Perspektif

Demi Baju Lebaran, Pandemik Dilupakan

3 Mins read

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa memiliki baju baru saat lebaran menjadi tradisi bahkan syarat wajib bagi kaum yang menjalankannya. Banyak orang yang berbondong-bondong bahkan berlomba-lomba untuk membeli baju yang bagus supaya tidak kalah style dengan orang lain. Baju adalah benda yang digunakan untuk menutup badan manusia. Baju yang terjual di pasar atau toko, hampir setiap hari mengeluarkan model terbaru. Sehingga masyarakat juga tidak henti membeli baju saat model baru dikeluarkan.

Pasar, butik, atau pusat perbelanjaan adalah salah satu tempat yang menyediakan baju-baju untuk dijual. Ketiga tempat itu merupakan tempat yang ramai dikunjungi oleh masyarakat hampir setiap hari, dan biasanya mulai padat ketika menjelang hari lebaran. Namun, tahun ini memiliki kesan yang berbeda. Banyak toko maupun pasar yang ditutup saat pandemic atau datangnya virus Covid-19. Tetapi, apakah benar, pasar, toko, maupun pusat perbelanjaan benar-benar ditutup saat ini?

Keadaan Pasar, Toko, atau Pusat Perbelanjaan Saat Pandemic

Baru-baru ini Indonesia sedang gempar dengan video yang tersebar di beberapa akun media sosial. Video tersebut menunjukkan bagaimana antusiasnya masyarakat dalam membeli atau mengunjungi tempat perbelanjaan yang beberapa tersebar di kota. Masyarakat melakukan transaksi jual-beli layaknya keadaan normal yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Mereka melupakan kondisi yang sedang risau saat ini.

Seperti yang kita tahu, bahwa saat ini negara kita sedang dilanda kesedihan dan kepedihan. Dilansir dari beberapa berita bahwa kematian yang terjadi di negara kita semakin hari semakin naik. Bahkan kemarin dikabarkan pada kamis, tanggal 21 Mei 2020, pasien yang dinyatakan positif Corona mencapai 900-1000 jiwa. Hal itu terjadi, sebab 2 hari sebelumnya tengah ramai orang memenuhi mall atau pusat perbelanjaan. Orang-orang yang memenuhi pasar, toko, maupun pusat perbelanjaan seakan-akan lupa bahwa perbuatan yang mereka lakukan membuat kondisi semakin memburuk.

Baca Juga  Mungkinkah Mensinergikan Kajian Keislaman dengan Keindonesiaan di Kampus?

Pada tanggal 18 Mei 2020 kemaren juga dikabarkan bahwa ada salah satu kasir yang terkena Corona sedang menjaga dan melayani orang-orang yang berbelanja di mall daerah Medan. Karena hal tersebut maka seluruh kariawan yang bekerja di mall tersebut harus menjalani rapit test. Dikutip dari TribunMedan, menyampaikan bahwa kasir tersebut telah meninggal dunia.

Selain di Medan, kejadian yang sama juga di Jember, pada tempatnya di mall Roxi. Banyak orang yang berbelanja tanpa memikirkan resiko yang akan menimpa mereka setelahnya. Hal tersebut viral seketika di media sosial. Dilansir dari beberapa media, mereka mengemukakan akan ada serangan kedua Corona dikarenakan masyarakat yang masih mengedepankan keegoisan masing-masing.

Pada tanggal yang sama pula, banyak warga yang mulai ramai berbelanja di Pasar Tanah Abang. Hal tersebut terjadi juga karena nekatnya para pedagang yang membuka lapaknya secara illegal. Ketika salah satu dari mereka ditanya mengapa nekat berbelanja, mereka menjawab dengan santai bahwa banyak kebutuhan penting yang habis. Apakah alasan itu benar? Atau hanya alasan untuk menutup malu sebab tersorot kamera sedang berbelanja baju lebaran?

Tradisi Baju Baru saat Lebaran

Lebaran adalah hari kemenangan umat Islam setlah melaksanakan puasa dalam waktu 1 bulan. Lebaran jatuh pada tanggal 1 Syawal yang tahun ini bertepatan pada tanggal 24 Mei 2020. Rasanya ada yang berbeda pada tahun ini, karena sholat Idul Fitri yang ditiadakan pada beberapa daerah. Beberapa daerah juga membatasi orang untuk keluar-masuk desa mereka, sehingga terdapat orang yang menjaga pada masing-masing jalan masuk menuju desa.

Lebaran biasanya tidak jauh dari kata baju baru. Hal tersebut seperti sudah melekat erat. Banyak orang yang mencari dan membeli baju baru untuk dikenakan saat lebaran. Setiap tahun baju lebaran sering berganti model, dan kebanyakan orang mengikuti model yang sedang trend pada saat itu. Hal tersebut menjadikan para pedagang dan penjahit saling berlomba menjual dan mengikuti gaya baju yang sedang dicari pada saat itu.

Baca Juga  Disrupsi Pendidikan di Tengah Pandemik

Sebenarnya tradisi membeli baju baru saat lebaran lebih cocok disebut dengan ajang “Pergengsian Dini”. Sebenarnya baju baru tidaklah begitu penting dimiliki saat lebaran, karena yang penting adalah silaturahmi yang kian erat saat lebaran. Baju tidak begitu penting karena sebenarnya kita dapat menggunakan baju yang sudaah ada, yang terpenting terlihar sopan dan rapi. Jadi, apakah salah bila dikatakan baju baru di hari lebaran hanya sebatas ajang pamer kepunyaan?

Baju baru yang dimiliki saat lebaran biasanya memiliki kesenjangan sosial jika diamati lebih jauh. Orang yang memiliki perekonomian tinggi biasanya bajunya lebih terkesan bagus dan mewah daripada orang yang perekonomiannya di bawah rata-rata. Hal tersebut dapat menimbulkan kecemburuan sosial saat hari lebaran. Jadi ada baiknya jika tradisi membeli baju baru dihapuskan secara perlahan.

***

Apalagi di tengah pandemic saat ini. Tidak hanya kecemburuan sosial yang timbul dalam lingkup, melainkan juga maut. Mengapa maut? Karena sekarang sedang marak penyebaran virus dengan cepat. Banyaknya orang yang tidak mematuhi aturan karena mengedepankan keegoisan masing-masing, menjadikan virus yang hadir di Indonesia semakin bertambah banyak. Mari patuhi PSBB dan jangan mengganti PSBB menjadi istilah Pada Sibuk Belanja Baju.

Apabila tradisi tersebut tidak dapat diganti sementara, mungkin cara berbelanjanya saja yang diganti. Biasanya orang berbondong-bondong membeli baju ke tempatnya secara langsung, ada baiknya sekarang diganti menjadi membeli secara online supaya mengurangi perkumpulan. Sudah banyak toko online yang bajunya tidak kalah bagus dengan toko offline. Karena pentingnya sekarang dalam membatasi bertemu orang banyak, dengan membatasi pertemua dengan orang luar, sama halnya dengan kita melindungi keluarga dan orang-orang tersayang saat pandemic.

Editor: Yahya FR
Avatar
1 posts

About author
Haus kalimat.
Articles
Related posts
Perspektif

Bulan Puasa dan Gairah Kepedulian Sosial Kita

3 Mins read
Tidak terasa kita telah berada di bulan puasa. Bulan yang menurut kepercayaan umat Islam adalah bulan penuh rahmat. Bulan yang memiliki banyak…
Perspektif

Hisab ma’a al-Jami’iyyin: Tanggung Jawab Akademisi Muslim dalam Pandangan Al-Faruqi

4 Mins read
Prof. Dr. Ismail Raji Al-Faruqi merupakan guru besar studi Islam di Temple University, Amerika Serikat. Beliau dikenal sebagai cendekiawan muslim dengan ide-idenya…
Perspektif

Rashdul Kiblat Global, Momentum Meluruskan Arah Kiblat

2 Mins read
Menghadap kiblat merupakan salah satu sarat sah salat. Tentu, hal ini berlaku dalam keadaan normal. Karena terdapat keadaan di mana menghadap kiblat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *