Perspektif

Gerhana Matahari di Penghujung Ramadan 1445 H

2 Mins read

Ramadan tahun 1445 Hijriah memiliki fenomena langit yang spesial, yakni dua peristiwa gerhana. Gerhana bulan penumbra pada 25 Maret 2024 dan gerhana matahari total di penghujung Ramadan, 8 April 2024. Sayangnya kedua fenomena ini tidak bisa disaksikan dari Indonesia, kecuali gerhana bulan penumbra yang terjadi pada 25 Maret lalu, itu pun hanya di wilayah Indonesia bagian timur. Dan hanya dapat menyaksikan akhir gerhana, kurang lebih 10 menit saja.

Gerhana matahari total 8 April 2024 dimulai dengan gerhana matahari (sebagian) pada pukul 15.45.15 UTC (Coordinated Universal Time). Sementara gerhana matahari berada pada fase total selama kurang lebih 3 jam 16 menit 43 detik, dimulai pukul 16.38.52 UTC sampai 19.55.35 UTC. Puncak gerhana matahari total sendiri terjadi pada pukul 18.17.21 UTC. Demikian dilansir dari situs timeanddate.com.

Zona waktu yang digunakan di atas adalah waktu lokal meridian utama (prime meridian) yang berbasis di Greenwich, Inggris. Atau sering juga disebut dengan Greenwich Meridian Time (GMT). Selisih UTC dengan WIB, Western Indonesian Time adalah +7 jam. Sehingga jika dikonversi, puncak gerhana matahari total 8 April 2024 itu terjadi pada pukul 01.17.21 WIB 9 April 2024. Artinya rangkaian gerhana matahari tersebut terjadi pada malam hari sehingga tidak bisa disaksikan dari negeri kita tercinta, Indonesia.

Demikianlah fenomena langit, tidak semua yang terjadi dapat disaksikan oleh seantero jagat. Sama halnya dengan gerhana matahari total 8 April 2024, beberapa negara hanya menyaksikan gerhana matahari (sebagian) dan sebagian lain tidak bisa menyaksikan sama sekali. Hal ini juga berlaku untuk pengamatan hilal. Tidak mungkin semua wilayah dapat menyaksikan hilal secara bersamaan.

Keterkaitan Awal Bulan Kamariah dengan Gerhana Matahari

Metode dan kriteria penentu awal bulan kamariah yang mashur dan banyak digunakan umat islam di dunia berkaitan dengan fenomena konjungsi (ijtimak). Baik itu metode hisab atau rukyat, kriteria wujud al-Hilal, imkan al-rukyat, atau terlihatnya hilal itu sendiri. Gerhana matahari, baik Sebagian maupun total, adalah satu-satunya waktu di mana fenomena konjungsi dapat diamati. Jadi, fenomena gerhana matahari pada dasarnya terjadi akibat konjungsi bulan dan matahari. Namun tidak serta merta ketika terjadi konjungsi, terjadi pula gerhana matahari.

Baca Juga  Menangani COVID-19 di Australia: Pentingnya Belajar dari Kesalahan

Ketiga kriteria yang disebutkan di atas menempatkan konjungsi sebagai titik awal terjadinya wujud al-hilal, tercapainya batas imkan al-rukyat, atau terlihatnya hilal. Sehingga tidak mungkin awal bulan kamariah terjadi sebelum fenomena konjungsi. Dengan demikian – dalam kaitannya dengan fenomena gerhana di atas – maka tidak mungkin 1 Syawal 1445 H jatuh pada atau bahkan sebelum 8 April 2024. Karena di Indonesia, konjungsi baru terjadi pada 9 April.

Kriteria wujud al-hilal misalnya, mensyaratkan konjungsi sebelum terbenamnya matahari. Dengan demikian, karena konjungsi di Indonesia terjadi tengah malam tanggal 9 April maka pada hari itu masih dalam hitungan bulan yang sedang berjalan, yakni Ramadan 1445 H (lihat Nihayatur Rohmah, Jurnal Al-Mikraj, Vol. 1, No. 1, Tahun 2020, hal. 82).

Apakah mungkin 1 Syawal jatuh pada 9 April? Jawabannya adalah mungkin. Jika syarat awal bulan kamariah adalah konjungsi sebelum terbit fajar (ijtima’ qabla al-fajr). Tetapi kriteria ini tidak digunakan di Indonesia. Sehingga di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri 1445 H baru mungkin terjadi pada 10 April 2024. Pada saat ini, kriteria konjungsi sebelum fajar digunakan oleh mayoritas muslim di Libya, sebagaimana disampaikan oleh Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar di laman oif.umsu.ac.id.

Gerhana adalah Fenomena Alamiah

Gerhana matahari adalah peristiwa terhalangnya sinar matahari yang menuju bumi oleh bulan. Dan fenomena ini, terjadi secara periodik. Hal ini disebabkan oleh revolusi bulan terhadap bumi dan bumi terhadap matahari yang juga periodik. Karenanya, para ahli falak dan astronom dapat memprediksi kapan peristiwa itu terjadi dengan sangat akurat. Selain itu, ketepatan prediksi itu juga menunjukkan bahwa ilmu hisab sudah sangat mapan dan tidak diragukan lagu keabsahannya.

Fenomena gerhana adalah fenomena alamiah biasa, tidak ada kaitannya dengan nasib seseorang, apa lagi hidup dan matinya seseorang. Maka yang terbaik adalah menjadikan fenomena gerhana sebagai momentum mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.. Sebagaimana Rasulullah saw. memberikan tuntunannya kepada kita. Dan bagi siapa saja yang berada pada tempat di mana dapat menyaksikan gerhana matahari (kusuf) atau gerhana bulan (khusuf), dianjurkan untuk melaksanakan salat gerhana. Juga berdoa, memperbanyak takbir dan bersedekah.

Baca Juga  21 Juni 2020, Gerhana Matahari Cincin

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari).

Wallahu a’lam.

Editor: Soleh

Muhamad Khamdani
4 posts

About author
Prodi Fisika, Fakultas UIN Sunan Kalijaga (Alumni), Magister Astronomi Institut Teknologi Bandung (Alumni)
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *