Tafsir

Dakwah Nabi Isa AS adalah Dakwah Tauhid

4 Mins read

Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 72 bahwa Nabi Isa AS ditugaskan untuk dakwah kepada kaum Bani Israil. Tugas utamanya adalah dakwah tauhid, yaitu: 1). Mengajak kaum Bani Israil tersebut untuk menyembah Allah (اعْبُدُوا اللَّهَ). 2) yaitu Tuhan Nabi Isa itu sendiri dan Tuhan Bani Israil juga (رَبِّي وَرَبَّكُمْ). 3) sesungguhnya orang yang menyembah selain  Allah yang Esa (مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ).  4) itu diharamkan masuk syurga (حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّة). 5) dan tempat akhirnya adalah neraka (وَمَأْوَاهُ النَّارُ). 6) Mereka itu adalah orang zalim (لِلظَّالِمِين).

Keberadaan Nabi Isa ini merupakan suatu tanda kebenaran kekuasaan Allah bagi orang beriman (آيَةً لِلنَّاسِ). Dan rahmat bagi seluruh manusia (وَرَحْمَةً مِنَّا  ).” (QS. Maryam: 21). Terbukti Allah memberinya beberapa mukjizat (kelebihan istimewa) yang sesuai dengan ahli zamannya, berupa kemampuan membuat burung asli dari tanah, mampu menyembuhkan orang buta sejak lahir, menyembuhkan orang berpenyakit sopak, menghidupkan orang mati, dan mengetahui makanan yang kamu makan dan yang disimpan di rumah.

Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, ajaran/dakwah Nabi Isa AS merupakan ajaran kerohanian, mengakui keesaan Allah SWT, dan penekanan terhadap akhlak yang luhur. Nabi Isa diutus ke bumi oleh Allah juga untuk meluruskan kesesatan Bani Israil atau Kaum Yahudi.

Tantangan Berat Dakwah Tauhid Nabi Isa AS

Dakwah Nabi Isa AS mendapat tantangan keras dari kaumnya sendiri, yaitu kaum Bani Israil atau kaum Yahudi dan kaum musyrikin. (Al-Maidah: 82).

Yahudi adalah nama sebuah agama (agama Yahudi), etnisitas, atau suku bangsa. Sebagai etnisitas, Yahudi adalah suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (Kejadian 10:21) (“Ibrani”) atau Yakub (yang juga bernama Israel) anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan Suku Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga mencakup orang Yahudi yang tidak beragama Yahudi (Yahudiisme) tetapi beridentitas  tradisi Yahudi.

Musyrik adalah orang yang menyekutukan Allah SWT. Sedangkan perbuatanya disebut syirik, yaitu menganggap atau beriktikad menyekutukan Allah SWT dengan yang lain, seakan-akan ada yang Maha Kuasa di samping Allah SWT.

Baca Juga  Istifham: Isyarat Berpikir Kritis dalam Al-Qur'an

Yahudi dan Musyrik dianggap paling keras permusuhannya, karena kekufuran mereka didasari oleh pembangkangan, keingkaran, dan kesombongannya terhadap perkara yang benar. Mereka meremehkan orang lain dan merendahkan kedudukan para penyanggah ilmu. Karena itulah, orang orang Yahudi banyak membunuh nabi-nabi mereka.

***

Karakter khusus umatnya (Kaum Hawariyun) suka rewel dan banyak bertanya. Semua tausiyah dan nasehat Nabi Isa AS selalu mereka benturkan dengan berbagai pertanyaan yang mempertanyakan kebenarannya. Umatnya suka banyak menunut yang tidak wajar. Ketika Kaum Hawariyun merasa lapar setelah berpuasa, mereka meminta diturunkannya hidangan dengan mengajukan alasan agar hati mereka tenang. Alasan kedua, hari itu akan dijadikan sebagai hari raya untuk mengingat Allah.

Namun karena kerakusan mereka, akhirnya mereka menjadi ingkar kepada Nabi Isa dan dikutuk menjadi manusia kera. Peristiwa ini sampai sekarang masih diperingati sebagai hari Paskah.

Hamka dan Tafsir Al-Azharnya menyatakan: ”Walaupun demikian, meskipun tidak tepat dalam ayat disebutkan, bahwa hidangan tertentu yang mereka mohon dikirim dari langit, namun di dalam cerita Injil-injil, peganganIan orang-orang Kristen sekarang ini memang ada, sebagairnana yang tertulis dalam Fasal 6, Injil Yohannes (Yahya)”

Nabi Isa AS mengembalikan seluruh keadaan yang ada di atas kuasa dan kehendak Allah Azza wa Jalla. Beliau senantiasa memohon bantuan dan lindungan Allah, agar dapat menjalankan semua perintah-Nya sebesar dan sepahit apapun resikonya.

Dakwah/Ajaran Nabi Isa AS Diubah

Kuatnya perlawanan kaum yang kafir, maka ajaran Nabi Isa itu tidak bisa berkembang dengan baik. Sehingga ajaran Nabi Isa AS sering tercampur dengan ajaran-ajaran orang kafir, bahkan diubah semuanya menjadi agama polities. Agama dari Nabi Isa itu diambil dan diubah dari menyembah hanya kepada Allah, diganti bertuhan kepada Nabi Isa. Mereka mengangkat Nabi Isa AS menjadi Tuhan dengan lambang kepercayaan kepada Tritunggal, yaitu menyembah Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus.

Baca Juga  Balasan Allah dan Rumus Kausalitas Dalam Alqur’an

Kaisar Konstantain, yang memimpin Konsili Nisia yang diadakan di kota Nisea. Konsili adalah konferensi atau dalam agama Islam disebut musyawarah/muktamar. Konsili Nesia yang diadakan pada tahun 325M, melantik Yesus menjadi anak Tuhan.  Bahkan pada perkembangan berikutnya, mereka mengangkat Maryam, ibu Nabi Isa, diangkat menjadi bagian dari team Tuhan.

Ajaran asli Isa Al Masih adalah semata-mata tauhid. Menurut beliau, ajaran tauhid itulah hidup yang kekal, hidup yang sebenarnya hidup. Keluar dari tauhid berarti mati. “lnilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka itu mengenal Engkau, Allah Yang Esa dan Benar, dan Yesus Kristus yang telah engkau suruhkan itu.” (Yahya: 17;3). Tidaklah pernah Al Masih mengajarkan bahwa beliau itu adalah anak Allah, dan Allah adalah dia, atau berserikat dirinya dengan Allah. (Hamka Tafsir Al-Azhar)

Nasib Nabi Isa AS

Kaum Yahudi memfitnah dan menentang keras dakwah Nabi Isa, bahkan mereka merasa yakin telah menangkap dan menyalibnya (QS. An-Nisa’: 157). “Dan nereka telah nembuat tipu daya, tetapi Allah pun telah membuat tipudaya pula, dan Alah adalah sepandai-pandai pembuat tipudaya”. (QS. Ali-Imran: 54)

Tersebutlah bahwa diantara kisah mengenai orang-orang Yahudi yang dengki kepada Nabi Isa, karena beliau telah dianugerahi Allah kenabian dan berbagai macam mukjizat yang cemerlang. Mereka mendustakannya, menentangnya, serta berupaya untuk mengganggunya dengan segala kemampuan yang mereka miliki. Sehingga Nabi Isa AS tidak dapat tinggal satu negeri bersama ibunya, melainkan banyak mengembara bersama ibunya.

Akhirnya orang Yahudi mendatangi Raja Dimasyq (Damascus) musyrik penyembah bintang (agama Yunani). Orang Yahudi itu melaporkan bahwa di Baitul Maqdis ada nabi palsu. yang menghasut khalayak ramai, menyesatkan mereka, dan menganjurkan mereka agar memberontak kepada raja. Sang raja murka, lalu ia mengirimkan instruksi kepada gubernurnya di Baitul Maqdis, agar menangkap Nabi Isa tersebut. Kemudian menyalibnya dan kepalanya diikat dengan duri agar tidak mengganggu orang-orang lagi.

Baca Juga  Mengenal Kitab Ma’alim al-Tanzil Karya Imam al-Baghawi

Diangkatnya Nabi Isa AS

Hari itu Jumat, sesudah waktu Asar, yaitu petang hari Sabtu. Gubernur berangkat bersama segolongan orang-orang Yahudi menuju ke rumah tinggal (homestay) Nabi Isa AS dan sejumlah dua belas atau tiga belas sahabatnya. Menurut pendapat yang lain adalah tujuh belas orang. Mereka mengepung rumah tersebut.

Ketika Nabi Isa merasakan firasat buruk. Beliau keluar rumah dan bersua sahabat-sahabatnya lalu berkata, “Siapakah di antara kalian yang mau diserupakan seperti diriku? Kelak dia akan menjadi temanku di surga.”

Maka majulah seorang pemuda, tetapi Nabi Isa memandang pemuda itu masih terlalu hijau untuk melakukannya. Maka ia mengulangi permintaannya sebanyak dua- tiga kali. Tiada seorang pun yang berani maju kecuali pemuda itu. Akhirnya Nabi Isa berkata, “Kalau memang demikian, jadilah kamu seperti diriku.” Maka Allah menjadikannya mirip seperti Nabi Isa AS. Lalu terbukalah salah atap rumah itu, dan Nabi Isa tertimpa rasa kantuk berat hingga tertidur. Lalu Allah angkat ke langit dalam keadaan tertidur. (Ali Imran: 55) lalu, para sahabat keluar.

Ketika pasukan yang hendak menangkap Nabi Isa, melihat pemuda itu, mereka menyangkanya itu adalah Nabi Isa. Hari telah malam, tibalah mereka menangkapnya dan langsung menyalibnya serta mengalungkan duri-duri pada kepalanya.

Nabi Isa AS tidak sanggup menyusun kekuatan bersenjata seperti Nabi Muhammad Saw, karena beliau menghadapi dua kekuatan. Pertama, pemerintahan yang dipegang oleh bangsa Romawi yang kuat di masa itu. Kedua, kaum Bani Israil sendiri lebih suka mengambil muka kepada penguasa bangsa Romawi itu daripada menerima seruan Nabi Isa AS. (Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang QS. An-Nisa’: 157).

Editor: Saleh

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds