Tajdida

Dari Kauman Mencerahkan Semesta

3 Mins read

Oleh: Syahuri Arsyi*

Kampung Kauman bisa dikatakan sebagai sebuah nama kampung kecil yang keberadaannya terletak di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis kampung Kauman Yogyakarta terada di sebelah barat alun-alun Kraton Yogyakarta. Saat ini, kampung Kauman berada dan masuk dalam wilayah Kecamatan Gondomanan Kelurahan Ngupasan. Di Kelurahan Ngupasan tersendiri saat ini memiliki luas wilayah sekitar 0,67 M dan didiami 13 Rukun Warga (RW) dan 50 Rumah Tangga (RT).

Kampung Kauman adalah sebuah nama kampung kecil yang di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis kampung Kauman Yogyakarta terada di sebelah barat alun-alun Kraton Yogyakarta.

Saat ini, kampung Kauman berada dan masuk dalam wilayah Kecamatan Gondomanan Kelurahan Ngupasan. Di Kelurahan Ngupasan tersendiri saat ini memiliki luas wilayah sekitar 0,67 M dan didiami 13 Rukun Warga (RW) dan 50 Rumah Tangga (RT).

Sejarah dan Identitas Kauman

Seabad yang lalu, mungkin keberadaan kampung Kauman tak seelok saat ini, dan mungkin juga bisa dikatakan kampung kumuh, walaupun tak sekumuh kampung lain. Bahkan, bisa dikatakan juga tak memiliki istilah keren RW/RT seperti saat ini. Keberadaan kampung Kauman saat itu adalah identitas kecil dari sebuah identitas peradaban besar para abdi dalem pamethakan Kraton Yogyakarta yang bertugas sebagai pengawas, takmir keagamaan untuk urusan masjid seperti Masjid Agung.

Kata-kata atau istilah Kauman sendiri, sering kali dikaitkan dengan istilah kaum, suatu jabatan keagamaan (Islam ) setingkat desa dalam sistem era kerajaan Islam Mataram zama old. Dalam beberapa jabatan keagamaan biasanya istilah ini mendamping kepala desa, misalnya, modin, kayim, lebai, dan sebagainya, dimana jabatan ini kalau di tingkat kecamatan penghulu naib, yang saat ini kita kenal sebagai kepala kantor urusan agama (KUA) yang bisa mengurus persoalan pernikahan.

Baca Juga  Mereka Belum Tentu "Salafi"

Kampung Kauman dalam sejarahnya lahir dari nilai-nilai sosial keagamaan abdi dalem pengurus atau takmir masjid yang pada akhirnya oleh Sri Sultan diberikan tempat disekitaran Masjid Agung. Disinilah kehidupan para keluarga abdi dalem mendiami permukiman kecil itu, dan kemudian dikenal sebagai kampung kauman. Keberadaan kampung kauman sebagai identitas baru dengan karateristik khusus adalah tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Identitas lain yang melekat pada kampung kauman hubungan darah yang sangat kental antarkeluarga, sehingga pada akhirnya membetuk masyarakat dengan karakteristik yang menarik dan unik pada waktu itu. Dalam buku Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah (2000) karangan Ahmad Adaby memotret aktivitas masyarakat kauman, mulai dari aktivitas para abdi dalem kampung kauman hingga pada awal berdirinya organisasi sosial keagamaan Muhammmadiyah.

Secara historis, diakui atau tidak, kampung Kauman memiliki andil besar dalam membentuk Kesultanan Yogyakarta dan berdirinya organisasi sosial keagamaan Muhammadiyah. Seratus tujuh tahun lalu bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 atau 08 Dzulhijjah 1330 Hijriyah dari aktivitas keagamaan di kampung kecil kauman, gerakan sosial keagamaan Muhammadiyah didirikan oleh tokoh-tokoh seperti H. Muhammad Sudjak, KH. Fakhruddin (1890-1929), Ki Bagus Hadikusuma, KH. Zaini yang bimbing langsung oleh KH. Ahmad Dahlan (1868-1923).

Gerakan Muhammadiyah

Pada awal keberadaan Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan bukan tanpa hambatan dan penolakan dari masyarakat sendiri. Sebab sebagaimana kita ketahui pada awal berdirinya Muhammadiyah mengahadapi masyarakat sendiri dimana kebanyakan masih percaya pada hal-hal mistik dan syirik, serta menghahadapi tekanan dari penjajah Belanda. Akan tetapi lewat aksi sosial keagamaan, para pendiri Muhammadiyah berhasil merevolusi watak dan mental budaya keagamaan masyarakat Kauman.

Gerakan sosial keagamaan Muhammadiyah yang telah dimulai sejak Kiai Ahmad Dahlan itu lambat laun sudah bisa diterima seluruh masyarakat Kauman. Dari Kauman inilah Muhammadiyah semakin lama, semakin berkembang tidak hanya di seluruh pelosok Indonesia, kemudian meluas ke berbagai daerah di Jawa. Kini, perkembangannya Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan dengan tipologi “Islam  Berkemajuan” menetapkan identitas diri sebagai gerakan Islam, gerakan dakwah Islam  dan sebagai gerakan pembaruan (tajdid).

Baca Juga  Islam itu Rasional (5): Akal Tak Berkontradiksi dengan Al-Qur'an!

Gerakan dakwah Islam oleh Muhammadiyah diinisiasikan dengan gerakan amal usuha seperti pendirian TK ABA (taman Kanak-kanak Aisyah Busthanuk Athfal), PTM atau perguruan tinggi Muhammadiyah, Rumah Sakit, Panti Asuhan dan sebagainya. Sedangkan gerakan pembaruan (tajdid) oleh Muhammadiyah diinisiasikan dalam dua bentuk hal seperti yang selama ini dilakukan dan diamalkan oleh warga Muhammadiyah berupa; pemurnian (purifikasi) dan pembaruan sosial keagamaan.

Sementara dalam konteks Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, pada dasarnya lebih pada cita-cita sosial sang pendiri, Kiai Ahmad Dahlan. Di mana Muhammadiyah sebagai gerakan hadir dan menawarkan solusi alternatif untuk membebaskan, memberdayakan, dan memberikan jawaban atas problem-problem sosial kemanusiaan yang seringkali dihadapi. Mulai dari kebodohan, ketertinggalan, ketimpangan, hingga persoalan lain yang bersifat struktural maupun kultural.

Dengan demikian, Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan bergerak dalam pengembangan misi dakwah dan pembaruan (tajdid). Menghadirkan Islam sebagai suatu ajaran yang bersifat moderat, membangun perdamaian, menghargai pluralistas, menghargai sikap dan martabat kemanusiaan, baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, Muhammadiyah juga mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjunjung tinggi akhlak mulia serta memajukan kehidupan manusia di berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial (kesehatan dan kemanusiaan), ekonomi, kebudayaan, hukum dan hubungan luar negeri seperti yang selama ini terjalin.

Cahaya dari Kauman

Kita simak lintasan tentang gerakan Muhammadiyah dalam buku berjudul Indonesia Berkemajuan (2014) garapan Pimpinan Pusat Muhammadiyah:

“Indonesia Berkemajuan meniscayakan dukungan sumberdaya manusia yang cerdas dan berkarakter utama. Manusia yang cerdas adalah manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki kekuatan akal budi, moral, dan ilmu pengetahuan yang unggul untuk memahami realitas persoalan serta mampu membangun kehidupan kebangsaan yang bermakna bagi terwujudnya cita-cita nasional”.

Dari sini, kita bisa membaca bahwa, Muhammadiyah menegaskan dan menandaskan diri sebagai gerakan sosial keagamaan yang mengemban pentingnya kewajiban dakwah Islam dimana memiliki dasar filosofi dan identitasnya yang berakar pada dakwah amar ma’ruf nahi munkar.

Pada akhirnya, kita harus mengakui bahwa matahari itu, pada awalnya terbit dari kampung Kauman di kota Ngayogyakarta Hadiningrat. Cahayanya memantul keseluruh pelosok negeri dan bahkan memantul ke penjuru dunia saat ini. Dimana cahaya gerakan sosial-keagamaan Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang sangat besar pada perjalanan panjang negeri ini.

Baca Juga  Apapun Kamu Sekarang, Kembalilah ke Muhammadiyah!

*) Mahasiswa Jurusan Pemikiran Islam dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Editor: Nabhan

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *