Inspiring

Cara Jadikan Organisasi Sebagai Ladang Dakwah Potensial

3 Mins read

Organisasi dakwah dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk menyusun kerangka kerja. Yang mana, akan menjadi wadah bagi seluruh kegiatan usaha dakwah dengan membagi dan mengklasifikasikan pekerjaan yang akan dilakukan. Serta, menjalin dan merangkai hubungan kerja antar unit organisasi.

Adanya organisasi sangat penting keberadaanya. Sebab dengan perorganisasian, akan lebih mudah untuk proses dakwah.

Pengorganisasian adalah proses pengelompokan orang, alat, tugas, tanggung jawab, dan wewenang ke dalam suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pengorganisasian adalah langkah pertama dalam mengimplementasikan rencana yang sudah jadi. Oleh karena itu, logis jika organisasi kegiatan tersebut menciptakan organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan yang kuat.

Organizing menekankan betapa tertib, teratur, dan sistematisnya dalam bekerja. Meski secara pandangan Islam, disebut dengan al-thanzim bukan semata-mata sebagai wadah dalam berdakwah.

Definisi Organisasi

Istilah organisasi berasal dari kata Yunani organon yang berarti alat. Jamaes D. Monney, organisasi adalah segala bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Paul Preston dan Thomas Zimmemer, mengungkapkan bahwa organisasi mengklaim sebagai sekelompok orang yang ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut S. P. Siagian memandang bahwa organisasi dapat dilihat dari dua perspektif: organisasi sebagai forum dan organisasi sebagai proses. Organisasi sebagai wadah adalah tempat di mana kegiatan-kegiatan administrasi dan manajemen dijalankan dan sifatnya adalah telatif statis.

Maksud arti statis, organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Organisasi sebagai proses ialah selalu bargerak menuju tercapainya tujuan organisasi. Sebagai              proses dinamis karena harus mangadakan pembagian tugas kepada anggotanya. Dan juga, harus membagikan tanggungjawab, wewenang, dan mengadakan hubungan. Baik ke dalam, maupun keluar dalam rangka mencari keberhasilan organisasi.

Baca Juga  As-Syafi’i, Sang Musafir Ilmu dan Pendiri Mazhab

Definisi Dakwah

Dakwah secara etimologi berasal dari bahasa Arab dari kata: da’a-yad’u-da’watan yang berarti memanggil, menyeru, mengajak. Dakwah secara etimologi tersebut dapat ditemukan dalam Q.S Ali Imran (3): 104.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang  beruntung.

H.M. Alifin memandang dakwah sebagai bentuk kegiatan mengajak dan memahami bahwa dakwah yang dilakukan dalam bentuk lisan, tulisan, dan lain-lain dan usaha berencana untuk mempengaruhi orang lain. Baik secara individu, maupun kelompok supaya dengan kesadaran muncul dalam dirinya sikap rasa syukur dan pengamalan ajaran agama sebagai pijatan diberikan kepadanya tanpa paksaan.

Menurut Asmuni Syukur, dakwah dapat diartikan dari dua sudut pandang. Yakni istilah dakwah yang bersifat pembinaan dan istilah dakwah yang bersifat pembangunan.

Pembinaan maksudnya ialah suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya. Sedangkan pengembangan berarti suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan sesuatu hal yang belum ada.

Kemudahan dalam berdakwah dengan cara yang berbeda dapat memacu kita untuk mengukur diri dengan baik. Bahkan, kemudahan berdakwah saat ini tidak ada bagi para da’i kita sebelumnya.

Dakwah hari ini, memiliki tantangan dan kenyamanan yang berbeda dari masa lalu. Para da’i harus bisa menemukan cara yang tepat untuk menyampaikan pesannya kepada publik.

Selain berdakwah di atas mimbar, hari ini lebih mudah untuk menyampaikan dakwah kepada mad’u atau penyimak dengan melalui media cetak ataupun media elektronik. Akan tetapi, hal tersebut akan lebih terorganisir dengan management yang tepat. Maka, penulis memandang bahwa dengan organisasi dan pengorganisiran, dakwah lebih efektif dan sistematis.

Baca Juga  Abul Aswad ad-Duali: Penggagas Ilmu Nahwu Pertama
***

Bagi kaum Muslimin sudah tidak asing lagi dengan slogan الحقّ بلا نظام يغلبه الباطل بالنظام, yang mana, al-haq yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebatilan yang terorganir. Maka secara harfiah, penulis memandang bahwa berdakwah dengan media cetak ataupun media elektronik ataupun dengan alat lainnya.

Akan lebih efektif jika keseluruhan dakwah tersebut diatur dan diorganisir supaya tepat dan mudah dipahami oleh mad’u atau pendengar. Untuk itu, organisasi adalah wadah yang efektif dalam berdakwah. Karena organisasi sebagai sarana dalam berdakwah yang terorganisir.

Dalam perorganisiran dakwah, bagi da’i harus sesuai landasan Al-Qur’an sebagaimana dalam QS. An-Nahl ayat 125:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Pada ayat tersebut para da’i menyampaikan dakwah dengan metode bil-hikmah dan mauizathil hasanah. Hal tersebut tidak terlepas dari perorganisiran dakwah. Bil-hikmah adalah dengan hikmah serta pelajaran yang baik, bukan dengan menakut-nakuti, mengancam bahkan dengan kekerasan.

Amar ma’ruf nahi munkar tidak bisa diartikan bahwa untuk mengajak kebaikan dengan kelembutan dan melawan kemungkaran harus dengan kekerasan.

Banyak sekali para da’i memahami tentang cara dakwah secara lemah lembut, akan tetapi fenomena hari ini, dalam mengemas dakwahnya sering sekali keliru dan tidak terorganisir, sehingga terjadi hal-hal yang bertabrakan dengan esensi dakwah tersebut. Maka dengan adanya organisasi sebagai wadah berdakwah akan lebih terorganisir dalam berdakwah dan lebih aplikatif dari esensi berdakwah.

Baca Juga  Nurcholish Madjid: Kiprah Pembaruan Islam

Hal tersebut sudah diimplementasikan oleh organisasi terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dengan dakwah amal ma’ruf dan nahi munkar secara praksis, adanya amal usaha perguruan tinggi, sekolah-sekolah, balai kesehatan dan majelis pengajian yang rutin. Hal itu sudah menggambarkan bahwa berdakwah dalam melawan nahi munkar tampak jelas.

Editor: Yahya FR

Luviana Adam
1 posts

About author
Bendahara Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Sukabumi
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *