Secara etimologi Al-Qur’an adalah masdar dari kata قرء yang artinya adalah membaca atau جمع (mengumpulkan). Tetapi ada juga riwayat yang mengatakan bahwa alqur’an adalah kata sendiri, bukan dari masdar قرء .
Adapun secara syar’i Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya sekaligus para nabi , Muhammad SAW, yang diawali dengan surah al fatihah dan diakhiri dengan surah An nas. Allah berfirman :
انا نحن نزلنا عليك القرءان تنزيل ا
Artinya : ” sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (Muhammad) secara berangsur angsur” (Al-insan: 23).
Di kutipan ayat tersebut secara gamblang disebutkan bahwa Allah lah yang menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah, dan Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Kemudian, kenapa Allah menurunkan kepada Rasulullah secara berangsur-angsur dan bukan langsung secara keseluruhan?.
Sebelum sampai pada pembahasan tersebut ada baiknya mempelajari dulu tahap-tahap turunnya Al-Qur’an.
Al-Qur’an turun dalam tiga tahap; pertama, Allah menurunkan Al-Qur’an keseluruhan ke lauhul mahfudz. Kedua, turun ke baitul izzah atau langit dunia. Ketiga, turun ke Nabi Muhammad SAW. Allah menurunkan Al-Qur’an secara keseluruhan ke lauhul mahfudz
Al-Qur’an di lauhul mahfudz tersimpan dan tidak bisa di ketahui siapapun kecuali Allah. Perlu diketahui bahwa maksud turun ke lauhul mahfudz adalah bahwa Al-Qur’an di turunkan ke lauhul mahfudz sebelum diutusnya nabi Muhammad dan terjadi pada bulan ramadhan.
Hal ini berdasarkan firman Allah :
انا انزلنٰه في ليلة القدر
Artinya : ” sesungguhnya kami telah menurunkannya ( alquran) pada malam kemuliaaan (Qs. Al-qadr:1 ).
انا انزانٰه في ليلة مبٰركةٍ انا كن منذرين
Artinya : Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan kamilah yang memberi peringatan. (Qs.Ad-dukhan : 3).
***
Lalu Allah menurunkan ke baitul Hikmah yakni langit dunia melalui Nabi Muhammad. Yang menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad adalah malaikat yang paling agung diantara para malaikat yakni, Malaikat Jibril ‘Alaihissalam dan dekat kedudukannya di sisi Allah, hal ini senada dengan firman Allah :
وانه لتنزيل رب العالمين نزل به الروح الأمين على قلبك لتكون من المنذرين بلسان عربي مبين
Artinya : “ Dan sesungguhnya Alqura’n ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, ia dibawa oleh Ar Ruh Al ‘Amin (Jibril), kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahsa arab yang jelas”. (Qs.Asyu’ara : 192-195 ).
Malaikat banyak memiliki kemuliaan dan agung, semua itu membuatnya pantas menjadi penyampai wahyu kepada para Rasul-Nya.
Turunnya Al-Qur’an
Turunnya al qur’an dibagi menjadi dua; Ibtida’i, Sababi. Ibtida’i adalah Ayat yang tidak ada sebab yang melatar belakanginya. Dan mayoritas ayat yang turun termasuk kategori ini. Contonhya adalah firman Allah :
ومنهم من عهد الله لئن ءاتانا من فضله, لنصدقن ولنكونن من الصالحين
Ayat ini pada awalnya turun untuk menjelaskan keadaan orang orang munafik. Kemudian ayat ini masyhur berkenaan dengan Tsa’labah bin Hathib dalam kisah yang sangat panjang, sebagaimana yang dijelaskan oleh mufassirin.
Sababi adalah ayat yang turun karena sebab-sebab tertentu. Sababi ada tiga jenis; pertanyaan yang dijawab oleh Allah, kejadian yang membutuhkan penjelasan dan peringatan, dan perbuatan yang perlu diketahui hukum syar’inya
Makkiyah dan Madaniyyah
Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama 23 tahun, dan mayoritas ayat diturunkan di kota Mekkah. Hal ini bukan tanpa alasan, karena pada saat di mekkah Rasulullah mendapat banyak cobaan dari kaum kafir Qurays, sehinnga Allah menurunkan firmannya guna meneguhkan hati Rasulullah dan memberi peringatan kepada kaum kafir Qurays.
Para ulama membagi ayat al Qur’an menjadi dua kategori : ayat makkiyah dan madaniyyah. Ayat makkiyah adalah yang Allah turunkan kepada Rasullah pada saat beliau masih berada di Mekkah.Sedangkan ayat madaniyyah adalah ayat yang Allah turunkan pada saat Rasulullah sudah berada di Yastrib (Madinah).
Lantas bagaimana ayat yang turun bukan di Mekkah maupun di Madinah? Seperti ayat :
اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسلام دينا
Ayat ini termasuk ayat Madaniyyah, meskipun diturunkan kepada Rasulullah saat beliau di arafah saat Haji Wada’. Seperti yang ada pada hadist shahih bukhari disebutkan riwayat dari Umar. Ia berkata : “kami mengetahui hari dan tempat ayat itu diturunkan kepada Rasulullah, yaitu ketika beliau berdiri di Arafah pada hari Jum’at”.
Ayat-ayat makkiyah berbeda dengan ayat-ayat madaniyyah dari segi bahasa dan pembahasan.
Pembahasan ayat ayat makkiyah dan ayat ayat madaniyyah sangat berbeda, karena keadaan sudah berbeda saat Rasulullah menyampaikan wahyu Allah di mekkah,mayoritas orang menolak ajakan Rasulullah untuk mengesakan Allah, sedangkan di Madinah ayat ayat yang turun berkenaan dengan hukum- hukum untuk kaum muslimin.
Karateristik Ayat Makkiyah dan madaniyyahAyat makkiyah memiliki pola kalimat yang kuat dan ungkapannya puntegas karena yang diajak berbicara adalah orang yang congkak dan menentang.
Ayat Makkiyah biasanya memberikan kenyamanan dan keteguhan bagi Rasulullah, dan mengingatkan Rasulullah agar lebih bersabar terhadap celaan kaum kafir Quraiys. selain itu juga lebih pendek tapi mempunyai Hujjah yang kuat, karena yang diajak adalah para pembangkang lagi durhaka.
Ayat madaniah sering meneyebutkan masalah berjihad dan orang orang munafik yang berkembang pada saat itu di Madinah yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay bin Salul.
Penulisan dan Penyusunan Al-Qur’an
Penulisan dan penyusunan Al Qur’an terbagi menjadi 3 tahap; Fase pada masa Nabi; Abu Bakar; Masa Ustman.
Alqur’an diturunkan dalam kurun waktu 23 tahun. Dan pada saat Rasulullah Al Qur’an dijaga oleh Allah dengan wasilah lisan para sahabat dab ditulis oleh sahabat. Banyak yang mempertanyakan siapa yang mengurutkan dan menentukan ayat dan juz dalam Al Qur’an?, yang menetukan juz dan ayat adalah Allah sendiri.
Rasulullah memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk menjadi para penulis wahyu. Mereka disebut sebagai Kuttab al-wahy . Diantaranya ialah Khalifah yang empat (red.Khulafaurrayidin), Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Muawiyyah bin Abu Sufyan, Mughirah bin Syu’bah Zubair bin Awwam, Surahbil bin Hasanah, dan Abdullah bin Rawahah.
Fase Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar banyak para huffadz yang syahid di perang Yamamah. Oleh karena itu Abu bakar memerintahkan agar mengumpulkan Al Qur’an agar tidak hilang.
Dalam Shahihul Bukhari dikisahkan bahwa Umar bin Khattab memberikan saran kepada Abu Bakar agar mau mengumpulkan Al Qur’an setelah peristiwa perang Yamamah, tetapi pada saat itu Abu BAkar hanya diam, dan Umar mengulangi sarannya hingga Abubkar dilapangkan hatinya oleh Allah untuk melakukan hal tersebut.
Abu Bakar mengutus Zaid bin Tsabit sebagai ketua pelaksana dalam memgumpulkan Al Qur’an, Zaid bin Tsabit memakai cara yang sangat ketat dan pengawasan yang luar biasa.Pengesahan dua saksi atas hafalan dan pengirimin dalam bentu tertulis sangat diwajibkan.Proses ini terjadi pada tahun 12 H.
Fase Ustman bin Affan
Pada saat zaman Ustman bin Affan banyak perbeddan dalam membaca Al Qur’an karena terdapat perbedaan pada lembaran- lembaran yang ditangan para sahabat.Dan dikhawatirkan akan terjadi fitnah.
Ustman bin Affan mengumpulkan para sahabat guna memusyawarahkan masalah ini, akhirnya diputuskan untuk menyatukan mushaf dan Ustman membakar mushaf yang selainnya.
Pada saat itu Ustman mengutus orang untuk menyalin Al Qur’an yaitu: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash, Abdurrahman bin Harist bin Hisyam. Mereka menyalin dalam beberapa mushaf.Hal ini terjadi pada tahun 25 H. Tujuh salinan dibuat dan dikirimkan ke Kufah, Bashrah, Yaman, Syam, Mekkah, dan Bahrain.
Dari beberapa penjelasan yang diutarakan di dalam artikel ini mungkin bisa diambil bisa hikmah yakni bahwa Allah sangat menjaga Firman-Nya dari orang orang yang ingin merusak agama ini.
Editor: Dhima Wahyu Sejati