Perspektif

Influencer Masuk UMM, Peluang Membumikan Menara Gading Kampus

4 Mins read

Oleh: Oni Dwi Arianto*

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui website resminya membuka pendaftaran mahasiswa baru tahun 2020 jalur prestasi program minat dan bakat (nonakademik) untuk influencer, content creator, dan youtuber mulai tanggal 24 Februari-25 April 2020. Youtuber minimal memiliki 5.000 subcribers. Sementara selebgram atau selebtwit harus memiliki minmal 10.000 followers dengan konten yang kreatif dan edukatif.

Wakil Rektor I UMM Syamsul Arifin menjelaskan bahwa yang dilakukan oleh UMM adalah untuk memberi apresiasi dan mengakomodasi anak muda yang kreatif meng-create konten dan memberi virus positif kepada publik.

Perluasan Makna Seleksi

Kebijakan bebas masuk UMM untuk praktisi media sosial ini sebenarnya bukan yang pertama untuk kampus di Indonesia. UPN  “Veteran” Jakarta pada tahun 2019 juga telah memberlakukan bebas tes masuk kepada youtube content creator dengan minimal 10.000 subcriber (penmaru.upnvj.ac.id). Selain untuk youtuber, jalur nonakademik UPN “Veteran” Jakarta juga membuka kesempatan kepada siswa berprestasi bidang olimpiade sains, olahraga dan seni, hafiz Al-Quran, dan ketua OSIS.

Strategi kreatif ini adalah keniscayaan ketika persaingan antarkampus swasta semakin ketat dan undang-undang liberalisasi kampus mulai dijalankan untuk kampus-kampus negeri di Indonesia seperti UU Badan Hukum Milik Negara (BHMN), UU Badan Hukum Pendidikan (BHP), dan UU Perguruan Tinggi (PT). Berbagai pintu masuk jalur mandiri dibuka untuk menjaring sebanyak mungkin mahasiswa. Ada jalur minat dan bakat, jalur kemitraan, jalur vokasi, hingga jalur alih jenjang. Ditambah beberapa jalur masuk yang tidak kasat mata tetapi berjalan seperti jatah anak dosen dan jatah pejabat.

Istilah seleksi telah mengalami perubahan atau perluasan makna. Zaman dulu seleksi lebih fokus pada kemampuan akademis terkait dengan jurusan yang dipilih. Sementara sekarang seleksi lebih cocok diganti dengan pemetaan kemampuan finansial. Ujian tulis memang ada tetapi itu lebih pada formalitas belaka.

Baca Juga  Menimbang Pendidikan Inklusi di Muhammadiyah

Seleksi intinya sebenarnya adalah saat wawancara orangtua. Karena biasanya di situ ditanya atau diminta menulis pendapatan disertai kesediaan untuk melakukan pembayaran uang masuk. Kalau ada yang merasa berat dengan jumlah uang yang harus dibayar, biasanya kampus hanya memberi opsi untuk pembayaran dengan cara dicicil.

Banyak perdebatan di media sosial tentang jalur influencer untuk masuk tanpa tes ke UMM dikaitkan dengan idealisme pendidikan tinggi (walaupun idealisme itu sendiri sekarang semakin kabur dan pudar). Justru yang terjadi saat ini adalah kampus lebih fokus perjuangan eksistensi di tengah persaingan yang ketat dan menomorsekiankan idealisme.

Adanya jalur prestasi nonakademik seperti influencer, content creator, dan youtuber yang terverifikasi kemampuannya melalui sejumlah subscriber dan follower sebenarnya terobosan kreatif kampus untuk membuka peluang baru menggaet mahasiswa. Toh kan hanya bebas tes masuk, bukan bebas biaya. Akan menjadi lebih menarik sebenarnya kalau influencer, hafiz Al-Qur’an, dan sejenisnya bebas biaya kuliah atau minimal potongan biaya kuliah.

Langkah Cerdas Kampus Swasta

Tentu di saat semakin merosotnya tingkat idealisme tes masuk ke PT, kemampuan nonakademik terkait dengan teknologi terkini akan menjadi ruang baru bagi kampus dan mahasiswa untuk mengembangkan satu konektivitas dengan isu kekiniannya. Kampus bisa mendapatkan benefit untuk ajang promotif yang efektif terkait dengan kampus dari para influencer, content creator, dan youtuber.

Impact praktisi media sosial terhadap generasi milenial saat ini memang terasa masif karena ucapan, idiom-idiom, perilaku, cara berpakaian, maupun gaya hidup sering dijadikan panutan para follower-nya. Praktisi media sosial bisa menjadi duta kampus untuk menginformasikan hal-hal positif atau sosialisasi rencana-rencana masa depan kampus.

Ini justru menjadi langkah cerdas kampus swasta yang belum tentu terpikirkan kampus swasta yang lain. Apalagi kampus negeri yang masih susah untuk melakukan langkah-langkah progresif berbasis manajemen internal kampus. Karena masih ada campur tangan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang masih menampakkan kekakuan birokrasinya.

Baca Juga  Membumikan Konsep Pancasila Sebagai Dar al-‘Ahdi Wa al-Shahadah

Perkembangan teknologi digital yang menimbulkan konvergensi telah meruntuhkan dominasi absolut arus utama. Tahun 1980-an saat televisi di Indonesia hanya TVRI, penyanyi harus bersaing untuk bisa masuk acara Aneka Ria Safari dulu sebelum bisa diterima pasar musik Indonesia. Tahun 1990-an penyanyi harus berjibaku untuk bisa diterima label musik seperti Sony Musik, Universal, dan EMI agar bisa masuk pasar musik. Hingga kadang sang penyanyi rela merogok kocek dalam-dalam untuk promosi akibat begitu dominan dan powerfull-nya label musik.

Saat ini untuk bisa terkenal tidak harus masuk dalam acara dan label musik tertentu, cukup menampilkannya di youtube channel sudah bisa menjadi terkenal. Sebut saja penyanyi Raisa, Sabyan, Hanin Dhiya, Ixora, Brian Immanuel, dan Heiakim, mereka semua besar dan mendapat bayaran tinggi berkat Youtube. Youtuber Ria Ricis, Atta Halilintar, Raditya Dika, Jes No Limit, Miawaug, hingga Reza Oktovian adalah nama-nama yang pasti sangat dikenal anak-anak zaman now.

Membumikan Menara Gading

Perubahan teknologi telah mengubah segalanya, media arus utama ditantang dengan amat serius oleh media alternatif. Penyanyi pemenang kompetisi prestisius justru yang harus ngos-ngosan menghadapi kepopularitasan penyanyi youtube channel.

Pemenang zaman sekarang bukan lagi yang mendapat ulasan positif dari juri atau media prestisius. Tetapi kadang hanya yang memenangkan jempol para follower yang dengan sukarela men-subcribe youtube channel. Kondisi yang serba bolak-balik seperti ini bisa menjadi peluang sekaligus kutukan tergantung bagaimana kita menyikapi perubahan itu. Di balik berbagai perubahan akan selalu ada sisi-sisi yang memunculkan peluang. Asalkan kita cepat dan fleksibel untuk beradaptasi.

Keputusan akademik UMM untuk menerima praktisi media sosial dengan ribuan follower masuk menjadi mahasiswa memang harus diikuti dengan sikap kehati-hatian. Perlu dipastikan terkait konten youtuber apakah mendidik, bermanfaat, tidak menyinggung SARA, tidak mengandung unsur bullying, pornografi, dan hal-hal lain yang bertentangan secara etika dan moralitas.

Baca Juga  Negara Tidak Boleh Bermazhab: Menolak Rezimitasi Agama

Pada titik itulah peran tim penyeleksi penerimaan mahasiswa UMM menjadi sangat krusial. Proses seleksi yang proper terkait dengan praktisi media sosial akan memperlihatkan mereka benar-benar mempersiapkan sistem pendidikan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana pembelajaran. Tentu agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri, masyarakat, dan negara (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang  Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1).   

Kampus yang selama ini lebih mengesankan kepongahan menara gading keilmuan dan mengakibatkan terbentuknya jarak yang cukup lebar dari realitas masyarakat dapat terbantu dengan adanya penerimaan mahasiswa yang sudah terbukti berkiprah di masyarakat dengan kemampuannya masing-masing.

***

Walaupun titik tumpu awal penerimaan mahasiswa dari praktisi media sosial adalah lebih bersifat pragmatisme untuk membantu popularitas kampus, perlahan kampus harus mampu mempersiapkan ekosistem lanjutan bagi mahasiswa-mahasiswa khas tersebut. Agar mereka mampu lebih berdaya dan memberdayakan yang lain dalam aksi-aksi nyata. Sehingga semakin positif dan bermanfaat untuk dirinya, lingkungannya, kampusnya, dan negaranya.

*) Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya Malang.

Editor: Nabhan

Admin
185 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds