Tajdida

Dari Peradaban Iman Menuju Peradaban Ilmu

3 Mins read

Peradaban dalam terma lain dikenal dengan istilah civilization, civies , atau civil yang berarti seorang warga yang maju. Sehingga, civilization atau peradaban secara sangat sederhana bisa diartikan sebagai suatu masyarakat yang menuju dan atau sedang berkembang dan maju.

Harun Nasution dalam tulisannya tentang filsafat Islam menjelaskan kejayaan peradaban Islam dimulai dari datangnya Alexander The Great pada abad IV SM ke Timur Tengah yang tidak hanya membawa militer, tetapi juga kaum sipil. Tujuannya tidak hanya meluaskan daerah kekuasaannya keluar Macedonia, tetapi juga menanamkan kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya.

Dengan jalan demikian, berkembanglah filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah dan timbullah pusat-pusat peradaan Yunani di Timur Tengah seperti Iskandariah (dari nama Alexander) di Mesir. Masuknya kekuasaan Islam oleh para Sahabat Nabi Muhammad SAW ke daerah tersebut belakangan menimbulkan rasa tidak senang bagi sebagian  golongan masyarakat non-Islam. Dan oleh karenanya, ingin menjatuhkan Islam.

Mereka kemudian mengajukan argumen-argumen berdasarkan filsafat yang mereka peroleh dari Yunani. Dari Islam, timbul pendapat bahwa serangan itu tidak dapat ditangkis kecuali dengan memakai argumen-argumen filosofis pula.

Beberapa nama seperti al-Kindi (lahir di Kufah 809 M), al-Farabi (lahir di Farab, Kazakhstan 872 M), Ibn Sina (lahir di Bukhara 980 M), dan lain-lain, tercatat sebagai tokoh Islam yang banyak melakukan pleidoi terhadap serangan-serangan filosofis masyarakat non Islam.

Upaya untuk melakukan pembelaan dengan menggunakan argumen-argumen filosofis dari kalangan Islam ternyata membawa dampak positif pada laju perkembangan peradaban Islam di kemudian hari. Tercatat puncak kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah di bawah kepemimpinan khalifah Abdullah al-Makmun bin Harun ar-Rasyid (813-833 M).

Baca Juga  Sunni dan Syi'ah Jangan Dipertentangkan: Pandangan Tiga Tokoh Muhammadiyah
***

Al-Makmun menyediakan biaya dan dorongan yang besar untuk mencapai kemajuan di bidang ilmu, berbagai karya Yunani kuno dalam berbagai bidang seperti kedokteran, astronomi, matematika, dan berbagai karya filsafat dialih bahasakan ke dalam bahasa Arab yang pada waktu itu menjadi bahasa resmi pemerintahan Bani Abbasiyah. Perkembangan peradaban Islam pada masa tersebut, menjadi alasan Islam didaulat negara adidaya dan dihargai di mata dunia.

Kenyataan yang berbeda dialami generasi Islam saat ini, alih-alih menjadi negara adidaya dan pusat peradaban ilmu, “negeri Islam” malah ditinggal jauh peradaban Barat.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam, ada yang mengirim para sarjana Islam untuk berguru ke Barat, ada pula yang berbulat tekat mendirikan negara Islam di bawah naungan Khilafah Islamiah. Hemat penulis, niat mengembalikan kejayaan Islam dengan jalan mendirikan Khilafah Islamiah adalah jalan yang terjal dan berliku kalau tidak ingin mengatakan jalan yang mustahil dilakukan.

Mengingat keadaan disintegrasi Islam yang terwujudnyata dalam pecahnya Islam dalam berbagai puak yang sulit disatukan. Adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan sains merupakan rute bagi umat Islam jika menghendaki kejayaan peradabannya. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW “Barang siapa yang menghendaki dunia harus dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki akhirat harus dengan Ilmu”. 

Kemajuan peradaban Islam pada masa lampau, tidak bisa dilepaskan dari keberanian para tokoh Islam untuk menggugat pemahaman keberislaman yang mapan. Serta keberanian mengkonstruk pemahaman Islam yang baru atau asing pada konteks zamannya dengan meminjam pemahaman filosofis Yunani.

***

Charles Sanders Pierce membagi lima katogori perjalanan pemahaman manusia dalam memahami sesuatu. Kategori pertama yaitu:

Belief atau Iman, masa kecil manusia dikepung dengan kontruksi iman. Seorang anak kecil diperintahkan ini dan itu tanpa penjelasan memadai kenapa harus berbuat demikian. Belief atau Iman ini biasanya berupa tatanan sosial dan moral yang dipegang masyarakat tertentu. Sebagai contoh, kebersihan bagian dari iman. Di saat kecil manusia tidak memahami apa implikasi teoritis kebersihan, sebab yang ditanamkan hanya iman tentang bersih.

Baca Juga  Dakwah Muhammadiyah 4.0: Cara Konvensional dan Kultural Harus Seimbang

Yang kedua adalah Habit of Mind, yakni kebiasaan dalam pikiran. Sikap setelah mengimani kebersihan adalah membiasakan hidup bersih. Sikap setelah mengimani salat tepat waktu sebagai perintah agama adalah membiasakan salat tepat waktu. Bagi mereka yang terbiasa hidup bersih dan terbiasa salat tepat waktu akan gelisah jika tidak salat tepat waktu.

Yang ketiga adalah Doubt atau keragu-raguan. Dalam tahap ini, seorang mausia meragukan dan menggugat kembali pemahaman lamanya tentang sesuatu dan berupaya membuka kemungkinan konstruksi pemahaman baru tentang sesuatu tersebut.

Yang ke empat adalah Inquiry (penelitian) atau research. Agar tidak tenggelam dalam lautan keraguan, manusia kemudian melakukan berbagai penelitian agar mendapakat jawaban yang pasti di balik  keraguan yang dialami.

Tahap perjalanan pemahaman manusia yang terahir adalah The Logic of Theory. Pierce memandang bahwa logika pengetahuan tidak bersifat statis, tetapi dinamis. Pada tahap ini Pearce memandang bahwa tiap pengetahuan dapat diapresiasi (dibenarkan temuan teorinya) atau dikritisi (diruntuhkan teori lama dan dikonstruk teori baru). 

Penulis meyakini bahwa tokoh Islam yang menjadi aktor kejayaan Islam tidak berhenti memahami agama Islam pada tahap Belief dan Habit of Mind, tetapi berlanjut pada tahap Doubt meragukan pemahaman lama, Inquiry meneliti kemungkinan pemahaman baru, dan Logic of Theory membawa agama Islam dari dogma ke arah agama yang bersifat Ilmu atau membawa Islam dari Theosentric Civilization menuju peradaban Ilmu.

Editor: Yahya FR
Avatar
1 posts

About author
Ketua Umum PC IMM Gowa 2019-2020
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *