Perspektif

Hampers dan Parsel dalam ‘Polemik’ Sebelum Lebaran

3 Mins read

Media sosial sedang ramai memperbincangkan hampers dan parsel, menjadi polemik receh khas netizen +62. Istilah hampers mulai banyak digunakan karena dianggap kekinian dan lebih modern, padahal istilah hampers dan parsel sama. Hampers yang kini banyak digunakan oleh orang-orang, biasa disebut dengan istilah parsel.

Menyambut dan merayakan hari kemenangan oleh umat Islam setelah satu bulan melaksanakan ibadah puasa, menjadikan masing-masing masyarakat memliki tradisi dan perayaan yang berbeda.

Salah satu bentuk perbedaan tersebut adalah kegiatan membagikan parsel untuk kerabat atau sahabat. Semakin berkembangnya kreativitas, membuat para pelaku usaha bisnis, khususnya bisnis parsel berinovasi pada produknya. Bentuk parsel kini beragam, tidak selalu berisi kaleng biskuit, aneka kue,  makanan, dan minuman.

Hampers dan Parsel

Terlepas dari hampers dan parsel, tradisi membagikan parsel di kota tentu sedikit berbeda dengan tradisi membagi-bagikan parsel di desa. Kota yang menjadi tempat pusat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti bekerja, tempat administrasi, dan pusat pemerintahan menjadikan masyarakat yang tinggal di perkotaan sebagai manusia yang dinamis, fleksibel, dan individualis.

Euforia kehidupan masyarakat kota yang bisa dikatakan jauh dari kehidupan masyarakat desa, tentu membuat siapapun yang merantau ke kota memanfaatkan momentum lebaran untuk mudik ke kampung halaman.

Tentu saja pemudik tidak akan lupa untuk membawa buah tangan sebagai parsel yang akan dibagikan untuk sanak keluarga di kampung atau berbagi dengan kolega di kota. Tradisi parsel orang kota biasanya berisi aneka kue, makanan dalam kaleng, serta minuman yang ditata rapi kemudian dihias secantik mungkin. Tapi tadisi tersebut kini lebih bergeser ke arah yang modern dan kreatif.

Orang-orang tidak selalu mengirimkan parsel yang berisi makanan kaleng, aneka kue, dan minuman. Masyarakat kini lebih  cenderung  mengikuti tren  dan perkembangan dalam mengisi parsel, sekarang isi parsel bisa sangat bervariasi. Seperti buku bacaan (novel, komik, cerpen), baju-baju baru yang bisa digunakan saat lebaran, alat salat (sarung, mukena, sajadah, peci), sepatu, aksesori, pernak-pernik, dan yang mungkin akan disenangi oleh setiap wanita, yaitu parsel kosmetik dan skincare.

Tradisi membagikan parsel untuk lebaran bukan hanya sebagai sebuah tradisi, tetapi ajang ini dimanfaatkan sebagai kegiatan untuk mempererat tali silaturahim, reuni untuk berkumpul dengan kawan atau keluarga yang jauh, dan ajang menunjukkan status sosial atau kedudukan di masyarakat.

Baca Juga  Pukul Sapu: Tradisi Lebaran Masyarakat Maluku

Isi parsel bisa menunjukkan bagaimana kedudukan atau status sosial sang pemberi dalam masyarakat. Semakin mahal isi parsel, semakin memperlihatkan bahwa sang pemberi adalah orang yang memiliki pekerjaan mapan atau bukan orang sembarangan.

Saat ini sudah ada tren mengirim parsel berisi barang-barang atau aksesori yang dibuat oleh brand-brand ternama, sebuat saja hermes, channel, dan gucci. Fenomena tersebut memperlihatkan bahwa tradisi parsel bukan lagi sebuah tradisi yang kuno, melainkan kini bergeser menjadi sebuah tradisi yang sifatnya wajib dilaksanakan setiap tahunnya.

Parsel kini semakin berinovasi dan beragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan perkembangan tren.

Tradisi Parsel di Desa

Jika tadi kita sudah melihat bagaimana tradisi parsel di kota, maka lain lagi jika tradisi ini dilakukan oleh orang desa. Pelaksanaan setiap tradisi akan berbeda di setiap daerah, tapi di antaranya pasti akan memiliki beberapa kesamaan. Berbagi parsel menarik kembali ingatan masa kecil kepada tradisi di kampung atau desa ketika setiap orang berbagi parsel untuk merayakan lebaran.

Di Kebumen, Jawa Tengah, salah satunya, tradisi membagikan parsel bukanlah bingkisan yang berisi makanan kaleng, aneka kue, dan minuman. Melainkan kegiatan membagikan makanan yang sudah matang atau makanan siap santap.

Biasanya makanan diletakkan di atas wadah anyaman bambu atau yang sekarang kini lebih modern berbahan plastik dan disebut dengan besek. Besek biasanya berisi nasi putih, telur rebus, mie atau bihun yang dimasak dengan sayur, ayam goreng kampung, sambal terasi atau sambal kacang, dan kerupuk.

Proses memasak parsel ini dilakukan dengan gotong royong antar anggota keluarga dan tidak jarang para tetangga ikut membantu selayaknya akan diadakan sebuah hajatan besar. Rasa kebersamaan dan gotong royong tersebut yang tidak mungkin dapat kita jumpai dalam proses pembuatan parsel di kota. Besek biasanya di antar untuk keluarga dekat, keluarga yang masih kerabat jauh, tetangga, dan kolega atau teman keluarga.

Baca Juga  Tradisi Baru Lebaran: Hampers, Silaturahim Online, dan Aplikasi THR

Biasanya besek dibuat dengan jumlah yang banyak. Uniknya ketika sang pemberi mengantar besek atau parsel untuk seseorang yang dituju, ia tidak akan pulang membawa tangan kosong. Sang penerima parsel juga akan memberikannya sebuah besek atau parsel buatannya sendiri. Ini seperti saling bertukar makanan, namun itu letak kekhasan dari tradisi di desa. Kita bisa saling merasakan makanan satu sama lain, kebersamaan, dan toleransi.

Tetapi sayang tradisi berbagi besek atau parsel makanan siap santap mulai bergeser menjadi tradisi yang dilakukan oleh orang kota. Mengganti isi parsel dengan aneka kue, makanan kaleng, minuman, sampai baju. Karena lebih efisien dari segi waktu, biaya, dan tenaga.

***

Selain tradisi di atas, masih banyak tradisi parsel yang beraneka ragam tergantung daerahnya. Selain itu, masih ada juga tradisi lain yang dilaksanakan untuk menyambut lebaran. Misalnya salam tempel, mudik, dan salaman.

Editor: Nabhan

Avatar
2 posts

About author
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds