Tasawuf dapat diartikan sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dari sekian banyak tokoh-tokoh tasawuf yang mendunia, seperti Imam Al-Ghazali, di Nusantara juga terdapat beberapa tokoh yang ikut berperan dalam penyebaran ajaran tasawuf.
Salah satunya dari Wali songo yakni Sunan Ampel, selain jasanya dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa, dia juga menyebarkan ajaran tasawuf melalui karya, strategi dakwah, dan filsafatnya.
Ajaran Filsafat Moh Limo
Pada saat terjadinya perang saudara di Kerajaan Majapahit, kondisi sosial masyarakat saat itu berada dalam kekacauan. Sunan Ampel dalam dakwahnya, seringkali menemukan banyak orang-orang yang menyimpang dari ajaran agama dan moral.
Beliau sering menemukan para pangeran dan masyarakat kecil sedang berjudi dan mabuk-mabukan, orang-orang yang suka mencuri barang yang bukan miliknya, dan adanya ritual yang mirip dari Tantra-Bhairawa, yakni upacara yang dilakukan oleh para laki-laki dan perempuan duduk melingkar dan mengadakan acara kenduri bersama, lalu setelahnya mereka berbaur menjadi satu dan melakukan seks bebas.
Dari sinilah munculnya filsafat hidup Moh Limo dari Sunan Ampel. Dengan pandangan filsafatnya, beliau ingin meluruskan perbuatan masyarakat yang menyimpang dari moral dan ajaran agama Islam.
Moh Limo diambil dari bahasa Jawa yakni Moh yang artinya tidak mau dan Limo adalah lima. Moh Limo dapat diartikan sebagai tidak mau melakukan lima hal yang tercela atau menyimpang dari moral dan agama. Isi ajaran Moh Limo dari Sunan Ampel yaitu :
Moh main (tidak mau berjudi)
Moh ngombe (tidak mau minum arak atau mabuk-mabukan)
Moh maling (tidak mau mencuri)
Moh madat (tidak mau mengonsumsi narkoba, seperti menghisap candu, ganja, dan lain-lain, serta
Moh madon (tidak mau berzina atau main perempuan yang bukan istrinya)
Menurut Sunan Ampel, siapa saja yang mau mengamalkan ajaran Moh Limo tersebut, dia akan hidup dengan bahagia. Ajaran Moh Limo memiliki manfaat yang besar dan masih relevan untuk diamalkan oleh masyarakat muslim saat ini.
Ajaran Tasawuf dalam Moh Limo
Tasawuf adalah suatu disiplin ilmu kebatinan yang mengupayakan manusia agar bisa mendekatkan diri kepada Allah melalui praktik-praktik yang diajarkan didalamnya. Tujuan dari tasawuf menurut Abu Yazid al-Busthami adalah agar manusia bisa menghindari perbuatan tercela dan menjalankan kehidupan dengan perbuatan yang terpuji serta bisa mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Di dalam ajaran tasawuf terdapat kedudukan manusia dalam pandangan Allah dari apa yang telah dia usahakan atau yang biasa disebut maqamat. Jenis-jenis maqamat dalam ilmu tasawuf yaitu taubat (berhenti melakukan dosa), sabar, syukur, raja’, dan khauf (mengharapkan surga karena takut neraka dan melaksanakan perintah Allah), zuhud (menjauhi kesenangan duniawi), mahabbah (cinta kepada Allah), syawuq (gairah hati untuk bertemu Allah), unsi (merasakan kedekatan dengan Allah, dan rida (ikhlas).
Maqamat–maqamat tersebut diciptakan oleh para sufi sebagai praktik-praktik untuk tercapainya kesempurnaan menuju Allah SWT.
Dari maqamat yang telah disebutkan tadi, para sufi selalu mengutamakan taubat sebagai langkah awal manusia dalam mengamalkan ajaran tasawuf. Alasannya adalah manusia tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah jika dia masih melakukan hal-hal yang berdosa. Maka dari itu taubat adalah langkah awal yang sangat penting untuk melanjutkan amalan maqamat yang lain.
Ajaran Tasawuf dalam Moh Limo
Dalam ajaran Sunan Ampel tentang Moh Limo selain mengandung makna untuk memperindah akhlak manusia, di dalamnya juga terkandung nilai tasawuf yang secara tidak langsung menganjurkan umat muslim untuk bertaubat.
Perintah kepada umat muslim untuk melakukan zuhud juga terdapat di dalamnya. Zuhud dapat diartikan sebagai upaya untuk meninggalkan kesenangan dan hal-hal yang bersifat duniawi dan mementingkan kehidupan akhirat.
Larangan untuk melakukan judi, mabuk-mabukan, mencuri, mengonsumsi narkoba, dan bermain wanita dapat dikatakan sebagai perbuatan yang tercela dan menimbulkan dosa. Untuk mengamalkan ajaran tasawuf, kita harus memulai terlebih dahulu dari taubat agar kita bisa dengan tenang mendekatkan diri kepada Allah karena sudah tidak melakukan perbuatan yang berdosa.
***
Di dalam Al-Qur’an, terdapat ayat yang menganjurkan manusia untuk senantiasa bertaubat kepada-Nya. Salah satunya adalah potongan QS Al-Baqarah ayat 222;
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْن
Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.
Anjuran untuk melakukan zuhud juga terkandung pada Moh Limo. Selain perbuatan dosa, ajaran tentang lima hal yang tidak boleh dilakukan tersebut bersifat sementara dan duniawi. Dalam tasawuf, kesenangan-kesenangan duniawi yang hina dan fana harus ditinggalkan dan fokus pada tujuan utama, yakni hanya kepada Allah SWT.
Pada QS. Al-Hadid ayat 23 telah dijelaskan tentang amalan zuhud:
لكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ
Artinya: Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.
Pemikiran filsafat Sunan Ampel Moh Limo membawa pengaruh besar terhadap perubahan moral dan akhlak kita sebagai umat muslim. Kandungan tasawuf di dalamnya juga bisa diamalkan dengan lebih kritis dan meluas.
Ajaran-ajaran Sunan Ampel yang lain juga tidak menutup kemungkinan memiliki kandungan sufistik didalamnya. Kita sebagai manusia, ada baiknya untuk mempelajari dan mengimplementasikan di dalam kehidupan agar hidup kita selalu berada dalam jalan Allah. Waallahua’lam.