Mendapatkan fasilitas mewah dan megah adalah hal umum yang didapatkan seorang pemimpin dan penguasa di suatu negara. Sejarah mencatat istana-istana kenegaraan yang pernah ada atau bahkan yang masih aktif dibangun begitu megahnya. Salah satunya adalah Istana Niavaran di Iran.
Di tengah-tengah masa studi doktoral saya di Kampus Mustafa International University Tehran Iran, saya mendapatkan kesempatan dari kampus untuk mengunjungi istana Niavaran tersebut.
Kompleks Istana Niavaran adalah kompleks istana bersejarah yang terletak di Shemiran, kawasan elit di Republik Islam Iran. Kompleks seluas 11 hektar tersebut terdiri dari beberapa bangunan istana dan monumen yang berasal dari era Dinasti Qajar dan Pahlavi. Komplek tersebut sekarang dijadikan destinasi museum. Di masa lalu, kompleks tersebut digunakan sebagai tempat tinggal Fath-Ali Shah (1772-1834) dari Dinasti Qajar ketika musim panas tiba.
Selama masa pemerintahan Dinasti Pahlavi, sebuah istana baru bernama Niavaran yang luasnya 9000 meter persegi tersebut dibangun khusus untuk keluarga kekaisaran Mohammad Reza Shah (1919-1980). Ketika dinasti Pahlavi mengambil alih Iran, kompeks istana ini dijadikan salah satu dari tempat tinggal keluarga kerajaan dan menambahkan bangunan Niavaran House. Niavaran House yang luas dan memiliki 2 tingkat bangunan merupakan tempat tinggal keluarga Pahlavi. Ada ruang tamu, ruang makan, ruang kerja, perpustakaan, kamar Shah Muhammad Reza Pahlavi dan istri ketiganya, Shahbanu Farah Diba, dan kamar anak-anak mereka bahkan terdapat ruang bioskop khusus untuk keluarga mereka.
Interiornya rumah didesain megah bergaya eropa. Dari keterangan penjaga museum karpet-karpet niavaran masih berasal dari Iran, tetapi kebanyakan perabotnya dikirim dari Eropa.
Namun istana ini cukup canggih. Atap istana tersebut sudah menggunakan teknologi yang bisa terbuka dan tertutup sesuai keinginan. Satu set bioskop pribadi yang ekslusif juga tersedia di sini. Bangunan tersebut dibangun oleh perusahaan Prancis, teknologi atap dan lift rumah tersebut berasal dari Jerman.
Namun dinasti Syah Pahlevi telah runtuh pada bulan Februari 1979 Masehi digantikan oleh Republik Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini. Imam Khomeini menentang pemerintahan Shah Reza yang dinilai korup dan menjadi antek Inggris serta Amerika Serikat.
Pasca berdirinya negara Republik Islam Iran, konsep bahwa pemimpin negara harus hidup megah dan mewah dirobohkan oleh Ayatullah Imam Khomeini (Pemimpin tertinggi Republik Islam Iran Pertama). Imam Khomeini atau Ayatullah Sayid Ruhullah Musavi Khomeini yang lahir pada 17 Mei 1900 adalah Pemimpin Agung Iran yang memimpin revolusi Iran dan setelah itu mendirikan Republik Islam Iran melalui referendum dan memimpinnya sampai akhir hayatnya.
Kesederhanaan Imam Khomeini tersebut saya buktikan secara langsung. Setelah puas mengunjungi Istana Niavaran yang sangat megah dan mewah, saya mengunjungi Rumah Ayatullah Imam Khomeini di Tehran Iran. Lebih tepatnya adalah rumah yang beliau kontrak saat menjabat sebagai pemimpin Iran. Imam Khomeini pemimpin tertinggi Republik Islam Iran tersebut tidak memiliki rumah pribadi di pusat pemerintahannya saat menjabat, bahkan tidak mau menempati istana mewah yang ada. Beliau lebih memilih mengontrak rumah satu lantai berukuran luas 40 meter persegi di perkampungan dengan jalan masuk sempit yang hanya cukup satu mobil berjalan satu arah.
Terlihat perbedaannya, Reza Syah Pahlevi tinggal di istana megah seluas 9000 meter persegi saat memimpin Iran, sedangkan Imam Khomeini hanya tinggal di rumah kontrakan seluas 40 meter persegi saat memimpin iran.
Imam Khomeini sendiri sebelumnya tinggal di Qom, rumah yang ada di Qom pun juga bukan milik pribadinya namun rumah kontrakan. Rumah kontrakannya di Qom yang juga sederhana tersebut beliau tinggalkan pada 23 Januari 1980. Pindahnya Imam Khomeini ke Tehran atas rekomendasi untuk proses penyembuhan penyakit jantung karena cuaca di Qom tidak sesuai dengan kondisinya.
Dengan kondisi sakit jantung yang dibawanya, beliau tidak memilih meminta fasilitas mewah untuk tempat tinggalnya di Tehran. Beliau lebih memilih mengontrak rumah sederhana yang jauh dari kata mewah dan layak bagi seorang pemimpin tertinggi di suatu negara.
Rumah yang beliau kontrak dari Imam Masjid Desa Jamaran tersebut tidak ada perabotan mewah di dalamnya dan hanya memiliki 1 kamar tidur berukuran 12 meter persegi. Rumah tersebut bersebelahan dan dihubungkan ke masjid jamaran dengan platform logam. Imam Khomeini sering menaiki tangga yang mengarah dari rumahnya ke balkon masjid, tempat dia sering berpidato di hadapan muridnya dan hadirin. Di rumah kontrakan jamaran itu juga Imam Khomeini menerima delegasi asing dari negara-negara lain.
Desa Jamaran terletak di kaki pegunungan Alborz dan di utara Tehran. Desa ini berada sangat dekat Istana Niavaran bekas istana Mohammad Reza Pahlavi yang tadi saya kunjungi. Namun tetap saja Imam Khomeini tetap memilih tinggal di rumah ukuran 40 meter persegi di Desa Jamaran hingga akhir hayatnya.
Imam Khomeini wafat pada 3 Juni 1989. Proses pemakamannya menjadi prosesi pemakaman terbesar sepanjang sejarah dunia. 10 Juta penduduk Iran datang pada proses pemakamannya di Tehran. Pada saat itu jumlah penduduk Iran sekitar 50 juta jiwa. Hampir 20 persen dari warga Iran mendatangi prosesi pemakamannya di Tehran. Jumlah tersebut belum terhitung bagi masyarakat Iran yang ikut berduka di daerah lain namun tidak bisa datang ke Teheran. Setiap tanggal wafatnya, oleh rakyat Iran maupun pengagum dan pecintanya di seluruh dunia menggelar majelis haul untuk memperingatinya.
Dari Imam Khomeini saya belajar bahwa kekuasaan hanya sementara, tapi keteladanan membekas selamanya.
Editor: Soleh