Tarikh

Dua Kisah Kocak Nu’aiman, Sahabat Nabi yang Paling Lucu

3 Mins read

Nu’aiman bin ibn Amr bin Raf’ah | Rasulullah dikelilingi para sahabatnya dengan berbagai karakteristik yang beragam. Ada yang di kenal dengan tegas dan keras seperti sahabat Umar bin Khattab, ada juga yang dikenal dengan sifat pemalu yakni sahabat Utsman bin ‘Affan.

Namun, perlu di ketahui di antara sahabat yang berbagai karakteristik tersebut, ada sosok sahabat yang jahil dan sangat jenaka sehingga membuat rasul selalu tertawa bila bersanding dengannya. Biasanya, rasul hanya tersenyum dengan sahabat lainnya namun berbeda dengan sahabat yang satu ini.

Nu’aiman bin Amr bin Raf’ah

Siapakah dia? Dia adalah sahabat Nu’aiman bin ibn Amr bin Raf’ah. Ia adalah salah seorang sahabat dari kalangan Anshar dan juga termasuk dalam kalangan ashabul badr. Sebab, Nu’aiman pernah ikut serta dalam perang Badr.

Nu’aiman ini asli penduduk Madinah dan banyak hal lucu yang membuat rasul dan para sahabat lainnya tertawa apabila ada Nu’aiman di sisinya dengan bentuk pola tingkahnya.

Kisah Nu’aiman ‘Menjual’ Temannya

Kisah ini diceritakan dari Ibnu Majah, bahwa suatu hari Nu’aiman pernah diajak berdagang oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq bersama sahabat yang lain untuk pergi ke negeri Syam. Salah satunya ada Suwaibith bin Harmalah.

Saat mulai siang, ia sudah mulai lapar lalu menghampiri Suwaibith yang saat itu ditugaskan untuk menjaga makanan. Suwaibith dengan sikap penuh amanahnya menolak saat ia hendak meminta satu potong roti untuknya.

Hingga ia berkata, “Kalau memang begitu, artinya kamu setuju saya buat ulah,” Nu’aiman pun berjalan ke pasar dan mencari-cari wilayah yang menjual hamba sahaya.

Pada zaman nabi dahulu, hamba sahaya (budak) biasanya dijual untuk dijadikan pekerja bagi yang membeli. Hingga kemudian ia berkata kepada orang-orang di sana bahwa ia memiliki hamba sahaya dengan harga yang sangat murah.

Baca Juga  Izinkan Aku Berzina, Wahai Rasul!

Ia juga menyebutkan bahwa hamba sahaya (budak) yang ia miliki, memiliki suatu kekurangan yakni berteriak bahwa dirinya orang yang merdeka bukanlah hamba sahaya (budak). Setelah mendengar hal itu, orang-orang di sanapun tertarik dan ia mengajaknya menghadap Suwaibith.

Lalu ia berkata, “Itu ada orang yang berdiri sedang menjaga makanan, itu adalah hamba sahaya saya,” kata Nu’aiman pada mereka. Kemudian Merekapun memberikan uang pada Nu’aiman dan menghampiri Suwaibith untuk menangkapnya.

Suwaibith terkejut kemudian berkata “Saya bukan hamba sahaya, saya orang merdeka,” namun tetap saja menangkapnya karena mereka sudah tahu kekurangannya itu.

Selang berapa waktu, Abu Bakar ash-Shiddiq kembali dan mencari Suwaibith, kemudian ia menjawab, “Saya jual wahai Abu Bakar”.

Nu’aiman pun menceritakan dengan jujur apa yang terjadi pada Abu Bakar. Kemudian Suwaibith kembali ditebus oleh Abu Bakar dari orang-orang Syam tersebut. Sampailah kisah tersebut ke telinga Rasulullah Saw.

Kisah ini yang membuat Rasulullah tertawa hingga menunjukkan gigi gerahamnya di depan para sahabat. Rasulullah pun selalu menceritakan kisah Nu’aiman dan Suwaibith ini kepada para tamunya.

Kisah Nu’aiman dan Hadiah Madu

Dikisahkan, Nu’aiman melihat penjual madu yang kepanasan setelah berkeliling menjajakan dagangannya. Namun sayangnya tidak ada yang terjual. Nu’aiman kemudian menghampiri sang penjual madu tersebut dan mengajaknya ke kediaman Rasulullah Saw hendak memberi hadiah kepada Rasulullah dengan madu tersebut.

Nu’aiman pun meninggalkan penjual madu tersebut setelah menitipkan beberapa pesan kepada penjual tersebut

 “Aku akan pergi karena masih ada urusan, sebentar lagi penghuni rumah itu akan keluar dan membayar kepadamu harga madu itu”

Lantas, sang penjual madu itu pun mengetuk rumah Rasulullah dan memberikan madu tersebut kepadanya. Rasulullah merasa tersentuh dengan madu yang dianggapnya adalah hadiah untuknya.

Baca Juga  Jamaluddin Al-Afghani (4): Perjuangan dan Fitnah dari Istambul

Hingga Rasulullah pun membagikan madu-madu itu kepada para sahabatnya yang lain. Ketika beliau sedang membagikan madunya, sang penjual madu berteriak, “Wahai rasul bayarlah madu itu”. Rasulullah yang mendengar itu sedikit terkejut dan langsung memahami situasi ini.

Ini pasti ulah perbuatan dari Nu’aiman, kata beliau sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak lama setelah kejadian itu, Rasulullah pun memanggil Nu’aiman untuk menemuinya. Beliau meminta penjelasan maksud di balik perilaku dari Nu’aiman tersebut.

Namun, justru jawaban yang datang darinya lagi-lagi mengukirkan senyum di wajah Rasulullah saw.

Ia berkata, “Aku ingin berbuat baik kepadamu ya rasul. Tapi aku tidak punya apa-apa,”

Hal yang serupa juga pernah di kisahkan saat Rasulullah sedang duduk-duduk dengan para sahabat, Ia membagikan sejumlah makanan pada mereka. Setelah makanan tersebut habis disantap oleh Rasulullah dan yang lain, tiba-tiba Ia berkata:

“Ya Rasulullah, ini penjualnya, tolong engkau yang bayar ya rasulullah”. Rasulullah yang mendengar itu pun bingung dan terkejut.

Hingga pada akhirnya, Rasulullah memakluminya dan mengajak para sahabat yang lain untuk ikut menebus bersama makanan yang telah mereka santap tersebut.

Editor: Yahya FR

Imam Nuruddin
1 posts

About author
Mahasiswa dari Universitas Sayyid Ali Rohmatulloh Tulungagung (UIN SATU)
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *