Feature

Hal-hal Menarik dari Kepala Gundul

3 Mins read

Bagi seorang pria, rambut adalah mahkota. Di pesantren, rambut sebuah kehormatan, sebuah akhlak, dan norma. Bagi yang pernah nyantri di Pondok pasti sangat paham. Sebab ada stigma, santri botak sama dengan nakal. 

Karena rambut adalah mahkota, Julius Caesar, raja Perancis yang botak, juga mati-matian mencari resep menumbuhkan kebotakannya. Mulai dari kotoran keledai hingga gigi kuda dijadikan bahan ramuan. Semua itu dilakukan untuk menaklukan Cleopatra. 

Sebagaimana yang dilansir BBC (12/10/2016), dunia menghabiskan dana US$ 3,5 miliar atau Rp. 45.000 triliun untuk mengobati kebotakan setiap tahun. Lebih besar dibandingkan dana yang digunakan untuk mengatasi malaria, yang hanya memerlukan US$200 juta atau Rp. 2,5 triliun per tahun.

Sepertinya setelah film Fast and Furious keluar, stigma pria gundul berkurang. Aktor Vin Diesel dan Dwayne Johnson berhasil memberikan perspektif baru. Bahwa laki-laki gundul itu cerdas, macho, dan keren. Menjadi idola para wanita. 

Berikut ini hal-hal menarik seputar kepala gundul yang perlu diketahui. 

Perdebatan Seputar Fiqih

Dalam Islam, para ulama senang juga memperdebatkan tentang menggundul kepala. Bahkan perdebatan tersebut melibatkan empat mazhab. Ada yang mengharamkan, ada yang memakruhkan, dan ada yang membolehkan. Setelah lama berdebat, ujung-ujungnya kembali pada niatnya. 

Kalau untuk mengobati penyakit sangat dianjurkan, kalau tidak ada alasan yang syar’i makruh. Sebab perintah dasarnya merapikan rambut. Nabi saw bersabda, jangan sisakan, atau potong semua. Ada yang memahami hadis ini menggundul rambut hukumnya boleh. 

Agak lucu juga, setelah perdebatan panjang akhirnya keputusannya dikembalikan kepada diri masing-masing. Sebabnya, sebuah ijtihad tidak dapat menghapus ijtihad yang lain. 

Perdebatan pun berlanjut. Apakah perempuan boleh menggundul rambutnya atau tidak? Para ulama kembali berdebat. Menggundul rambut bagi perempuan haram. Sementara ada yang berpendapat kalau sakit, untuk pengobatan, membersihkan kutu boleh. 

Baca Juga  Khilafah Ekologis: Etika Memperlakukan Alam

Namun, sebagian besar ulama mengharamkannya. Alasannya karena menyerupai laki-laki. Alasan lainnya meniru tradisi jahiliyah. Pada masa jahiliah, ketika seorang perempuan ditinggal mati suaminya, mereka meraung-raung, meratap, dan menggundul kepalanya. 

Dalam perdebatan tersebut, ada satu ha yang terlewatkan. Kenapa tidak ditanyakan pendapat para suami? 

Gundul Simbol Ketangkasan 

Pada masa Dinasti Qing (1636 – 1911) di Tiongkok, trend kepada gundul separuh menjadi keputusan negara. Semua pasukan perang wajib gundul separuh. Alasanya adalah agar rambut tidak mengganggu ketangkasan dalam berperang. 

Termasuk salah satu tokoh legendaris yang melawan Dinasti Qing adalah Wong Fei Hung. Dia adalah seorang muslim ahli beladiri China sekaligus tabib yang hebat. Dia juga jago dalam memainkan berbagai senjata. Dia juga mencukur rambutnya hingga bersih di depan dan panjang di belakang. 

Setelah Sun Yat Sen berhasil menggulingkan kekuasaan Dinasti Qing berbagai tradisi di Tiongkok mulai ditinggalkan. Salah satunya ahli bela diri, ketangkasan, dan kepala gundul, berangsur-angsur lenyap. 

Simbol Kezuhudan

Dalam agama Buddha seorang Bikhu atau Biksu pasti kepalanya gundul. Hal itu dilakukan sebagai simbol kezuhudan. Bagi pengikut Buddha rambut adalah simbol duniawiyah. Kalau mereka memiliki rambut, pasti dia akan disibukan dengan urusan dunia. Dia harus mencukur rambut, harus menyisir rambut, bahkan harus berdandan. 

Dibersihkannya rambut dari kepala adalah simbol untuk menjauhi kehidupan duniawiyah. Dengan tidak punya rambut, seorang Biksu tidak lagi memikirkan penampilannya. Mereka tidak lagi memikirkan perhatian dari lawan jenisnya. 

Hidup para Biksu juga menjadi lebih simpel dan praktis. Tidak perlu sisir, shampo, dan cermin. Tidak perlu ke salon, creambath, ataupun gaya hidup lainnya yang berhubungan dengan rambut. 

Dalam Islam juga demikian. Setiap menjalankan ibadah haji dan umrah dilakukan tahallul. Meskipun boleh memotong sebagian, tapi kebanyakan umat Islam memilih untuk menggundul kepalanya. Ini juga simbol kezuhudan. 

Baca Juga  Ciuman Kematian dan Gigitan Anjing

Gundul Simbol Perlawanan

Ternyata menggundul rambut juga dapat menjadi simbol perlawanan. “Kalau aku dapat mengalahkan Belanda, maka akan kupotong rambutku” teriak Pangeran Diponegoro di depan pasukannya. Mendengar nazar tersebut, pasukan Muslim menjadi garang di medan perang. 

Bung Tomo rupanya juga melakukan hal yang sama. Untuk membakar semangat arek-arek Surabaya, dia juga memotong rambutnya yang gondrong. “Kita akan memotong Belanda, seperti saya memotong rambut ini”, teriaknya. “Allahu akbar, Allahu Akbar…”

Dua kisah di atas menjelaskan bahwa menggundul rambut, dapat menjadi simbol perlawanan. 

Mitos Gundul yang Unik

Ternyata masalah gundul juga menarik perhatian pelaku kejawen. Menurut primbon, seorang yang bermimpi kepalanya digundul dia akan mendapatkan malapetaka besar. Kalau dia bermimpi melihat perempuan gundul, maka keluarga dekatnya akan mendapatkan musibah besar. 

Para psikolog juga ikut menafsirkan mimpi tersebut. Menurutnya, rambut bagi seorang pria adalah kehormatan, harga diri, dan wibawa. Laki-laki yang bermimpi kepalanya digundul, berarti dia sedang mengalami krisis kepercayaan berat. 

Bisnis yang dijalankan dan perusahaan yang diatur sedang mengalami permasalahan akut. Beban berat tersebut menumpuk di bawah alam sadar, kemudian keluar melalui mimpi. Itulah sebabnya Sigmund Freud selalu mengaitkan mimpi dengan keadaan alam bawah sadar manusia. 

Ada sebuah pertanyaan mengapa profesor sains dan sejarawan gundulnya berbeda. Kalau profesor sains karena berpikir tentang masa depan, maka gundulnya di depan. Sementara sejarawan karena sering memikirkan masa lalu, maka gundulnya di belakang. Saya yakin ini mitos, bukan fakta. 

Menurut Anang Masduki, Pakar Ilmu Komunikasi yang sedang menyelesaikan S3 di Shanghai China, hal tersebut tidak benar. Botak di depan dan botak di belakang sebenarnya menunjukan prilaku seksual, pasangan suami istri. 

Baca Juga  Covid-19 dan Kematian

Kalau laki-laki botaknya di belakang, berarti yang agresif adalah istrinya. Alasannya, pas suaminya mau pergi, rambut belakang ditarik lagi sama istrinya. Nah, kalau botaknya di depan berarti, yang agresif suaminya. Sebab, istrinya sudah lelah, akhirnya yang dijambak-jambak rambut depannya. 

Ups, jangan terlalu serius membacanya. Ini cuma mitos.

Editor: Yahya FR
Avatar
30 posts

About author
Dosen Prodi Ilmu Hadis Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Ketua MPK PWM DIY, Sekretaris Pendidikan dan Kaderisasi PP Pemuda Muhammadiyah.
Articles
Related posts
Feature

Kedekatan Maulana Muhammad Ali dengan Para Tokoh Indonesia

3 Mins read
Ketika kita melakukan penelusuran terhadap nama Maulana Muhammad Ali, terdapat dua kemungkinan yang muncul, yakni Maulana Muhammad Ali Ahmadiyah Lahore dan Maulana…
Feature

Mengkritik Karya Akademik: Sebenarnya Menulis untuk Apa?

3 Mins read
Saya relatif jarang untuk mengkritik tulisan orang lain di media sosial, khususnya saat terbit di jurnal akademik. Sebaliknya, saya justru lebih banyak…
Feature

Sidang Isbat dan Kalender Islam Global

6 Mins read
Dalam sejarah pemikiran hisab rukyat di Indonesia, diskusi seputar Sidang Isbat dalam penentuan awal bulan kamariah telah lama berjalan. Pada era Orde…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *