Dalam menjalani kehidupan sebagai manusia, kita mengenal dua aspek hubungan yakni hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah) dan hablumminannas (hubungan manusia dengan sesama manusia), keduanya harus dilakukan secara seimbang agar kita selalu bisa memaknai setiap fase kehidupan dengan arif dan bijaksana.
Di sini, saya ingin lebih menekankan tentang istilah habluminannas yakni dalam berhubungan antara manusia dengan manusia. Tentunya sangat menarik sekali, di mana ternyata ada beberapa buku atau novel yang bisa kita ambil pelajaran tentang contoh-contoh menjadi manusia yang baik dengan manusia lainnya, apalagi kita membawa identitas sebagai seorang muslim.
Salah satu penulis buku-buku tersebut adalah Hanum Salsabiela Rais. Jika mengambil istilah yang ada dalam buku Hanum, ada nih istilah menjadi “Agen Muslim yang Baik”. Lantas Bagaimana sih contoh yang digambarkan dalam menjadi “Agen Muslim yang Baik” ala Hanum?
Serba-serbi Tentang Hanum Salsabiela Rais
Siapa yang tidak kenal dengan Hanum Salsabiela Rais atau yang akrab disapa Hanum? Ia adalah putri kedua dari Amien Rais, Ketua MPR tahun 1999-2004 dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 1995-1998. Nama Hanum dan suaminya Rangga Almahendra melejit dan dikenal lewat dua cerita dan dua film yakni “99 Cahaya di Langit Eropa” dan “Bulan Terbelah di Langit Amerika”.
Hanum merupakan wanita kelahiran Yogyakarta, 12 April 1982. Ia mengawali pendidikannya di Pendidikan Dasar Muhammadiyah di Yogyakarta hingga menjadi lulusan Fakultas Kedokteran Gigi di Universitah Gadjah Mada, kemudian menikah dengan Rangga Almahendra di tahun 2005. Sekarang sedang menjalani kesibukan menjadi anggota DPRD untuk Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hanum pernah menjadi jurnalis dan presenter di Televisi. Kemudian ia berhenti karena harus menemani suaminya berangkat ke Eropa untuk menempuh studi S3. Eropa inilah yang menjadi tempat inspirasi lahirnya beberapa buku novel Hanum.
Karya-karya Hanum
Dalam menulis buku, Hanum bisa dikategorikan sebagai penulis yang cukup produktif, beberapa bukunya antara lain: Menapak Jejak Amien Rais: Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta (2010), merupakan novel biografi tentang kepemimpinan, keluarga, dan mutiara-mutiara hidup, 99 Cahaya di Langit Eropa (2011), Berjalan di Atas Cahaya (2013), Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014), Faith and The City (2015), dan I am Sarahza (2018).
Beberapa buku seperti 99 Cahaya di Langit Eropa, Bulan Terbelah di Langit Amerika, dan Faith and The City bahkan pernah diangkat dalam layar lebar sehingga lebih memperkuat visualisasi isi buku Hanum terhadap masyarakat luas serta nilai-nilai kebaikan yang ada di dalamnya khususnya nilai tentang bagaimana menjadi “Agen Muslim yang Baik”.
Buku-Buku Hanum tentang Menjadi “Agen Muslim yang Baik”
- 99 Cahaya di Langit Eropa
Buku ini menceritakan tentang perjalanan pencarian Hanum dan Rangga akan 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan di benua Eropa atas rekomendasi Fatma Pasha. Fatma adalah salah satu tokoh yang diceritakan di buku tersebut, sahabat Hanum yang berasal dari Turki, bagaimana sosok Fatma yang harus tinggal menjadi minoritas muslim di Wina, Austria. Penampilan Fatma yang berhijab menjadikannya sangat sulit mendapatkan pekerjaan serta tuduhan-tuduhan sebagai Muslim yang identik dengan teroris sangat masih melekat dalam pandangan orang-orang di Wina pada saat itu.
Namun, Fatma tidak pernah patah semangat, ia bertekad untuk menjadi agen muslim yang baik, tidak mencaci balik ketika dicaci, tidak marah ketika ada sekelompok bule di kafe yang sedang menertawakan sejarah Islam di Turki, bahkan kemudian menraktir mereka secara diam-diam. Fatma melakukan kebaikan-kebaikan dengan cinta dan kasih seperti apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan bukan dengan kekerasan.
- Berjalan di Atas Cahaya
Buku kedua Hanum dan kolaborasinya dengan beberapa teman seperti Tutie Amaliah dan Wardatul Ula. Buku ini menceritakan tentang awal mula tugas Hanum sebagai seorang reporter yang meliput kegiatan Ramadan orang-orang Islam di Eropa. Hanum dipertemukan dengan beberapa agen-agen Muslim seperti Bunda Ikoy. Seorang Muslimah Aceh yang bekerja sebagai pembuat jam merk ternama di dunia. Ia juga berhasil berjuang mengadakan kuburan muslim di Swiss.
Ada juga Nur Dann, di balik sosok cantik dan berhijab ini, tidak disangka, ia adalah seorang rapper. Ia mengubah pandangan orang tentang hijab yang dianggap sumber kebodohan dan ketetinggalan zaman. Kemudian cerita tentang Tutie yang ketika berangkat di Wina dipertemukan dengan Layla, seorang perempuan bercadar yang selalu mempermudah Tutie dalam penerbangannya sampai di bandara.
Kemudian, ada sosok Sylvia, perempuan asli Spanyol yang memainkan pentas silat Harimau khas Bukittinggi di Wina. Ia meyakini bahwa Islam adalah agama damai bukan agama keras karena ia pernah berguru secara langsung pada seorang Datuk di Bukittinggi. Dan yang paling mengesankan adalah kisah Tutie sendiri yang berhasil menjadi lulusan terbaik di Danube Krems University.
Ia berhasil memberikan fakta kepada teman-temannya yang sebelumnya mengucilkannya karena beragama Islam. Ia membuktikan bahwa walaupun beragama Islam, ia bisa berprestasi, dan Tutie pun juga berhasil membangun Masjid As-Salam, masjid pertama di Austria.
- Bulan Terbelah di Langit Amerika
Dalam buku ini, dikenalkan tokoh yang bernama Azima Hussain. Lagi-lagi tentang seorang muslim yang harus berjuang di tengah segala pandangan buruk orang-orang tentang Islam apalagi setelah tragedi WTC (World Trade Center) pada 9/11. Suaminya pun ikut menjadi korban atas tragedi tersebut.
Ada juga tokoh yang bernama Philipus Brown. Seorang jutawan Amerika yang menjadi filantropis bagi masyarakat Afghanistan dan Irak. Kebaikan-kebaikan tersebut ia lakukan karena pernah diselamatkan oleh Abe (suami Azima Hussain) yang beragama Islam saat kejadian WTC. Hal itulah yang mengubah pandangan Philipus tentang umat Muslim yang tidak semuanya identik dengan teroris.
- Faith and The City
Masih dengan tokoh yang sama seperti di judul Bulan Terbelah di Langit Amerika, serta ditambahi bumbu masalah-masalah intrik dalam rumah tangga Hanum dan Rangga dengan Kota New York sebagai latarnya. Salah satu yang masih konsisten, dalam buku ini adalah Hanum tetap ingin menunjukkan bahwa Islam itu indah, juga menghilangkan pandangan mengenai hal-hal buruk yang masih melekat dengan Islam.
Menurut saya pribadi, sebagai seorang penulis, Hanum mampu memberikan oase tersendiri terhadap dunia literasi di Indonesia. Tulisan-tulisan reflektif bertema traveling menyusuri pusat-pusat sejarah Islam di Eropa. Bagaimana pengalaman hidup lintas budaya dan sebagai minoritas muslim di negara sekuler dan beberapa tokoh yang diangkat dalam bukunya tersebut mampu memberikan perspektif tersendiri bagi masyarakat dunia.
Hanum mampu membawa pesan bahwa perlunya masing-masing individu untuk mempunyai misi menjadi agen muslim yang baik dengan menyebarkan Islam lewat tutur kata, cinta kasih, dan cara bersikap (senyum, jujur, dapat dipercaya, dan lain-lain). Dengan inilah kita umat muslim bisa menunjukkan bahwasanya Islam adalah agama yang damai dan penuh rahmat bagi seluruh alam semesta.