Inspiring

Hamid Algar, Mengadvokasi Islam Toleran, Melawan Ekstremisme

3 Mins read

Salah satu profesor yang lantang bersuara membela Islam toleran dan berusaha melawan ekstremisme di dunia Islam adalah Hamid Algar. Lewat pemikiran dan karyanya, ia mengadvokasi Islam toleran dan melawan ekstremisme beragama di Timur Tengah.

Biografi Singkat Hamid Algar

Hamid Algar merupakan muslim Syiah yang pertama kali masuk Islam Sunni, tapi kemudian memilih mengikuti Islam Syiah. Beliau lahir di Inggris pada 1940, dan merupakan sarjana kenamaan yang kontribusinya sudah diakui dunia.

Hamid Algar bekerja sejak tahun 1965 di Departemen Studi tentang Timur Dekat (Department of Near Eastern Studies) pada Universitas California, di Berkeley. Beliau merupakan Profesor Emeritus studi Persia berkebangsaan Inggris-Amerika dan mengajar sejarah dan filsafat Persia dan Islam selama 45 tahun.

Hamid Algar sering sekali menulis tentang sastra Persia dan Arab serta sejarah kontemporer Iran, Turki, Balkan, dan Afghanistan. Hamid Algar menjadi sarjana aktif dengan penelitiannya yang terkonsentrasi pada sejarah Islam di dunia Persia-Turki, khususnya pada Syiah Iran selama dua abad terakhir dan tarekat Sufi Naqsybandi.

Hamid Algar menempuh pendidikan tingginya di Universitas Cambridge, Inggris dan memperoleh gelar sarjana dalam bidang bahasa Timur (Arab-Persia). Beliau menulis disertasi doktornya mengenai peran politik para ulama Syiah pada abad ke sembilan belas. Di Berkeley, Hamid Algar ditugaskan untuk mengajar mata kuliah seperti tafsir, tasawuf, Syiah, sejarah Islam di Iran, sastra Arab, Persia dan Turki.

Selain itu, Hamid Algar juga menguasai bahasa Arab, Persia, dan Turki (baik Turki masa Dinasti Utsmaniyah maupun modern) dan lebih dari setengah lusin bahasa Eropa dan mengawali karirnya sebagai ahli Islam di Iran atau Persia.

Pemikiran dan Karya

Hamid Algar memiliki minat untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam bidang historis maupun geografis. Dirinya yang begitu rajin berkunjung ke berbagai wilayah dunia Islam, menjadi tertarik untuk membahas lebih jauh tentang wajah Islam yang berbeda dari satu wilayah dengan wilayah yang lain.

Baca Juga  Kunjungi Irak, Paus Fransiskus Dialog dengan Ulama Syiah Ali Al-Sistani

Bahkan, Hamid Algar digambarkan sebagai “seorang sarjana berpengalaman yang mengetahui teologi Islam dan sejarah Timur Tengah modern”. Salah satunya tentang Wahhabisme.

Menurut Hamid Algar, Wahhabi berada di luar lingkaran ortodoksi Muslim Sunni. Dirinya mengkritik rezim Saudi karena mendukung Wahhabi. Sebab ia yakin, Wahhabisme berkontribusi besar pada gerakan-gerakan seperti Taliban.

Namun meskipun karya Hamid Algar dalam bidang politik ulama Syiah dikatakan sebagai “studi luar biasa tentang salah satu periode paling menarik dalam sejarah Iran”, beberapa sumber menganggap penjelasan Hamid Algar tentang peristiwa kompleks dalam bidang teoritis itu masih sederhana.

Ervand Abrahamian menyebut biografi Hamid Algar tentang Mirza Malkum Khan itu “sangat mudah dibaca, didokumentasi dengan baik, dan definitif” yang menunjukkan “bahasa yang cermat” dari Hamid Algar dalam karyanya.

Penguasaan Hamid Algar akan sejarah dan hal-ihwan Islam di Persia ditunjukkan antara lain oleh lebih dari penulis 100 artikel di Ensiklopedia Iranica dan juga menerjemahkan buku yang ditulis oleh para teolog politik Syiah kontemporer, seperti buku “Velayat-e Faqih karya Ruhollah Khomeini” dan buku yang ditulis oleh “Ali Syariati, Murtadha Mutahhari, dan Mahmoud Taleghani”.

Hamid Algar juga pernah menyunting berbagai tulisan dan pidato pemimpin revolusi Islam Iran, Ayatullah Ruhullah Khomeini, yang dipublikasikan dalam Islam and Revolution (1981). Pandangannya sendiri mengenai revolusi Iran disajikannya dalam The Roots of the Islamic Revolution in Iran (1984).

Hamid Algar juga menulis beberapa buku yaitu: Imam Abu Hamid Ghazali, Yesus dalam Al-Qur’an, Akar Revolusi Islam di Iran, Surat Al- Fatihah: Landasan Al-Qur’an, Sunnah: Aspek Wajib dan Keteladanannya, Wahhabisme: Esai Kritis, dan masih banyak lagi.

Tentang Wahhabisme dan Revolusi

Dalam salah satu pembahasan buku Wahhabisme: Sebuah Tinjauan Kritis Hamid Algar memaparkan tentang Wahhabi secara objektif sekaligus kritis. Bahkan, dalam menunjang paparan dan kritiknya terhadap Wahhabi, Hamid Algar memanfaatkan sumber primer dari berbagai bahasa, termasuk dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah Arab Saudi yang berisi sejarah resmi Wahhabisme dan Kerajaan Arab Saudi.

Baca Juga  Siti Baroroh, Melawan Domestikasi Perempuan

Tinjauan yang dilakukan Hamid Algar boleh jadi termotivasi atas kekhawatirannya sebagai seorang manusia, sebagai pengikut sebuah tarekat terhadap Islam yang keras dan tidak toleran kepada kelompok yang berbeda. Tetapi walaupun begitu, nilai kritisisme dalam tulisannya tidak serta-merta luntur hanya karena motivasinya. Sebab pada kenyataannya, Hamid Algar tetap bersikap objektif dalam melihat fakta mengenai Wahhabisme.

Wahhabisme merupakan karya intelektual Hamid Algar yang mengulas sejarah dan konsep dalam pemikiran Wahhabi secara objektif. Karyanya memberikan wawasan penting tentang kompleksitas pemikiran Islam dalam konteks sejarah dan politik yang sudah berjalan panjang.

Adapun dalam membahas revolusi, Hamid Algar sempat bertemu dengan Ayatullah Khomeini di pengasingan di Paris dalam kesempatan yang singkat setelah revolusi di Iran pada tahun 1997.

Hamid Algar menerjemahkan tulisan dan pidato Khomeini untuk Islam di Iran, dan juga menyelitkan catatannya sendiri, Akar Revolusi Islam di Iran. Ia menganggap revolusi Iran sebagai“ peristiwa paling signifikan, penuh harapan, dan mendalam tentang keseluruhan sejarah Islam era kontemporer”.

Hamid Algar dikenal seorang yang aktif sosial yang peduli terhadap isu-isu sosial dan politik dalam konteks dunia Islam. Dirinya telah mengadvokasi pemahaman Islam yang toleran dan berbicara melawan ekstremisme beragama. Walaupun Hamid Algar lebih dikenal sebagai sejarawan dan penulis, pemikiran dan karyanya juga mencerminkan semangat untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan masyarakatnya.

Editor: Soleh

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *