Inspiring

Catatan Kecil Tentang Pak Dasron Hamid (5): Jabatan untuk Kepentingan Umum, Bukan untuk Urusan Pribadi

4 Mins read

“Aku tidak mau ada konflik kepentingan antara pekerjaanku dan usahaku. Jangan sampai jabatanku dimanfaatkan dalam usahaku dan agar usaha yang kukelola tidak memanfaatkan jabatanku”, inilah pesan yang pernah disampaikan ABDUL HAMID BKN kepada putranya, M. Dasron Hamid. Sengaja saya kutip pernyataan tersebut karena menurut saya, inilah sebenarnya masalah mendasar yang sedang dialami oleh para pimpinan Amal Usaha di Muhammadiyah: memanfaatkan jabatan yang sebenarnya untuk kepentingan publik tetapi malah untuk kepentingan pribadi (karir dan bisnis)

Tanpa terasa, Catatan Kecil Tentang Pak Dasron Hamid sudah sampai seri kelima. Menjadi pertimbangan bagi saya untuk mengakhiri catatan berseri ini agar dapat beralih ke tokoh Muhammadiyah lainnya. Jujur, ketika mengulas fragmen-fragmen riwayat hidup Pak Dasron Hamid seperti tidak ada habis-habisnya. Tapi ulasan fragmen sejarah tokoh tetap harus mempertimbangkan banyak hal: harmoni, konflik kepentingan, situasi psikologis, dan lain-lain. Sampai-sampai ada fragmen penting dalam riwayat hidup Pak Dasron Hamid yang sengaja saya hilangkan dengan alasan untuk menjaga harmoni di kalangan tokoh-tokoh Muhammadiyah saat ini.

***

Singkat cerita, Pak Dasron Hamid menjabat sebagai Rektor UMY untuk kedua kalinya. Strategi dan kebijakan apa saja yang Pak Dasron Hamid terapkan selama memimpin UMY tidak perlu saya ulas di sini. Saya yakin, para pembaca artikel ini jauh lebih paham ketimbang saya ini. Tapi prinsip atau filosofi manajemen yang diwariskan dari ABDUL HAMID BKN kepada Dasron Hamid patut kita ulas karena ini jadi masalah penting di kalangan para pimpinan amal usaha Muhammadiyah saat ini. Yaitu, kemampuan menempatkan jabatan sebagai urusan publik dan tidak memanfaatkannya untuk memperlancar urusan pribadi, misal karir dan bisnis.

Jika membaca kembali fragmen-fragmen riwayat hidup ABDUL HAMID BKN yang meniti karir dan menjalankan banyak usaha, mulai dari bisnis percetakan dan penerbitan, aktif di partai politik, pengurus PSSI, pendiri asuransi Bumiputra, dan lain-lain menggiring imaji kita untuk menarik satu simpul bahwa sosok ini sebenarnya sudah berkecukupan secara ekonomis. Artinya, kebutuhan keluarga sudah terpenuhi dari karir dan usaha yang dia geluti. Sedangkan di Muhammadiyah, dia lebih berkhidmat untuk berdakwah, berjuang membesarkan Muhammadiyah. Jika sudah demikian, maka jelaslah beliau mampu memisahkan antara urusan pribadi dan jabatan publik. Urusan pribadinya, seperti karir dan bisnis, baginya sudah selesai. Sedangkan jabatan publik di Muhammadiyah digunakan sepenuhnya untuk urusan Muhammadiyah. Itu artinya bahwa beliau sudah selesai dengan urusan dirinya sendiri ketika berjuang di Muhammadiyah.

Baca Juga  Soekarno: Negarawan yang Seniman

Seandainya ABDUL HAMID BKN belum selesai dengan urusan dirinya sendiri, sangat mungkin beliau akan mencampur-aduk urusan pribadi dengan jabatan publiknya. Menggunakan otoritas jabatan publiknya untuk memperlancar karir dan bisnisnya. Namun faktanya, beliau tidak demikian. Sikap yang demikian itu telah diturunkan kepada putranya yang bernama Dasron Hamid ini ketika mendapat amanat sebagai Rektor UMY.

***

Dasron Hamid menerapkan manajemen kepemimpinan modern di UMY. Dia bertindak profesional tanpa melibatkan urusan pribadi dan keluarga ketika memagang amanat sebagai Rektor UMY. Itu semua dia lakukan karena mengingat pesan penting dari sang ayah bahwa tidak boleh mencampur-aduk urusan pribadi dan keluarga dengan pekerjaan.

Model kepemimpinan Dasron Hamid yang menggunakan gaya manajemen modern sempat mendapat apresiasi dari Prof. Malik Fadjar, mantan Menteri Pendidikan Nasional. “Sesungguhnya, kuatnya ruh Muhammadiyah mendasari sikap dan kiprah Dasron Hamid inilah yang membuat semua menjadi lancar jalannya.” Nah, saya kira segudang prestasi yang diraih UMY bersama Pak Dasron Hamid diibaratkan seperti buah manis yang dipetik dari ikhtiar memegang teguh dan menjaga prinsip kepemimpinan yang diwariskan dari sang ayahnya.  

***

Mengakhiri Catatan Kecil Tentang Pak Dasron Hamid, saya ingin mengungkapkan pengalaman saya secara pribadi tentang bagaimana beliau menjamu dan melayani seorang tamu atas nama UMY. Kebetulan, fragmen ini mengandung pesan sangat mirip seperti yang baru-baru ini terjadi di Qatar, yaitu dalam event Piala Dunia yang pertama kali digelar di sebuah negara di Timur Tengah.

Nama Ghanim Al-Muftah yang difabel itu mendadak viral setelah pembukaan Piala Dunia 2022 di Qatar yang spektakuler. Ada sebuah ucapan, maaf saya kurang ingat detailnya, yang kurang lebih maksudnya begini: karena undangan sudah disebar, dan semua telah menerimanya, maka mereka akan menjadi tamu yang akan diterima sebagai bagian dari keluarga (pengundang). Artinya, sang tamu (para supporter) akan diterima, dijamu sebagaimana mereka memperlakukan keluarganya dengan baik.

Baca Juga  Menanti Lahirnya Kembali Ki Bagus Hadikusumo

Kalau anda yang baca artikel ini pernah baca sirah nabawiyah atau pernah mengenyam pelajaran tarikh, jelas akan teringat pada pembahasan Arab pra Islam dengan segala legasinya. Masyarakat baduwi pra Islam dikenal sangat kuat pegang janji dan memuliakan tamu. Siapa saja yang bertamu ke keluarga Arab, dia akan dijamin keselamatannya, dijamu dan dilayani layaknya anggota keluarga. Dan legasi Arab pra Islam ini kemudian dilestarikan menjadi bagian dari ajaran atau norma sosial dalam Islam tentang adab “memuliakan para tamu” (ikramud-dhuyuuf).

***

Nah, cerita ketika Pak Dasron Hamid menerima tamu kondang (beliau sejarawan Taufik Abdullah) atas nama UMY terjadi dalam acara Pengajian Ramadhan yang rutin digelar oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kesan awal saya waktu itu agak sebel dengan Pak Dasron. Bagaimana tidak! Saya sudah janjian dengan Pak Taufik Abdullah untuk wawancara di UMY, setelah beliau mengisi Pengajian Ramadhan. Waktunya wawancara tiba. Tapi beliau sedang berada di ruang Rektor dan saya lihat sedang dijamu makan-makan sambil ngobrol-ngobrol bersama jajaran pimpinan UMY. Saya kembali kirim WA kepada beliau, dan beliau merespon langsung mempersilahkan. Tapi saya lihat Pak Dasron menatap saya sambil memberi “kode stop” dengan dengan telapak tangannya. “Nanti dulu. Beliau tamu.”

Mungkin karena faktor kharisma Pak Dasron, waktu itu saya langsung ciut nyali, mengangguk sambil berucap, “njih…” Biasanya, ketika sudah janjian wawancara dengan narasumber, tidak peduli protokol ketat atau dalam kondisi apapun, saya selalu cari cara (paling sering nyerobot) untuk bisa dapatkan statemen atau secuil kalimat dari narasumber itu. Waktu itu, saya hanya bisa nunggu lama dengan perasaan ndongkol. “Wong sudah janjian! Beliau juga sudah mempersilahkan! Ini kok masih ditahan!”  

Baca Juga  Dasron Hamid, Rektor Inovatif, Angkat Lagi Citra UMY yang Sempat Terpuruk

Tapi saya baru sadar setelah berhasil wawancara dengan Pak Taufik Abdullah. Rupanya, kesan beliau sangat-sangat positif atas penyelenggaraan Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah di UMY. Bukan hanya apresiasi terhadap jalannya pengajian, tetapi apresiasi positif juga kepada pihak penyelenggara (UMY) yang telah menerima, menyambut, dan menjamu beliau dengan sangat baik.

Nah, dari situlah saya sadar bahwa menyambut atau bahkan memuliakan tamu memang menjadi norma mulia (akhlakul karimah) yang berdampak positif bagi semuanya. Positif bagi penerimanya, ya positif bagi tamunya. Persis seperti event Piala Dunia di Qatar baru-baru ini. Karena masyarakat Qatar menyambut para tamu supporter dari berbagai negara dengan baik, kesan yang dihasilkan sangat positif. Bahkan mampu mengubah persepsi negatif bangsa Barat kepada negara kecil ini.

Itulah catatan kecil saya tentang Pak Dasron Hamid. (Habis)

157 posts

About author
Pengkaji sejarah Muhammadiyah-Aisyiyah, Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah.
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds