Tajdida

Membendung Infiltrasi Gerakan Islam Transnasional dalam Muhammadiyah

4 Mins read

Oleh: Siti Majidah*

Memasuki era Reformasi, geliat pertumbuhan gerakan dakwah Islam Transsnasional di Indonesia semakin berkembang pesat. Gerakan Islam Transnasional adalah sebuah istilah yang ditujukan kepada organisasi Islam yang bergerak lintas negara. Diantara gerakan Islam transnaional yang tumbuh subur di era reformasi yaitu Ikatan Jama’ah ahlu Bait, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Jamaah Tabligh, Ahmadiyyah, Gerakan Salafi dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya gerakan ini lebih bercorak skriptualistis, tekstual, kaku dan rigid dalam pemahaman keislamannya.

Namun, jika menilik dari definisinya Gerakan Islam Transnasional sebetulnya tidak hanya yang bercorak skriptualistis saja namun juga ada yang bercorak kiri. Mengusung faham liberalisme, sekulerisme, dan pluralisme yang mengadopsi dari dunia Barat. Di antara gerakan tersebut diadopsi dan di sosialisasikan oleh sarjana-sarjana muslim Indonesia sepulang dari pendidikan mereka di Barat.

Kelahiran Gerakan Islam Transnasional

Secara historis lahirnya gerakan Islam Transnasional dimulai pasca runtuhnya khilafah Turki Usmani dimana dunia Islam yang tadinya bersatu dalam sistem kekhalifaah kemudian diporak-poranda baik secara internal maupun eksternal. Secara internal banyak wilayah-wilayah yang mulai mendirikan dinasti-dinasti kecil, kecenderungan hubbud dunya, meninggalkan ajaran al-Qur’an dan hadis serta mewabahnya budaya taklid di masyarakat. Sedangkan secara eksternal munculnya invansi Dunia Barat ke wilayah muslim yang membawa konsep kebebasan, nasionalisme serta mulai menghegomoni dunia islam dari segala aspek kehidupan.

Pasca orde baru kecenderungan masyarakat untuk hidup lebih religius semakin meningkat maka gairah untuk memperdalam kajian keagamaan semakin tinggi.Namun sayangnya ada beberapa masalah ketika dahaga ini tidak mereka dapatkan di beberapa organisasi keislaman yang sudah ada bahkan banyak yang mulai bosan dengan pola-pola dakwah konvensional sehingga mereka mulai mencari alternatif baru untuk memuaskan ‘dahaga’ keislaman mereka.

Baca Juga  Aisyiyah, Covid-19, dan Spirit Ta’awun untuk Negeri

Dus, kemajuan teknologi yang semakin pesat juga turut berkonstribusi dalam merubah pola atau cara masyarakat yang mulai meninggalkan kajian-kajian keislaman dengan pola konvensional beralih ke dunia maya. Banyak masyarakat yang mula mencari situs-situs kajian keislaman yang berbeda dari yang biasa didapatkan bahkan kemudian mengakses YouTube dan lain sebagainya untuk menemukan beberapa ulama-ulama yang diyakini mampu menjawab problematika ini.

Objek Dakwah

Hal ini tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh beberapa pergerakan Islam Transnasional untuk mampu mengemas dakwah mereka yang lebih kekinian dengan mengoptimalisasikan berbagai macam saluran media komunikasi.Dengan didukung oleh lembaga-lembaga donor dari Timur tengah eksistensi dakwah mereka semakin kuat di tengah masyarakat Indonesia.Dengan menyebarkan pandangan untuk menjadi religius atau hijrah maka mereka mulai berdakwah secara massif ke ruang publik dan wilayah strategis seperti sekolah, yayasan, tempat tahfidz dan tahsin al-Qur’an dan Masjid.

Berbagai metode dakwah mereka gunakan mulai dari pemberian beasiswa pendidikan, mengadakan kajian-kajian Islami yang sesuai dengan manhaj mereka hingga penggunaan internet dan media sosial.

Selain mengoptimalisasikan berbagai sarana komunikasi dakwah dan pendanaan yang banyak, gerakan ini juga mulai menyasar beberapa obyek dakwah. Seperti kalangan milineal/generasi muda, kelompok urban, kalangan ibu-ibu muda. Tentunya semua kalangan obyek dakwah tersebut memiliki animo tinggi untuk mengetahui lebih dalam mengenai ajaran Islam.

Selain itu, gerakan dakwah ini juga mampu mengemas produk-produk dakwah mereka lebih menarik dan aktual. Tentunya mereka juga memahami bahwa tema-tema kajian yang berat dan njelimet mendakik-dakik kurang diminati oleh sasaran dakwah tersebut. Maka dalam beberapa kajiannya mereka lebih memilih tema kajian yang ringan, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh obyek dakwah. Tentunya menggunakan narasi yang lebih mudah dicerna.

Infiltrasi ke Muhammadiyah

Dalam perkembangannya gerakan Islam Transnasional mulai melakukan infiltrasi halus dakwah ke dalam beberapa organisasi moderat di Indonesia seperti Muhammadiyah. Bahkan dalam beberapa hal pandangan keagamaan mereka sering berseberangan dengan Muhammadiyah seperti dalam konsep ‘amar ma’ruf nahi munkar, konsep keluarga, peran akal bahkan cara berpakaian, dan peran wanita.

Baca Juga  Peta Jalan Pendidikan Muhammadiyah, Menuju Sekolah Unggul

Beberapa fatwa yang mereka keluarkan terkesan ‘lebih’ tegas mengenai hal-hal yang bersifat syubhat, halal, dan haram bahkan tak jarang ghuluw dalam beberapa hukum fikih. Mereka juga sangat ‘keras’ dalam melakukan pembersihan praktek-praktek bid’ah, tahayul, khurafat di masyarakat. Hingga kadang tidak gentar ketika bergesekan dengan local wisdom di tengah-tengah tradisi masyarakat.

Tentunya hal ini berbeda dengan ideologi Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam dengan mengemban misi dakwah dan tajdid berasas Islam serta bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Muhammadiyah pun senantiasa istiqamah berkomitmen dalam menyebarluaskan Islam yang bercorak rahmatan lil alamain. Dalam beragama Muhammadiyah selalu memperlihatkan sikap wasthiyah (tengahan) dan tidak ghulul (ekstrem).

Strategi dan Gesekan

Adapun beberapa strategi yang mereka gunakan dalam melakukan infiltrasi ke dalam Muhammadiyah. Misalnya dengan memasuki masjid-masjid yang dikelola oleh kader Muhammadiyah dan sedikit demi sedikit mulai mengisi kajian atau pengajian di dalam masjid bahkan dalam beberapa kasus mulai bersifat eksklusif. Selain menyasar masjid-masjid mereka juga gencar menyebarkan misi dakwah mereka ke dalam Perguruan-perguruan tinggi di Muhammadiyah dengan beberapa cara.

Sebagai contoh di beberapa kampus PTM di Yogyakarta mereka mulai mengadakan kegiatan-kegiatan halaqah, daurah ,atau liqa’ di sekitar kampus dengan mendirikan basecamp di sekitar kampus. Bahkan ada beberapa yang mulai memberanikan diri mengadakan kajian di dalam masjid kampus yang bersifat eksklusif karena hanya diikuti secara terbatas.

Gesekan akan mulai terasa ketika dalam beberapa kasus mulai menolak fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih seperti contohnya dalam berpakaian dan lain sebagainya. Dalam arti lain tak jarang fenomena ini mampu menggeser paham keagamaan Muhammadiyah dengan ideologi mereka.

Menghadapi Infiltrasi

Strategi dakwah yang bisa kita lakukan di tengah gempuran gerakan Islam transnasional tersebut diantaranya yakni ; Menguatkan dan meneguhkankan ideologi kita Penguatan ideologi bisa kita lakukan dengan melalui massifikasi Pengajian ranting, cabang, daerah untuk meneguhkan faham  beragama (Islam) kita. Selain itu juga dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas mubaligh-mubalighah kita melalui korps mubaligh dan mubalighah. Setelah itu perlu mengorbitkan mubalighoh-mubalighoh kita baik melalui media sosial dan lainnya.

Baca Juga  Serikat Taman Pustaka Muhammadiyah: Bergerak untuk Menanggulangi Kefakiran Pengetahuan

Langkah selanjutnya yakni optimalisasi dakwah media sosial. Penggunaan media sosial juga mampu mengjangkau kalangan milineal yang sangat intens berselancar di dunia maya. Pemilihan konten dakwah yang lebih ‘membumi’ dengan realitas masyarakat juga turut berpengaruh dalam menunjang keberhasilan dakwah. Sebab tema-tema yang terlalu berat biasanya kurang diminati karena masyarakat kita lebih senang mendengarkan pesan dakwah yang ringan dan kekinian serta mampu menjawab problematika hidup.

Sedangkan untuk membendung infiltrasi dakwah gerakan-gerakan Islam transnasional yang tidak sesuai dengan manhaj Muhammadiyah di PTM diperlukan ketegasan otorisasi kampus dalam menertibkan kegiatan-kegiatan kajian yang disinyalir membawa faham-faham yang tidak sesuai dengan ideologi Muhammadiyah. Penguatan materi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di dalam perkuliahan juga perlu dikemas lebih menarik lagi dengan menggunakan pembelajaran yang bersifat active learning agar tidak monoton dan membosankan.

Dus, sinergitas dalam berdakwah juga perlu kita galakkan  baik secara internal ataupun eksternal. Dari pihak internal bisa bekerjasama dengan Muhammadiyah, Aisyiyah, maupun ortom lainnya serta dengan perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah.

*) Staf Pengajar LPSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Editor: Nabhan

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *