Falsafah

Filsafat Sejarah Menurut Hegel

4 Mins read

Perkembangan Filsafat Sejarah telah mempengaruhi cara berpikir manusia. Para filsuf sejarah menjadi spekulatif dalam memahami masa depan, masa kini, maupun masa lampau. Seluruh manusia di dunia ini setiap saat mengalami perubahan zaman, baik dari segi kehidupan maupun perkembangan teknologinya. Dan itu mengakibatkan manusia menjadi lebih cepat berpikirnya bahkan dapat menjurus dalam pola pikiran yang instan.

Perubahan dalam sebuah kehidupan sangatlah cepat dan perubahan tersebut didukung oleh manusia dalam cara mereka bertindak maupun berpikir. Polanya pun bermacam-macam dan sekarang manusia sedang dalam menghadapi suatu progress. Kemajuan sekarang itu menjadi realitas yang selalu bergerak ke arah kemajuan tersebut.

Dalam pandangan G.W.F. Hegel menegaskan bahwa dalam kemajuan tersebut menjadikan spekulatif dalam sebuah pemikiran kajian filsafat sejarah. Hal itu mencerminkan Hegel dalam perkembangan jiwa dalam menuju kemajuan dan keyakinan tersebut menjadi sebuah perubahan dalam manusia Barat agar menjadi suatu perubahan yang positif.

Ide Mengenai Kemajuan

Ide kemajuan menjadi suatu sejarah yang pusatnya dalam moral, kebebasan, kebahagian, ketenangan, bahkan kesengsaraan alam dalam diri manusia. Tujuannya untuk menjadi suatu kebajikan moral dalam pengaruh kesempurnaan yang lebih baik. Kemajuan ini ialah ide bawaan dari manusia yang spontan dalam bergeraknya suatu sifat.

Menurut G.W.F. Hegel, ide mengenai kemajuan ialah suatu pandangan yang berkembang pada sejarah pemikiran manusia. Beliau mengatakan kalau peristiwa serta ide dalam sejarahnya tampak independen dan itu semua merupakan realitas. Pikirannya pun bersifat universal dan berkembang secara rasional dalam kontribusi perkembangan pikiran.

Hegel berpendapat bahwa berkembangnya rasio ini sangat terlihat jelas dalam kebebasan. Maka, dalam perkembangannya mengenai kesadaran akan kebebasan merupakan suatu kemajuan dalam keniscayaan pada hakikat.

Baca Juga  Belajar Filsafat itu Tidak Akan Pernah Selesai!

Filsafat sejarah-nya pun tampak seperti nyata dalam bentuk kekuasaan Negara. Mengapa? Karena negara adalah sebuah realitas kemajuan dalam suatu pikiran dan kesatuan wujud.

Dalam buku Philosophy of History menjelaskan bahwa: “Negara adalah ide tentang roh di dalam perwujudan lahir kehendak manusia dan kebebasannya. Maka, bagi negara, perubahan dalam aspek sejarah tidak dapat membatalkan pemberian itu sendiri dan berbagai tahap yang berkesinambungan dengan ide mewujudkan diri mereka di dalamnya sebagai prinsip-prinsip politik yang jelas” (Lihat: G.W.F. Hegel, Filsafat Sejarah, terj. Cuk Ababra Wijaya,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 65).

Hegel menjelaskan bahwa sejarah telah mecapai puncaknya dalam perkembangan dunia Jerman, dengan masuknya periode Roh yang menyadari adanya kebebasan, maka dari itu beliau menginginkan sebuah kebenaran yang sifatnya Universal.

Sejarah dunia pun tak lain ialah sebuah perkembangan ide mengenai kebebasan ini. Dan filsafat mengkaitkannya dengan dirinya dengan ide, yang selanjutnya sejarah dunia menjadi cerminan dirinya.

Ide Mengenai Waktu

Historisitas bukan hanya suatu kemajuan melainkan bisa mengandalkan sebuah waktu yang dalam eksistensi manusia bisa menjadi kodrat temporal. Dalam dimensi waktu mengalami tiga masa yakni masa lampau, masa sekarang, dan masa depan. Waktu sekarang merupakan waktu kehadiran yang sangat nyata dan dalam penghayatan.

Menurut pandangan Berdyaev, penghayatan sejarah itu ada tiga waktu. Pertama, waktu kosmis ialah waktu yang bisa dihitung secara matematis. Waktu ini tergantung pada proses kosmologisnya dan suatu tanda yang berulang kali. Waktu ini yang sering dihadapi manusia dalam bergantinya siang dan malam.

Kedua, waktu kesejarahan, waktu ini yang merentang di antara masa lampau, masa sekarang, dan masa depan. Waktu ini bisa dihitung secara matematis. Maka, waktu kesejarahan merupakan waktu perubahan dalam pembaharuaan dan dalam waktu kesejarahan ini peristiwa-peristiwa yang terdahulu tidak akan terulang kembali.

Baca Juga  Soren Kierkegaard: Eksistensi Juga Berhubungan dengan Cara Beragama

Ketiga, waktu eksistensial merupakan waktu yang tak berpengaruh dalam perhitungan matematis. Waktu ini ditentukan dalam penghayatan manusia dalam melihat kebahagiaan serta penderitaan.

Waktu eksistensial ini bisa dihayati dalam makna kesejarahan. Dan waktu lampau hanya bisa menjadi kenangan bagi manusia serta masa depan yang memang belum terjadi, namun sudah hadir di masa sekarang (Lihat: K. Bertens, Panorama Filsafat Modern (Jakarta: Teraju, 2005), 245).

Ide Mengenai Kebebasan

Dalam ide kebebasan ialah suatu masalah dalam sejarah. Kebebasan ialah modal utama dalam kesejarahannya manusia dalam menjalani hidup. Kebebasan manusia bukan hanya dari kemampuan yang mereka inginkan saja melainkan perbuatan dan watak mereka juga yang bisa memutuskan kebebasan tersebut. Kebebasan juga tidak terletak pada sebuah pilihan maupun kekosongan, melainkan pada kreativitas dan tindakan.

Hegel berpendapat bahwa kebebasan sangat berkaitan dengan sejarah. Karena di dalamnya menyajikan suatu perkembangan dari aktualisasi dan kebebasan yang menghasilkan suatu kesadaran. Perkembangan tersebut muncul dalam konsepnya sejarah dunia. Dan prinsip kebebasan spiritual bukan hanya suatu ide mengenai kebebasan saja, namun juga menghasilkan ide yang berkembang secara spontan dan subjektif.

Hegel menegaskan bahwa: “World History, as already shown, represents the development of Spirit’s consciousness of freedom, This development implies a gradual progress, a series of ever more concrete differentiations, as involved in the contept of freedom” (Lihat: G.W.F. Hegel, Reason In History: A General Introduction to the Philosophy of History, terj. Robert S. Hartman, {New York: The Library of Liberal Arts,  1953}, 78).

Ide Mengenai Masa Depan

Menurut pendapat tokoh filsafat sejarah mengatakan bahwa makna dari sejarah ini ialah sebuah kemampuan manusia dalam meramalkan masa depan. Kalau diartikan bahwa perbuatan manusia bisa dikaitkan dari masa lampu hingga masa depan.

Baca Juga  Titik Temu Pemikiran Eksistensialisme Soren Kierkegaard dengan Muhammad Iqbal

Jadi, makna sejarah tersebut ialah jalan untuk mencapai tujuan akhir dan dalam kemampuan manusia pun dapat mempersiapkan masa depan.

Kaum Historisisme mengatakan bahwa dalam interpretasi dan ramalan sejarah haru menjadi basis dalam tindakan sosial yang realistis. Inti dari pemikirannya tersebut ialah ditujukan pada suatu usaha dalam menginterpretasikan masa lampau untuk meramal masa depan. Dan cara pandang perkembangannya pun secara optimis kalau hakikat itu akan menuju yang lebih baik.

Hegel disini menggambarkan kalau makna dari masa depan itu diwujudkan dalam sisi spiritual yang menemukan kalau dirinya sangat berhubungan dengan dunia sekuler, dan selajutnya membangun dunia secara mutlak.dan untuk eksistensi organik. Kebebasan itu telah menemukan sarananya dalam wujud konsep kebenaran  di dalam dunia.

Jadi, makna sejarah itu bukan hanya dari kemampuan manusia dalam memahami dan menggali masa lampau melainkan dalam kemampuan manusia itu pasti ada perwujudkan dan rancangan untuk masa depan. Maka, kenyataannya bisa diartikan kalau keaktifan seseorang dalam menjelmakan kenyataan sosial itu bisa menjadi harapan dan pandangan mengenai masa depan.

Editor: Yahya FR

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswi jurusan Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Falsafah

Jacques Lacan: Identitas, Bahasa, dan Hasrat dalam Cinta

3 Mins read
Psikoanalisis merupakan suatu teori psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada abad ke-20. Teori ini berfokus untuk memahami dan menganalisis struktur psikis…
Falsafah

Melampaui Batas-batas Konvensional: Kisah Cinta Sartre dan Beauvoir

3 Mins read
Kisah cinta yang tak terlupakan seringkali terjalin di antara tokoh-tokoh yang menginspirasi. Begitu pula dengan kisah cinta yang menggugah antara dua titan…
Falsafah

Ashabiyah: Sistem Etika Politik ala Ibnu Khaldun

3 Mins read
Tema etika adalah salah satu topik filsafat Islam yang belum cukup dipelajari. Kajian etika saat ini hanya berfokus pada etika individu dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *