Perspektif

Idul Fitri itu Hari Raya Makan, Bukan Kemenangan!

3 Mins read

Hari Kemenangan atau Hari Raya Makan?

Beberapa hari ini, saya sering menonton berita tentang larangan mudik. Menjelang Idul Fitri semakin banyak orang yang memaksakan untuk berangkat mudik, padahal sudah jelas pemerintah melarang kegiatan mudik tahun ini seperti tahun kemarin.

Mungkin saja, orang-orang itu sudah muak ketika berdiam diri di rumah saja, ketika mereka dilarang mudik dan banyak warga asing yang masuk ke Indonesia, tentu mereka memberontak dengan menerobos penyekat-penyekat di beberapa daerah.

Berita-berita tersebut akhir-akhir ini menghiasi televisi menggantikan reportase mudik yang biasanya kita lihat saat menjelang lebaran sebelum Covid-19 menyerang. Ketika menikmati berita yang disajikan, seperti biasa iklan bertebaran disela-sela acara tv, tentu ini suatu hal yang wajar karena demi pemasukan perusahaan tv juga.

Ada beberapa iklan yang membuat saya tertarik memperhatikannya. “Selamat Idul Fitri, mari raih kemenangan” begitulah salah satu narasi iklan yang saya perhatikan di layar kaca tipis yang menggantung di tembok itu.

Saya sedikit bertanya-tanya, memang kita menang kompetisi apa? Memang Ramadhan itu kompetisi ya? Kalaupun iya, memang banyak dari kita yang sudah menjadi pemenang atas hawa nafsu yang membelenggu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul dan tentu jawaban atas pertanyaan terakhir jawabannya adalah tidak.

Framing media tentang Idul Fitri sebagai hari kemenangan sudah digembar-gemborkan sejak lama dan hampir membuat masyarakat percaya bahwa Idul Fitri benar-benar hari raya kemenangan atas puasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan.

Pemaknaan Hari Raya Idul Fitri yang Sebenarnya

Karena framing media yang begitu besar sejak dulu. Saya ketika sekolah di Mu’allimien Bogor, diberikan informasi oleh guru saya yang kala itu menjabat sebagai kepala sekolah. Beliau bilang begini “Idul Fitri itu hari raya makan, bukan kemenangan”.

Baca Juga  Ulama-Ulama yang Mengharamkan Rokok

Saya yang mendengar hal tersebut sedikit bingung, dan tentu bertanya-tanya, “Memang benar ya Idul Fitri itu hari raya makan-makan”. Saat itu juga saya bertanya kepada senior saya yang sudah lebih paham.

Seakan mendengar pertanyaan saya, Pak Guru tersebut menjelaskan dengan detail bahwa arti kata Idul adalah Hari Raya, sedangkan Fitri adalah makan besar atau makan-makan. Dan ada hadis yang menyebutkan Idul Fitri adalah hari raya makan.

Hhadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa al fithru yauma yufthiru al naasu. Idul Fitri adalah hari raya berbuka setelah sebulan berpuasa. Sehingga memaknai Idul Fitri sebagai hari berbuka lebih tepat dibandingkan dengan makna hari kemenangan. Bahkan kita bisa menemui tanda-tanda bahwa Idul Fitri adalah hari raya makan atau berbuka.

Tanda-tanda tersebut tentunya sangat mudah dikenali, salah satunya adalah Idul Fitri semua umat muslim haram hukumnya berpuasa. Semua harus makan dan berbuka, bahkan sebelum Sholat Idul Fitri, Rasulullah SAW mencontohkan untuk makan dan minum terlebih dahulu sebelum berangkat ke lapangan untuk melaksanakan sholat.

Tanda lainnya tentu, kita akan menemui makanan-makanan khas Idul Fitri baik untuk hidangan di rumah, ataupun tamu, bahkan ketika kita berkunjung ke manapun, pasti satu dua jenis makanan tersebut ada untuk menjadi hidangan.

Ya, banyaknya makanan seperti rendang, semur, opor, kentang balado, kue nastar, kue kastangel dan masih banyak lagi, makanan-makanan tersebut tentunya dipersiapkan untuk Idul Fitri atau hari raya makan.

Saya yakin di rumah para pembaca juga sedang menyiapkan makanan-makanan tersebut. kalaupun tidak masak, ya minimal sudah membeli makanan tersebut agar persiapan hari raya makan terasa nikmat, senikmat aroma-aroma rendang yang sedang mengganggu saya yang sedang menulis artikel ini.

Baca Juga  Hisab Sama: Idul Fitri Bisa Sama, Bisa Beda

Hari Raya Makan Sebagai Keadilan Sosial

Tanda lainnya yaitu adanya Zakat Fitrah, ya Zakat ini dilaksanakan menjelang Idul Fitri dan harus dibagikan sebelum sholat Id, zakatnya juga berupa makanan pokok yang biasa dikonsumsi. Jika di Indonesia ukurannya adalah beras.

Zakat fitrah dibagikan sebelum sholat bertujuan untuk fakir miskin juga bisa merayakan hari raya makan-makan. Setelah kita bersama melakukan solidaritas dengan rasa lapar selama satu bulan, kita juga harus merayakan hari makan bersama-sama.

Makanya dengan adanya zakat fitrah, diharapkan keadilan sosial terhadap semua orang terwujud, semua bisa makan saat Idul Fitri. Tidak ada yang puasa dan juga kelaparan saat Idul Fitri berlangsung dan hingga seterusnya.

Hari raya makan ini juga sebagai titik awal keadilan sosial. Kita yang terbiasa beribadah, dan bersedekah serta peduli sesama di bulan Ramadhan, diharapkan terus konsisten melaksanakan hal-hal tersebut.

Taqobbalallahu Minna Wa Minkum

Selamat Idul Fitri 1442 H.

Editor: Yahya FR

Avatar
17 posts

About author
Penulis
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *