Perspektif

Cara Mengisi Kemerdekaan Menurut Al-Qur’an

4 Mins read

“Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat.”

Sepenggal pesan dari sang proklamator kemerdekaan Indonesia Bung Hatta memberikan pesan mendalam bahwa kemerdekaan yang telah dicapai bukanlah akhir dari segalanya. Kemerdekaan merupakan pintu awal untuk mewujudkan rakyat Indonesia agar dapat hidup makmur dan sejahtera sehingga menggapai kebahagiaan.

Indonesia adalah bangsa yang telah merdeka. Maka tentu menjadi sebuah kesyukuran kita sebagai rakyatanya dapat merasakan kehidupan yang penuh ketentraman dan kenyamanan.

Berbeda jauh dari negara-negara yang masih belum merdeka, atau negara yang masih dilanda konflik yang berkepanjangan. Mereka masih terjajah, hidup di alam penuh ketakutan, kelaparan, keterbelakangan yang tentu jauh dari rasa aman dan nyaman.

Tujuh puluh tujuh tahun yang lalu, rakyat Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Kemerdekaan yang diperoleh melalui perjuangan yang berat, waktu yang lama, dan berbagai macam pengorbanan. Sudah tidak terhitung berapa jumlah jiwa yang telah gugur dan berapa harta yang telah habis demi satu tujuan untuk menggapai kemerdekaan.

Kini pengorbanan para pahlawan dahulu saat ini telah kita rasakan bersama. Nikmat kemerdekaan betul-betul kita bisa nikmati. Berbagai bentuk kegiatan dapat kita lakukan dengan penuh kebebasan dan kemudahan.

Kita begitu bebas untuk menentukan hidup mau menjadi apa, memilih bekerja sebagai apa atau ingin menutut ilmu hingga di mana. Semua dapat dilakukan dengan mudah selama tidak melanggar aturan.

Mengisi Kemerdekaan dengan Kegiatan Berkualitas

Sebagai orang beriman yang mecintai negerinya, tentu menjadi tanggung jawab kita untuk mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai amal dan perbuatan yang berkualitas. Menurut pesan Al-Qur’an, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh masyarakat atau ummat yang telah memperoleh nikmat kemenangan berupa kemerdekaan. Seperti yang termaktub pada surah Al Hajj ayat 41:

  الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

Baca Juga  Kemerdekaan Indonesia dan Permasalahan Umat Islamnya

Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Menurut Tafsir Jalalain yang ditulis oleh Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi bahwa makna golongan orang-orang yang telah mendapatkan kedudukan dibuka bumi adalah mereka yang diberikan pertolongan dari Allah, sehingga mereka dapat mengalahkan musus-musuh mereka (memperoleh kemenangan dan kemerdekaan), (niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar). Serta hanya Allah yang berhak menentukan akhir dari semua perkara, dan membuat hina siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa bangsa yang telah memperoleh kemenangan dan kemerdekaan setidaknya wajib melakukan beberapa hal berikut, yakni:

Pertama, mendirikan salat. Salat merupakan tuntunan pertama yang menjadi perintah Allah yang mesti dilakukan oleh orang-orang yang telah mendapatkan nikmat kemerdekaan. Ibadah salat merupakan sarana seorang hamba dapat berkomunikasi dengan Tuhannya, cara terbaik berdialog sang makhluk kepada sang Khaliknya.

***

Apabila dirunut dari teks pembukaan undang- ndang dasar 1945, jelas termaktub disana bahwa kemerdekaan yang diperoleh oleh bangsa Indonesia adalah atas berkat dan rahmat Allah. Sehingga sangat singkron ketika telah memperoleh kemerdekaan, maka yang wajib untuk  dilakukan adalah banyak bersyukur atas nikmat besar yang telah diperoleh, dan salat merupakan salahsatu sarana mengapresiasi rasa syukur tersebut. Efek dari salat dapat menimbulkan efek positif yang dahsyat bagi siapa yang mampu menjalankan salat secara sempurna.

Selain itu bila dikaji lebih dasar, perintah salat di surah Al Hajj ayat 41 ini, perintah kalimat salatnya adalah Aqomussholah yang memiliki makna dirikanlah salat. Mendirikan salat tidak hanya sekedar melaksanakan salat.

Karena mendirikan memiliki makna lebih dalam, dan untuk masuk kategori golongan yang mendirikan salat, minimal ada lima hal tahapan yang mesti dilakukan, yakni: selalu menjalankan salat di awal waktu, tatacara salat dipahami dan dijalankan dengan baik, memelihara kekhusyuan dan tuma’ninah-nya, menjaga dampak salat ketika di luar salat, dan memelihara berjamaahnya.

Baca Juga  Mu'tazilah: Warisan Intelektual Islam yang Masih Relevan untuk Anak Muda

Selain itu, salat juga merupakan wasilah terbaik untuk memperoleh ketenangan jiwa. Karena dalam salat, semuanya mengandung zikir yang dapat membawa para pelakunya menjadi tenang.

Ketenangan jiwa yang didapat dari setiap orang yang merutinkan salatnya adalah jalan terbaik untuk menggapai kehidupan yang bahagia.

Kedua, menunaikan zakat. Zakat merupakan amalan yang menjadi sarana seorang hamba untuk dapat mengasah rasa simpati dan empati. Ketika seseorang mampu untuk saling berbagi, maka akan muncul kepuasan dan ketenangan tersendiri dalam diri. Selain itu, zakat juga mampu untuk meningkatkan kualitas keimanan seseorang, membersihkan dan mensucikan jiwa, penggunaan dananya untuk usaha ekonomi produktif dapat membantu memperluas kesempatan kerja, mengurangi angka pengangguran dan mengentaskan problem kemiskinan.

***

Tujuan bangsa merdeka salah satunya adalah ketika masyarakatnya mampu untuk merasakan kebahagiaan dalam hidup. Sementara salah satu sumber kebahagiaan adalah ketika seseorang mampu untuk saling berbagi. Zakat merupakan sarana berbagi yang dapat mengantarkan pelakunya menggapai kebahagiaan lahiriah maupun secara batiniah.

Menurut Prof Dr. Zakiah Daradjat, ilmuwan muslim dan Pelopor Psikologi Islam di Indonesia, pada dasarnya harta sebagai menunjang kehidupan manusia. Akan tetapi, harta bisa berubah menjadi sumber kegelisahan, perselisihan, dan permusuhan.

Tidak sedikit akibat harta, orang berselisih, hubungan persaudaraan menjadi renggang, bahkan karena harta, hubungan keluarga bisa menjadi putus. Sebenarnya, bukanlah harta yang menjadi penyebab.

Sebabnya mungkin cara memperoleh harta itu yang tidak benar, atau sebagian kecil dari harta itu yang sesungguhnya milik orang lain, tidak dikeluarkan haknya dan atau tidak dibagi sesuai ketentuan hukum dan syariat agama.

Di sinilah peranan zakat, manfaat zakat bagi penerimanya dapat membantunya dalam memenuhi keperluan hidupnya sehari-hari yang tidak dapat dipenuhinya sendiri. Sementara manfaat zakat bagi yang menunaikannya cukup banyak, terutama dalam menjadikan hidup bersih dan sehat.

Baca Juga  Home Learning: Antara Pembangunan Karakter dan Pembelajaran Berbasis Projek

Sehingga dari sinilah zakat mempunyai pengaruh terhadap kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Sehat jasmani dan rohani merupakan pangkal utama seseorang dapat menggapai kehidupan yang bahagia.

Ketiga, amar ma’ruf nahi munkar. Prilaku amar ma’ruf dan nahi munkar dapat diimplementasikan berupa hikmah, yakni sebuah amaliah yang dapat dilakukan dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan tingkat dan kemampuan masing-masing.

Dalam konteks mengisi kemerdekaan, maka amar ma’ruf dan amal kebaikan yang mesti digelorakan dan disesuaikan dengan konteksnya dan keadaannya. Ketika dia seorang pejabat, maka amar ma’ruf dan nahi mungkar-nya adalah bagaimana ia mampu untuk mencegah berbuat zalim baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat yang dipimpinnya. Dengan kekuasaan yang dimiliki dia mampu menegakkan kebenaran dan sekaligus menghilangkan kemungkaran atas wibawa dan kedudukan yang dimilikinya.

***

Ketika seseorang berprofesi sebagai pendidik, maka dia dapat menegakkan amar ma’ruf dengan menjadi pendidik yang terbaik. Dengan prestasi yang ia mampu raih maka dengan sendirinya dia sudah menunaikan unsur kebaikan yang dapat dicontoh bagi yang lain.

Ketika seorang berprofesi sebagai pedagang, ia dapat menegakkan kebenaran dengan menjadi pedagang yang jujur dan penuh amanah. Maka ketika sifat jujur dan amanah sudah ditegakkan sehingga ia dapat menjadi contoh bagi pedagang lainnya yang akhinya mereka dapat mengikuti jejaknya, maka si pedagang ini juga telah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Akhirnya kemerdekaan yang kita rayakan tahun ini yang ke tujuh puluh tujuh, kita sebagai komponen bangsa dapat mengisinya dengan amaliah sebagaimana pesan yang terkandung di surah Al Hajj ayat 41. Sehingga tujuan kemerdekaan untuk terwujudnya masyarakatnya bahagia dapat kita peroleh dan rasakan bersama.

Editor: Yahya FR

Furqan Mawardi
16 posts

About author
Dosen Universitas Muhammadiyah Mamuju, Pengasuh Pondok MBS At-Tanwir Muhammadiyah Mamuju
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *