa ini bisa terselesaikan.

Baca Juga  Mambangkik Batang Tarandam: 85 Tahun Buya Syafii Maarif

Bangsa ini memerlukan banyak sosok seperti Buya Syafii yang layak menjadi teladan dan kompas yang memberi arah ke mana kapal Indonesia ini seharusnya berlayar.

Selamat ulang tahun yang ke-86 Buya. Semoga tetap sehat, diberi kekuatan melimpah untuk terus menyuarakan kebenaran, dan selalu memberikan inspirasi bagi anak-anak negeri.

Editor: Yahya FR

Avatar
6 posts

About author
Direktur Eksekutif Nurcholish Madjid Society
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *