Perspektif

Covid-19 : Peta Sejarah Pandemi Mematikan Menyerang Indonesia

4 Mins read

Awal bulan Maret 2020 masyarakat Indonesia dikejutkan dengan adanya 2 WNI (Warga Negara Indonesia) yang positif mengidap virus corona.

Setelah
2 bulan sebelumnya berhasil bertahan mengahadang virus jenis baru ini, akhirnya
tibalah giliran Indonesia untuk terinfeksi. Tercatat ada lebih dari 150 negara
didunia telah terinfeksi virus yang diberi nama Corona Virus Disease 19 ini, sebanyak 317.308 orang positif
terjangkit 13.642 meninggal, 95.953 telah dikonfirmasi sembuh per 22 Maret
2020.

Virus corona pertama kali terdeteksi pada akhir bulan Desember sampai awal bulan Januari 2020 di kota Wuhan, China. Sampai saat ini masih belum dipastikan siapa pertama kali yang terinfeksi virus yang kini telah ditetapkan WHO (World Health Organization) sebagai pandemi global. Informasi ini penting untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.

Di Indonesia sendiri sedikitnya ada 514 kasus terinfeksi virus corona, 29 orang dinyatakan sembuh dan 48 orang dinyatakan meninggal duni per 22 Maret 2020. Pandemi corona telah menginfeksi lebih dari 15 provinsi di Indonesia dan masih akan terus berkembang. Ini masih merupakan awal penyebaran dan diprediksi akan mengalami puncaknya pada pertengahan April nanti.

Tidak
mau tinggal diam pemerintah Indonesia segera mengambil kebijakan menghimbau
kepada warganya untuk diam dirumah selama 14 hari. Langkah ini dilakukan untuk
memutus rantai persebaran virus corona dan diterapkan mulai tanggal 16 Maret-29
Maret 2020. Menyambut himbauan dari pemerintah, berbagai lembaga pendidikan
mulai dari SD, SMP, SLTA, sampai Perguruan Tinggi pun turut merumahkan para
siswa dan mahasiswanya dan kemudian beralih ke sistem pembelajaran online.

Flu Spanyol 1918

Tepat 1 abad sebelumnya, dunia juga sempat dikejutkan dengan mewabahnya pandemik global yang merenggut nyawa 1 – 6 % dari populasi dunia, atau sekitar 18 – 108 juta.

Flu spanyol disebabkan karna bermutasinya virus H1N1 yang sebelumnya menjangkiti unggas kemudian pindah ke babi dan akhirnya pindah ke manusia. Kemudian penyebarannya diperkuat dengan adanya perang dunia 1.

Baca Juga  Upaya Komunal Masyarakat Moderat dalam Pandemi Covid-19

Perang dunia menimbulkan masyarakat kekurangan tenaga medis selain karena banyak yang meninggal di perang pun juga banyak yang ikut ke medan perang sebagai tenaga medis, kemudian dengan banyaknya bangunan dan rumah sakit yang hancur juga mendukung semakin sulitnya penanganan wabah ini.

Kerugian yang besar tentunya harus ditanggung berbagai Negara di Eropa tak terkecuali Belanda yang kala itu menjajah Indonesia. Dampaknya Indonesia harus bekerja berkali-kali lipat lebih keras dari sebelumnya untuk menutup defisit anggaran Belanda akibat perang.

Pemerintah
Belanda tak mau ambil pusing dengan wabah flu spanyol yang melanda Indonesia,
pemerintah tidak memberi fasilitas kesehatan yang mencukupi dan bahkan
menganggap wabah yang terjadi hanya flu biasa yang disebabkan karna pribumi
yang tidak pandai menjaga kesehatan.

Akibatnya
dalam jangka waktu 4 bulan lebih dari 1 juta masyarakat pribumi meninggal dunia
akibat pandemi flu spanyol di tahun 1918.

Di satu
sisi masyarakat pribumi harus berperang mengahadapi virus baru yang tidak
mereka ketahui penyebab dan cara menyembuhkannya, disisi lain mereka dipaksa
bekerja untuk memulihkan ekonomi belanda, hal ini lah yang menjadi penyebab
utama banyak kematian terjadi di Indonesia.

Kerumunan orang yang dipaksa bekerja tanpa henti, ditambah minimnya kekebalan tubuh plus tidak adanya fasilitas medis yang memadai menjadi faktor utama penyebaran virus mematikan yang menyebar melalui udara ini. Minimnya teknologi dan kesadaran pemerintah akan bahaya pandemik flu sapanyol juga menjadi variable pendukung tersebarnya virus mematikan ini.

ilustrasi : Kompas.com

 

Jika dibandingkan dengan pandemi corona yang sekarang juga melanda Indonesia, pemerintah bisa dikatakan cukup responsif dengan menghimbau masyarakat untuk tetep berada dirumah untuk sementara waktu guna mencegah penularan virus semakin massif.

Perbedaan mencolok respon pemerintah kolonial dengan pemerintah saat ini ditengarai disebabkan 2 faktor yakni pengetahuan mengenai virus yang mewabah dan kondisi sosial masyarakat.

Informasi mengenai karakteristik virus, penyebab, cara menyebar, serta dampaknya bagi kesehatan adalah beberapa poin penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah kolonial bisa dikatakan cukup abai dan buta informasi. Padahal harusnya pemerintah kolonial mengetahui perihal pendemik flu spanyol mengingat letak geografis Belanda yang berada di Benua Eropa, yang paling banyak terkena flu spanyol.

Baca Juga  Dalam Kacamata Pendidikan, Film ‘Penghianatan G30 S PKI’ itu Tak Perlu Ditonton!

Selain itu pengelolaan informasi menjadi nilai plus tersendiri bagi pemerintah. Dimana di era globalisasi seperti sekarang yang terpenting adalah informasi. Pemerintah kolonial dulu kecolongan karena buta akan informasi, selain memang teknologi informasi kala itu memang belum semaju sekarang tapi bukan tidak mungkin bagi sekelas pemerintah kolonial yang sanggup menjajah Indonesia akan kesulitan mendapat informasi.

kemudian faktor kedua adalah kondisi sosial masyarakat. Memang tidak bisa dibandingkan kondisi masyarakat 100 tahun yang lalu dan kondisi masyarakat sekarang. Karena memang dulu Indonesia masih dibawah jajahan kolonial Belanda. Dimana berbagai kekerasan dan persekusi menjadi makanan sehari-hari rakyat pribumi kala itu.

Selain itu minimnya pendidikan yang dikenyam dan bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali akan melahirkan pemikiran masyarakat yang kolot. Bagaiman tidak masyarakat lebih percaya pada hal-hal yang mistis ketimbang hal yang ilmiah dan logis. Banyak yang masih buta huruf, karena pendidikan hanya untuk orang Belanda dan inlander saja.

Satu-satunya sumber informasi bagi pribumi hanya melalui media surat kabar. Dan ironisnya jurnalis surat kabar yang juga tidak dibekali dengan ilmu yang mumpuni serta dibawah tekanan pemerintah tidak jarang menyebarkan berita-berita hoax. Hal ini juga turut meracuni pikiran pribumi dan akhirnya menganggap remeh virus flu spanyol dan dalam waktu singkat merenggut nyawa ribuan orang.

Flu Burung

Lain halnya
dengan virus Avian Influenza atau
yang sering disebut flu burung yang juga pernah menjangkit Indonesia di awal dekade
10 tahun silam. Virus flu burung juga sempat menggemparkan masyarakat Indonesia
dengan menjadikan Indonesia sebagai Negara ke 2 dengan kematian akibat flu
burung terbesar di dunia.

Virus flu burung pada dasarnya menjangkiti ternak unggas seperti ayam dan bebek sebelum bermutasi dan akhirnya menular ke manusia. Sedikitnya 10.000 hewan ternak mati akibat terjangkit wabah ini.

Baca Juga  Dinamika Ide Monoteisme Agama Ibrahim

Sayangnya pemerintah tidak mengindahkan himbauan dari WHO untuk memusnahkan hewan ternaknya, tapi hanya diberikan vaksin untuk mencegah penularan ke manusia.

Hal ini mengingatkan kita dengan kondisi yang terjadi di tahun 1918 dimana pemerintah kolonial kala itu juga meremehkan pandemik flu spanyol yang pada akhirnya merenggut ratusan ribu nyawa pribumi.

Jika virus corona menular melalui sentuhan maka lain hal dengan flu burung. Pada dasarnya flu burung menjangkiti unggas ternak masyarakat dan hanya beberapa yang berhasil bermutasilah yang kemudian menjangkiti manusia. 80 % manusia yang terjangkiti virus yang berhasil bermutasi telah meninggal dan penyebaran dari manusia ke manusia masih terbilang jarang.

***

Satu hal yang berbeda dengan wabah pandemik corona saat ini. Wabah flu burung tidak menimbulkan kepanikan ditengah-tengah masyarakat. Mengapa demikian?. Lagi-lagi mengenai pengelolaan informasi, IPTEK masyarakat yang kala itu masih berkembang jelas menmberi sumbangsih besar. Orang-orang masih jarang yang memiliki SmartPhone bahkan Handphone, Informasi yang didapat adalah melalui televisi.

Kabar baiknya hal ini akan meminimalisir penyebaran informasi yang tidak valid atau HOAX. Jika berkaca dengan kondisi corona yang sekarang menjangkit, masyarakat dibuat panik dengan tersebarnya isu-isu negatif seperti kematian yang marak tersebar di media sosial yang belum pasti kebenarannya.

Patogen flu burung masih sulit menyebarkan virus antar manusia karena masih kalah dengan kekebalan tubuh manusia. Sehingga pemerintah tak menerapkan sistem lockdown ataupun merumahkan warga masyarakatnya.

Soekarno pernah mengatakan “Jas Merah”, Jangan sekali kali melupakan sejarah. Sejarah adalah guru paling berharga sekaligus paling kejam, disitu kita dituntut belajar langsung dari pengalaman-pengalaman yang pernah dialami, akan tetapi barang siapa tidak belajar dari sejarah maka dia akan dihukum untuk mengulangi sejarah yang sama.

Editor: Yahya FR

Avatar
6 posts

About author
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMM,
Articles
Related posts
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…
Perspektif

Murabahah dalam Tinjauan Fikih Klasik dan Kontemporer

3 Mins read
Jual beli merupakan suatu perjanjian atau akad transaksi yang biasa dilakukan sehari-hari. Masyarakat tidak pernah lepas dari yang namanya menjual barang dan…
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *