Menarik apabila kita menyimak sikap pemerintah akhir-akhir ini. Terutama dalam menangani virus covid-19. Sudah 2 bulan lebih sejak Presiden mengumunkan kasus pertama covid-19 Indonesia, Indonesia masih dianggap gagal dalam menangani wabah ini.
Mulai dari prediksi kedatangan virus covid-19, hingga prediksi krisis pangan yang akan terjadi. Sejumlah akademisi sangat menyayangkan kebijakan penanganan pemerintah dalam menghapi wabah ini.
Pakar epidemiolog Universitas Indonesia, salah satunya. Pandu Riono yang dari awal aktif mengkritik kebijakan pemerintah sangat menyayagkan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah. Mulai dari keterbukaan informasi kasus covid-19 hingga yang baru ini kebijakan mengenai pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.
Dikutip dari beberapa media, Pandu Riono menuding wacana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak berdasar pada kajian saintifik yang mendalam ihwal tren kurva Covid-19 di Indonesia.
Kebijakan rileksasi PSBB ini muncul karena pemerintah lebih khawatir untuk mendongkrak ekonomi negara. Bayangkan saja, berapa nilai ekonomi negara yang stagnan ketika PSBB ini diterapkan berbulan-bulan. Negara bisa jadi tidak mendapat pemasukan dari pajak ketika PSBB marak diterapkan di daerah-daerah.
Hal tersebut bisa kita lihat dengan mulai diberlakukannya izin terbang kembali pada maskapai penerbangan. Hingga keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi yang akan membuka beberapa pusat perbelanjaan Juni mendatang.
Dengan kebijakan pelonggaran PSBB, artinya pemerintah belum serius dan siap ketika menghadapi wabah. Adanya pelonggaran PSSB ini juga menandakan jika ada kepentingan ekonomi yang harus tetap jalan. Negara seolah abai terhadap keselamatan dan kesehatan rakyatnya.
Sedangkan beberapa waktu lalu, presiden mengatakan salus populi suprema lex esto yang artinya adalah keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi. Hal ini seharusnya diikuti dengan komitmen Pemerintah agar menjadikan sektor kesehatan sebagai prioritas negara dalam menghadapi wabah covid-19 dibanding sektor ekonomi.
Mencari Antitesis
Adanya pelongaran PSBB Pemerintah dikaitkan akan menerapkan sistem Herd Immunity dalam menghadapi wabah ini.
Herd immunity adalah bagian konsep epidemiologis yang menggambarkan keadaan di mana suatu populasi cukup kebal terhadap penyakit sehingga infeksi tidak akan menyebar dalam kelompok itu. Dengan kata lain, semakin banyak populasi yang terinfeksi oleh virus maka ada peluang dalam populasi tersebut menciptakan vaksinasi secara alami.
Selain itu, resiko Herd Immunity ini juga sangat berbahaya. Jika untuk menghasilkan vaksin alami mayoritas penduduk harus terinfeksi virus maka akibatnya ada jutaan orang bisa meninggal jika kalah dalam melawan virus ini.
Dikutip dari narasi newsroom, Swedia menerapkan skenario Herd Immunity dimana pembatasan sosial disana sangat minimal. Akibatnya dari 10juta penduduk yang terinfeksi bisa mencapai 26ribu dan kematian lebih dari 3ribu.
Profesor Dicky Budiman menyebutkan jika strategi Herd Immunity sangat berbahaya jika diterapkan di Indonesia. Prof Dicky mengatakan di Indonesia dengan keadaan fasilitas kesehatan yang ada, lebih logis jika diterapkan testing, tracing dan isolasi. Hal itu merujuk pada Pembatasan Sosial Berskala Besar yang harusnya diperketat.
Dalam sejarah dunia, tidak ada negara yang berhasil menerapkan Herd Immunity dalam menangani wabah. Yang ada angka mortalitas justru cenderung semakin tinggi dan memakan banyak korban jiwa. Hal tersebut justru akan memicu terjadinya krisis baru di suatu negara.
Sebuah krisis bisa menjadi titik balik bagi masyarakat membentuk masa depannya, kata ahli sejarah dan filsafat Profesor Yuval Noah Harari. Namun, tidak ada yang bisa menjamin apakah suatu negara itu mampu bertahan atau tidak dalam menghadapi krisis.
Di hadapan Covid-19, Sapiens sedang bertatap muka dengan sebuah krisis global, yang bisa jadi krisis terbesar generasi saat ini. Prof. Yuval Noah Harari berkeyakinan, seluruh kebijakan yang diambil oleh seluruh pemerintahan di dunia dalam waktu dekat akan berimplikasi mengubah dunia yang akan datang.
Oleh karena itu, sudah semestinya Pemerintah dalam membuat kebijakan penanganan wabah berorientasi pada kesehatan masyarakat. Sebab apapun kebijakan yang dibuat oleh setiap Pemerintah, harus dipertimbangkan dengan matang. Kebijakan itulah yang nantinya akan berimplikasi pada suatu negara kedepan.
Setelah Virus Corona
Dalam buku Homo Deus peradaban manusia akan mengalami 3 masalah utama. Yaitu Kelaparan, Perang, dan Wabah. Dalam sejarah Dunia mencatat, wabah menjadi titik balik dari rezim yang berkuasa saat itu. Kemampuan suatu Negara diuji apabila sudah bisa mengatasi wabah yang terjadi.
Sehingga dalam peradaban modern, wabah sering kali dijadikan sebagai objek untuk menjajal teknologi dari suatu negara untuk menghadapi wabah tersebut.
Banyak negara yang berlomba-lomba untuk memerangi virus covid 19 dengan teknologi yang mereka punya. Mulai dari menciptakan vaksin, hingga membuat alat kesehatan yang diklaim mampu menekan jumlah penyebaran virus ini. Memang, umat manusia memiliki semua pengetahuan ilmiah dan alat teknologi untuk mengatasi virus ini.
Akan tetapi musuh utama umat manusia saat ini bukanlah virus itu sendiri, melainkan manusia itu sendiri. Masalah besarnya adalah nirani kita, kebencian kita, keserakahan dan ketidaktahuan kita sendiri.