Oleh: Ahmad Soleh*
“PP Muhammadiyah memercayakan kepada Eross Candra untuk mengaransemen lagunya (lagu muktamar),” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Rabu (14/8).
Sebagai seorang penggemar sekaligus penikmat genjrengan gitar dan gubahan lagu Mas Eross, tentu saya begitu gembira mendengar kabar demikian. Saya juga yakin, siapa sih yang tak kenal Mas Eross dan grup musiknya yang keren itu. Ya, Sheila On 7. Bahkan, mungkin sebagian besar dari kita ketika mendengarkan lagunya, merasa setiap lagu yang diciptakan Mas Eross begitu tepat mewakili apa yang kita alami dan rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Meskipun saya tak pandai bernyanyi, jujur saja, hampir semua lagu ciptaan Mas Eross saya hafal. Lagu-lagunya kerap menjadi teman ketika saya bekerja dan menulis. Mulai dari lagu-lagunya di Sheila on 7, band Jagostu, bahkan hits bernuansa nasionalis yang begitu akrab di telinga kita, “Bendera” yang dibawakan band Cokelat, yang juga banyak diaransemen ulang oleh penyanyi zaman kiwari.
Di Sheila on 7 misalnya, banyak sekali lagunya yang menjadi hits, mulai dari “Kita”, “Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki”, “Dan”, “Pemenang”, hingga yang terbaru “Film Favorit”. Dan saya yakin sebagian besar dari kita sekarang tahu dan suka mendengarkan lagunya.
Selain itu, bagi yang pernah menonton film Soe Hok Gie—yang dibintangi Nicolas Saputra—pasti juga hafal dengan lagu gubahan Mas Eross yang menjadi sountrack-nya. Dari film yang di kalangan mahasiswa menjadi tontonan wajib itu, yang paling saya suka dengarkan adalah lagu berjudul “Cahaya Bulan”. Liriknya begitu dalam dan mengena. Dan yang lebih penting, enak di telinga.
Bukan Sembarang Musisi
Ya, lirik-lirik Mas Eross dalam lagunya memang begitu berenergi, berirama, dan dengan pilihan kata yang sederhana, mudah ‘diterima’ telinga kita. Ditambah lagi dengan musik dan gaya bermain gitar yang khas, menambah setiap karyanya memang pantas disebut sebagai sebuah hits. Apalagi saat mendengarkan permainan gitar apiknya, Mas Eross mengeluarkan album “Forbidden Knowledge”. Yang, ah lebih baik kalian dengar sendiri. Yang jelas, itu semua membuktikan bahwa Mas Eros musisi bukan sembarang musisi. Hits maker dan berkelas.
Dengan begitu, tentu saja, tak berlebihan jika saya sebagai penikmat karya-karya Mas Eross yang sekaligus juga kader Muhammadiyah merasa gembira dengan kabar digarapnya theme song muktamar oleh Mas Eross. Tak salah juga jika saya punya ekspektasi besar, theme song muktamar ke-48 Muhammadiyah kali ini bakal ngehits dan enak didengar.
Ditambah lagi lirik yang ditulis langsung oleh Pak Haedar, yang saya yakin bukan hanya dalam dan penuh energi, tapi juga segar dan, seperti kata Pak Haedar sendiri, ramah milenial. “Saya harap lagu ini bisa menyasar milenial karena Muhammadiyah ke depan ada di tangan milenial masa kini,” ucap Pak Haedar. Mungkin itu juga menjadi alasan PP Muhammadiyah menggandeng Mas Eross untuk menggarap theme song muktamar kali ini.
Ini akan menjadi kolaborasi hebat yang akan menghasilkan karya yang juga pastinya hebat. Sosok Pak Haedar yang begitu lekat dengan tradisi literasi mulai dari menulis di media massa, menulis buku-buku ‘berat’, sampai menulis puisi itu membuat kita yakin bahwa lirik gubahannya akan memiliki makna yang dalam dan mengena. Saya merasa senang ketika beberapa waktu lalu, Pak Haedar membacakan puisi gubahannya sendiri. Puisi berjudul “Simfoni Negeri Berkemajuan” itu dibacakan dalam acara konser orkestra di UMY.
Sedikit Gaya, Banyak Berkarya
Dengan kolaborasi yang hebat ini, seolah PP Muhammadiyah ingin memberikan pesan kepada kita bahwa di era milenial ini kolaborasi menjadi kunci untuk maju bersama. Seperti kita tahu, Indonesia Berkemajuan adalah visi besar yang selalu digaungkan Muhammadiyah dalam berbagai gerakannya.
Oh iya, kembali ke Mas Eross. Satu hal yang baru saya tahu sepanjang mengikuti karya-karya Mas Eross, ternyata, Mas Eross adalah alumnus sekolah Muhammadiyah, tepatnya SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Musisi besar dengan segudang karya dan prestasi itu lahir dari sekolah Muhammadiyah, membanggakan ya.
Maka tak heran, meski karya dan prestasinya segudang, gaya dan penampilan hits maker asal Jogja itu tetap sederhana dan bersahaja. Sederhana namun kaya akan karya. Kalau Muhammadiyah punya jargon “Sedikit bicara, banyak bekerja”, mungkin yang cocok buat Mas Eross adalah “Sedikit gaya, banyak berkarya”. Semangat ini yang patut dicontoh kawula muda.
Hajatan besar yang akan digelar di UMS, Solo, pada Juli 2020 mendatang itu mengangkat tema “Majukan Indonesia Cerahkan Semesta”. Semoga lagu muktamar kali ini bakal membawa sebuah energi positif, ya tidak cuma bagi warga Muhammadiyah, tapi juga semua elemen bangsa. Sehingga gegap gempita muktamar tidak hanya “wah” ketika acara berlangsung saja, tapi juga bisa menyemai semangat yang berkelanjutan untuk kemajuan Indonesia tercinta. Lebih penting lagi, muktamar Muhammadiyah tidak hanya memberikan perubahan positif terhadap internal persyarikatan, tapi juga memberikan kontribusi yang nyata untuk bangsa dan semesta—sesuai temanya.
Kabarnya, theme song Muktamar 48 Muhammadiyah bakal dirilis pada Milad Muhammadiyah tahun ini, 18 November mendatang. Semoga rasa penasaran dan ekspektasi kita semua terjawab dengan hasil yang memuaskan. Mari kita nantikan momen penting ini sambil terus berkarya untuk umat dan bangsa.
*) Sekretaris DPP IMM Bidang RPK